Tambang Emas Ilegal Longsor

Keingin Mentas dari Kemiskinan Antar Sekeluarga Asal Bogor Hilang di Penambangan Ajibarang Banyumas

Duka menyelimuti warga Kampung Gunung Leutik, Desa Kiarasari, Sukajaya, Bogor, tempat dimana para penambang yang hilang di Banyumas, tinggal.

Editor: rika irawati
Permata Putra /Tribunbanyumas.com
Tangis haru keluarga mewarnai penutupan operasi SAR delapan penambang yang terjebak dan tidak dapat dievakuasi di Desa Pancurendang, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Selasa (1/8/2023). 

"Karena (hasil) pekerjaan di sini petani, serabutan, dan dagang tidak mencukupi kebutuhan hidup. Ya bagaimana pun caranya, nasib harus berubah, keuangan keluarga terpenuhi," ujarnya.

perkampungan tempat tinggal penambang yang hilang di banyumas di kiarasari bogor
Suasana perkampungan tempat tinggal para penambang yang dinyatakan hilang di Ajibarang, Banyumas, di Desa Kiarasari, Sukajaya, Kabupaten Bogor, Rabu (2/8/2023).

Mereka akhirnya pamit secara bergantian dengan niat mau menambang emas ke Jawa Tengah.

Tak punya pengalaman atau ahli dalam menambang. Semua itu dilakukan karena tuntutan kebutuhan pekerjaan.

"Pergi ke Banyumas saling ajak karena ada peluang kerja dan hasil lumayan. Mereka semua merupakan keluarga. Jadi, ini duka kami, duka keluarga besar."

"Ada namanya Ajat, awalnya pedagang mi ayam. Nah, dia baru berangkat Iduladha. Dia baru pertama kali ikut dan sekarang tidak pulang kembali," lanjut Afif.

Rabbani (60), ayah dari Marmumin, korban lain, masih berharap, pencarian terhadap anaknya bisa dilanjutkan.

Marmumin tergiur dengan hasil kerja di tambang emas. Sebab, ia merasa menjadi pedagang tidak cukup untuk menafkahi anak dan istri.

"Karena kebutuhan keluarga, akhirnya pilih tambang. Emang faktor ekonominya begitu. Marmumin, istrinya, Entin (27). Anaknya dua, perempuan semua, masih kecil," ujar Rabbani dengan tegar.

Baca juga: Taruhan Nyawa Tim SAR saat Evakuasi Penambang di Banyumas, Pingsan hingga Nyaris Terjebak di Sumur

Muhidin paling tua. Ia baru saja menikah, satu tahun lalu, dan sedang merenovasi rumah.

Rabbani menyebut bahwa anaknya itu adalah pahlawan bagi keluarga.

Kabar dinyatakan hilang, sambung Rabbani, kini membuat perekonomian kembali ke kondisi semula.

Mimpi memiliki rumah dan anak-anak mendapat pendidikan tinggi, sudah sirna.

Mereka hanya bisa berharap bantuan agar bisa melanjutkan pendidikan.

"Ya, harapan, tentunya ada bantuan dari pemerintah lah biar anak-anak punya cita-cita dan bisa tercapai."

"Sekolah harus tetap lanjut. Penginnya ada bantuan biar semua keinginan anak-anak bisa terwujud," ujarnya.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved