Larangan Mudik 2021
Cerita Sopir Bus Dewi Sri di Tegal, Alih Profesi Jadi Tukang Parkir Akibat Kebijakan Larangan Mudik
Mestinya di musim mudik penghasilan Tio dari menyopiri pergi pulang Tegal- Jakarta, mencapai Rp 700 ribu sampai Rp 800 ribu.
Penulis: Fajar Bahruddin Achmad | Editor: deni setiawan
TRIBUNBANYUMAS.COM, TEGAL - Musim mudik Lebaran 2020, menjadi masa-masa sulit bagi Tio (31), sopir Perusahaan Otobus (PO) Dewi Sri di Terminal Tipe A Kota Tegal.
Dia harus kehilangan penghasilannya sebagai sopir bus rute Tegal- Jakarta selama sebulan penuh.
Padahal bagi pekerja di sektor transportasi umum sepertinya, musim mudik menjadi ladang penghasilan terbesar selama setahun sekali.
Baca juga: Pemilik Odong-odong di Kota Tegal Diberi Waktu Sebulan, Ubah Spesifikasi Jadi Sepeda Wisata
Baca juga: Satu Gereja Dijaga Delapan Polisi, Perayaan Paskah di Kota Tegal
Baca juga: Bertambah Menjadi 53 Orang Positif Covid-19, Klaster Senam Warga Penusupan Kabupaten Tegal
Baca juga: Bioskop di Kota Tegal Masih Sepi Penonton, Pengelola Berharap Bisa Tambah Jam Operasional
Dia tidak bisa membayangkan, jika kondisi tersebut akan terulang lagi di tahun ini karena adanya larangan mudik.
Tio mengatakan, penghasilan terbesarnya harus hilang karena adanya larangan mudik.
Mestinya di musim mudik penghasilan dari menyopiri pergi pulang Tegal- Jakarta, mencapai Rp 700 ribu sampai Rp 800 ribu.
Berbeda dengan hari-hari biasa yang penghasilannya lebih rendah, hanya Rp 300 ribu sampai Rp 400 ribu.
"Penghasilan sopir dan kernet dua hari sekali, bolak-balik Tegal Jakarta."
"Musim mudik sampai Rp 700 ribu sampai Rp 800 ribu," kata Tio, warga Debongwetan, Kabupaten Tegal itu kepada Tribunbanyumas.com, Jumat (2/4/2021).
Tio bercerita, karena tidak ada penghasilan sebagai sopir, ia pun harus bekerja serabutan menjadi tukang parkir dan kuli bangunan.
Dia menjadi tukang parkir di daerah rumah mertuanya, di Warungpring, Kabupaten Pemalang.
Penghasilan itu untuk mencukupi kebutuhan makan sehari-hari.
Namun menurut Tio, kebutuhan menjelang Lebaran tidak hanya untuk mencukupi makan sehari-hari.
Ada kebutuhan lain, seperti gula, teh, dan lain sebagainya untuk silaturahmi ke keluarga.