Berita Jawa Tengah

Samin Biasa Memikul 40 Kilogram Barang Sekali Jalan, Inilah Kisah Si Porter Gunung Lawu Karanganyar

Samin (45) atau yang akrab disapa Sella Samin merupakan satu dari sekian porter barang yang mengangkut sembako serta kebutuhan lainnya di Gunung Lawu.

Penulis: Agus Iswadi | Editor: deni setiawan
TRIBUN BANYUMAS/AGUS ISWADI
Samin, Si porter barang Gunung Lawu. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, KARANGANYAR - Gunung Lawu yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur memiliki keunikan tersendiri.

Pendaki tidak perlu khawatir kehabisan logistik, mengingat di gunung dengan ketinggian 3.265 Mpdl itu terdapat beberapa warung yang menjajakan makanan dan minuman.

Samin (45) atau yang akrab disapa Sella Samin merupakan satu dari sekian porter barang yang mengangkut sembako serta kebutuhan lainnya.

Itu dilakukannya dari basecamp pendakian hingga warung yang ada di Gunung Lawu.

Baca juga: Tak Menginap, Jenazah TKI Asal Jumantono Karanganyar yang Tewas di Karimun Dimakamkan Kamis Malam

Baca juga: Catat Tanggalnya! Museum Dayu Karanganyar Sudah Siap Dibuka Kembali

Baca juga: Kasir Koperasi di Colomadu Karanganyar Diduga Gelapkan Dana, Hasil Audit Ada Selisih Rp 9,3 Miliar

Baca juga: 1.600 Batang Rokok Ilegal Disita, Konsumen Mayoritas Petani, Satpol PP Karanganyar: Cari Murahnya

Warga Gondosuli Kidul, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar itu telah melakoni pekerjaan itu lebih dari tujuh tahun. 

Gunung Lawu memiliki beberapa jalur pendakian, baik yang masuk wilayah Kabupaten Magetan maupun Kabupaten Karanganyar.

Di antaranya jalur pendakian Cemoro Sewu wilayah Magetan, Cemoro Kandang dan Candi Cetho wilayah Karanganyar.

"Awal mula itu ada waktu longgar, diajak teman, karena porter kurang."

"Saya mau, itu bawa barang untuk didrop di warung yang ada di jalur Cemoro Sewu," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Jumat (2/4/2021).

Menjadi porter barang bukan pekerjaan yang mudah, mengingat harus memiliki stamina dan fisik yang kuat.

Samin menyampaikan, tidak jarang porter yang kemudian banting setir menekuni pekerjaan lain karena pertimbangan fisik maupun lainnya. 

Pemilik warung di Gunung Lawu yang hendak menggunakan jasa porter biasanya telah belanja barang dagangan terlebih dahulu untuk kemudian diletakkan di basecamp pendakian.

Lantas pemilik warung mencari porter untuk mengangkut barang dagangan itu ke warung. 

"Biasa yang dibawa itu sembako, ada sayur, mie instan, air mineral, telur, bumbu dapur, hingga beras," kata bapak tiga anak itu. 

Namun setelah menjadi pelanggan, biasanya pemilik warung akan menghubungi porter bersangkutan secara langsung.

Seperti Robet, pemilik warung di Pos 4 jalur pendakian Cemoro Kandang.

Lantaran jarang belanja barang dagangan sendiri, Robet meminta Samin untuk belanja barang apa saja yang dibutuhkan sekaligus mengangkutnya ke warung.

"Di tempat Robet sudah bisa berkomunikasi menggunakan handphone (terdapat sinyal)."

"Kalau disuruh belanja dagangan cukup melalui WhatsApp dari puncak (warungnya)."

"Di sana ada sinyal, kadang malah video call," terangnya. 

Setelah barang dagangan dikemas dan diikat tali di bagian kedua ujung bambu, barang dagangan itu lantas diangkut dari basecamp hingga warung dengan cara dipikul. 

Samin menuturkan, barang dagangan yang diangkut memiliki berat sekira 40 kilogram.

Sekali mengangkut barang dagangan biasanya hanya untuk satu warung. 

Awal menjadi porter barang, Samin seakan-akan merasa kapok dan tidak ingin mengulanginya lagi.

Namun setelah melakoninya beberapa kali, seakan tubuhnya sudah terlatih membawa beban berat. 

