Berita Semarang Hari Ini
Mau Terbitkan Buku Tapi Terkendala Modal? Coba Hubungi Penerbit Beruang di Peterongan Semarang Ini
Minimnya ekosistem perbukuan di Kota Semarang menjadi alasan Penerbit Beruang memberikan ruang kepada penulis lokal yang bermimpi menerbitkan buku.
Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: deni setiawan
TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Layanan penerbit independen atau penerbit indie belakangan kian bermunculan di berbagai kota di Indonesia.
Kehadirannya menjadi alternatif bagi para penulis yang ingin mempublikasikan karya di tengah tidak mudahnya menerbitkan buku melalui penerbit mayor.
Di Kota Semarang, satu di antara penerbitan indie atau penerbit mandiri ini adalah penerbit "Beruang".
Baca juga: Penyegelan Gudang BBM Ilegal di Bawen, Kapolres Semarang: Kami Tidak Tahu, Mungkin Polda Jateng
Baca juga: Hanif Dapat Upah Rp 10 Juta Tiap Ambil Sabu di Semarang, Penggerebekan Rumah Pengedar di Kendal
Baca juga: Cegah Pemudik Curi Star, Pemkab Semarang Intensifkan Peran Satgas Jogo Tonggo, Ini Tugas Utamanya
Baca juga: PKB Kabupaten Semarang: Memang Ada Kelebihan dan Kekurangan Selama Dinahkodai Cak Imin
Pasangan suami istri (pasutri) bernama Widyanuari Eko Putra dan Santi Al Mufaroh inilah yang mendirikannya.
Menurut pasutri tersebut, minimnya ekosistem perbukuan di Kota Semarang menjadi alasan mereka memberikan ruang kepada para penulis lokal yang bermimpi menerbitkan karya.
"Sejak 2013 berkomunitas, kami melihat banyak penulis potensial di Kota Semarang."
"Kami rasa perlu ada wadah untuk menerbitkan tulisan mereka," kata Santi kepada Tribunbanyumas.com, Sabtu (17/4/2021).
Terhitung sudah dua tahun Penerbit Beruang berdiri.
Sapaan akrab Wiwid dan Santi itu menggelutinya sejak 2019 di sebuah rumah Jalan Peterongan Timur Nomor 335, Peterongan, Semarang Selatan.
Pasangan tersebut menggelutinya di sela-sela pekerjaan sebagai karyawan di sebuah perguruan tinggi (Wiwid) dan karyawan perusahaan e-Commerce (Santi).
Meski terhitung baru, hingga kini penerbit tersebut telah melahirkan belasan buku karya penulis lokal, baik dari Kota Semarang maupun daerah lain.
"Awal berdiri kami fokus untuk memfasilitasi penulis muda Semarang yang tentu sudah melalui seleksi kami."
"Namun lambat laun banyak penulis dari daerah lain yang juga mengirim naskah, akhirnya meluas," terangnya.
Tak hanya menerbitkan buku-buku karya penulis muda, penerbit ini juga menerbitkan buku karya penulis senior lokal.
Santi menyebut, buku-buku yang diterbitkan bervariasi mulai dari kumpulan cerpen, puisi, esai sastra, hingga nonsastra untuk bidang tertentu.
"Terbitan pertama kebetulan kumpulan cerpen saya berjudul 'Talnovo'."
"Kemudian disusul teman-teman penulis lain seperti buku esai 'Menggelar Tikar' karya Muhajir Arrosyid, dan lainnya."
"Ada juga naskah lama yang kami terbitkan ulang, seperti 'Syair Rempah-Rempah' karya Marco Kartodikromo."
"Syair Rempah-rempah ini usianya sudah lebih dari 100 tahun, sangat melegenda di Kota Semarang dan peminatnya cukup banyak."
"Terbitan ulang kami sudah sampai cetakan ketiga," beber Santi.
Lebih lanjut Santi menyebutkan, buku-buku terbitan Beruang didistribusikan dengan menggaet para reseller dari berbagai kota seperti Yogyakarta dan Bandung.
Selain itu dalam beberapa kesempatan, penerbit ini juga menggelar acara bedah buku dengan melibatkan penulis secara langsung.
Hal itu untuk memberikan ruang interaksi lebih dekat antara penulis dengan penikmat buku.
"Ini juga sebagai satu ajang promosi kami selain melalui media sosial dan e-Commerce," tukasnya. (Idayatul Rohmah)
Baca juga: Sebulan, 5 Pemuda di Purbalingga Diamankan. Terlibat Jual Beli Penggunaan Narkoba dan Psikotropika
Baca juga: Buron Kelima Tahanan Kabur Polres Purbalingga Tertangkap, Dibekuk di Daerah Karawang
Baca juga: Di Somawangi Banjarnegara Inilah, Emak-emak Bikin Kerajinan Tikar Pandan, Begini Cerita Mereka
Baca juga: Cerita Penyuluh Agama di Mandiraja Banjarnegara Bimbing Mualaf: Bikin Pengajian Rutin Tiap Jumat