Samin saat memikul barang dagangan yang akan diantarkan ke warung di Gunung Lawu, Kabupaten Karanganyar.
Samin saat memikul barang dagangan yang akan diantarkan ke warung di Gunung Lawu, Kabupaten Karanganyar. (DOKUMENTASI PRIBADI SAMIN)

Baca juga: RSUD Temanggung Cuma Buka 76 Formasi Lowongan, Pelamarnya Capai 1.821 Orang

Baca juga: Pelaku Sewa Ruko Sehari di Temanggung, Toko Sembako di Solo Kena Tipu, Pesan Barang Cara COD

Baca juga: Perwakilan Warga Terdampak Tol Demak Datangi Kantor DPRD Jateng, Maksud Ingin Mengadu Tapi Kecele

"Awal pertama jadi porter itu seakan-akan kapok."

"Kalau bisa tidak naik lagi."

"Tapi lain waktu disuruh naik lagi, saya coba lagi."

"Akhirnya stamina badan sudah terlatih."

"Kadang tidak istirahat selama perjalanan," ungkapnya kepada Tribunbanyumas.com, Jumat (2/4/2021). 

Selain mengantar barang ke warung di sekitar Pos 4 jalur Cemoro Kandang, Samin juga melayani pemilik warung yang ada di sekitar Hargo Dalem atau Warung Mbok Yem. 

Dari basecamp hingga warung biasanya ditempuh sekira 4 jam hingga 4,5 jam sekali perjalanan.

Sedangkan soal harga sudah ada patokan tergantung jarak tempuh.

Sekali angkut biayanya sekira Rp 250 ribu hingga Rp 350 ribu.

"Selama menjadi porter barang heran cuma satu kali."

"Bawa barang ke tempat Robet, 4 jam naik turun."

"Biasanya itu 4 jam hanya untuk perjalanan naik," terangnya. 

Dia menjelaskan, tidak ada persiapan khusus sebelum mengakut barang dagangan ke gunung.

Hanya berbekal makanan dan minuman secukupnya.

Cemilan untuk pengganjal perut dan air mineral kemasan tanggung.

Samin memilih membawa bekal secukupnya karena apabila terlalu banyak justru dapat menambah beban barang bawaan. 

"Ngedrop ke warung tidak pasti, tergantung ramainya."

"Dahulu kalau ramai itu bisa 20 kali naik dalam sebulan."

"Bahkan sehari bisa dua kali naik," tuturnya. 

Selama menjadi porter, Samin belum pernah mengalami kendala berarti.

Kaki keram dan terpeleset menurutnya sudah biasa.

Cuaca tentu menjadi pertimbangan sebelum melakukan perjalanan naik gunung.

Biasanya laki-laki 40 tahun itu melakukan perjalanan saat siang hari. 

"Kalau mau naik mempertimbangkan cuaca."

"Pagi sudah hujan atau kabut ditunggu terlebih dahulu."

"Kalau tidak reda, ditunggu besok."

"Kalau terpaksa, ya kalau hujan pakai mantol," ungkap Samin.

Lanjutnya, meski tidak banyak kenal para pendaki, selama di perjalanan ada saja pendaki yang menyapanya.

Terkadang beberapa pendaki ada yang mengunggah fotonya saat menjadi porter ke media sosial. 

Beberapa pendaki ada yang heran saat melihat Sarmin naik ke gunung dengan mengangkut barang dagangan.

Adanya pandemi Covid-19 turut berdampak terhadap pekerjaan sampingannya sebagai porter barang.

Pasalnya, sepinya pendaki turut berdampak terhadap penjualan di warung yang ada di Gunung Lawu.

Sehingga pemilik warung jarang menggunakan jasa porter barang. 

Untuk mengisi waktu luang selama sepi permintaan menjadi porter, dirinya terkadang beralih menjadi sopir jeep wisata di destinasi wisata kawasan Tawangmangu.

Namun dari pengamatannya, jumlah pendaki mulai mengalami peningkatan sejak awal 2021.

"Dahulu sepi, naik sendiri, turun sendiri."

"Tidak jumpa pendaki selama di perjalanan."

"Selama pandemi naik paling 4-5 kali sebulan," pungkasnya. (Agus Iswadi)

Baca juga: Cerita Sopir Bus Dewi Sri di Tegal, Alih Profesi Jadi Tukang Parkir Akibat Kebijakan Larangan Mudik

Baca juga: Pemilik Odong-odong di Kota Tegal Diberi Waktu Sebulan, Ubah Spesifikasi Jadi Sepeda Wisata

Baca juga: Pemerintah Resmikan Gudang Sistem Resi Gudang Bawang Merah di Brebes, Ini Manfaatnya

Baca juga: Dinkes Jateng Periksa Ulang Sampel Penyintas Corona B117 Asal Brebes, Hasilnya Tunggu Sebulan Lagi

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved