Berita Kesehatan

Kandidat Vaksin Covid-19 dari 2 Perusahaan Menunjukkan Hasil Baik, Ini Kata Epidemiolog

Hasil awal uji coba vaksin virus Covid-19 dari sejumlah perusahaan farmasi memberi angin segar bagi penanganan wabah yang dihadapi dunia.

Editor: rika irawati
Shutterstock via Kompas.com
Ilustrasi vaksin virus corona 

TRIBUNBANYUMAS.COM - Hasil awal uji coba vaksin virus Covid-19 dari sejumlah perusahaan farmasi memberi angin segar bagi penanganan wabah yang kini dihadapi hampir seluruh negara di dunia itu.

Ini terjadi setelah perusahaan farmasi Pfizer menyebutkan bahwa vaksin virus corona buatan mereka 90 persen efektif mencegah gejala Covid-19.

Update terbaru, vaksin virus corona perusahaan Moderna yang memasuki uji coba tahap 3, disebutkan memiliki tingkat efektivitas yang lebih tinggi, yakni 94,5 persen.

Apakah dengan pengumuman tersebut, masyarakat akan segera memasuki masa normal dengan adanya vaksin?

Belum bisa jadi patokan

Melihat hasil uji coba dua vaksin corona itu, epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menyebut, meski angka efektivitas yang dihasilkan sudah terbilang tinggi namun ini bukan lah hasil akhir yang bisa dijadikan patokan.

Baca juga: BKPP Kota Semarang: 203 ASN di Pemkot Terpapar Covid-19, Jalani Isolasi di Sejumlah Tempat

Baca juga: Kedapatan Tak Pakai Masker saat Kerja, Seorang ASN di Pemkot Semarang Terima Sanksi Pemotongan TPP

Baca juga: Sebulan Capai 466 Kasus, Klaster Keluarga Dominasi Penyebaran Covid-19 di Kabupaten Tegal

Baca juga: Update Covid-19 Temanggung, Senin 16 November: Orang Terpapar Virus Corona Mencapai 1.081 Kasus

Sebab, menurut Dicky, hasil final dari riset vaksin tersebut masih belum tersedia.

"Itu (hasil uji coba tahap 3) baru preliminary study. Artinya, hasil awal, sama seperti riset sebelumnya," kata Dicky saat dihubungi Selasa (17/11/2020).

Mampu melawan virus

Namun, ia menjelaskan, angka efektivitas itu bisa diartikan bahwa calon vaksin tersebut memang memiliki kemampuan melawan virus corona.

"Bahwa, oke, setidaknya ada potensi efektif, efisiensi dalam (berarti) setidaknya fungsi proteksi untuk (infeksi) tidak jadi parah. Kemudian tidak terinfeksi di (waktu) sekarang, sudah ada (kemungkinan itu)," jelas dia.

Dicky juga menggarisbawahi bahwa masih belum bisa dipastikan seberapa lama vaksin ini akan efektif pada tubuh manusia. Selain juga soal keamanannya.

"Dari aspek keamanan, juga belum sepenuhnya ada hasilnya. Jadi, kita harus tetap menunggu. Intinya, ini belum final. Tapi, setidaknya sudah ada kabar baik bahwa ada potensi efektivitas," ungkap Dicky.

Keamanan dan efektivitas

Melihat sejumlah uji coba vaksin menunjukkan hasil signifikan, Dicky menilai, hal itu juga merupakan hal yang positif.

Sebab vaksin yang dipilih untuk pengendalian pandemi Covid-19 nantinya, diperlukan adanya diversifikasi atau variasi, dalam kaitan evektifitas, jenis vaksin, dan beberapa pertimbangan.

Baca juga: Hore, Guru dan Nakes Gratis Masuk Lawang Sewu dan Museum Kereta Ambarawa. Begini Caranya

Baca juga: Usai Datang ke Acara Ulang Tahun, 74 Warga Tasikmalaya Dilarikan ke Puskesmas Alami Mual dan Pusing

Baca juga: 3 Warga Masih Hilang Tertimbung Longsor di Banjarpanepen Banyumas, Dandim Akan Datangkan Alat Berat

Baca juga: Melarikan Diri Ke Surabaya, Terduga Pelaku Pembunuh Siswi asal Demak di Bandungan Semarang Dibekuk

"Karena jumlahnya (satu produk vaksin) juga enggak akan cukup (untuk kebutuhan global), kemudian juga bagaimana dari sisi kemudahan pengiriman, transportasi, penyimpanan, dan harga juga jadi pertimbangan," lanjutnya.

Program vaksinasi

Adanya vaksin yang aman dan efektif menurut Dicky baru satu langkah meredakan pandemi. Sementara, langkah berikutnya adalah bagaimana perencanaan dan program vaksinasi.

"Itu yang harus disiapkan," sebutnya.

Dalam proses persiapan itu, ada 3 faktor yang menurut dia harus diperhatikan.

Faktor pertama adalah menekan serendah mungkin angka reproduksi dari infeksi, dengan melandaikan kurva.

"(Ini bisa dicapai dengan penerapan) strategi 3T (testing, tracing, dan treatment) dan 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun) di seluruh daerah)," papar Dicky.

Kemudian, faktor kedua adalah mempersiapkan cakupan dari vaksinasi yang akan dilakukan. Semakin besar cakupan yang ada maka akan semakin baik.

Baca juga: Babinsa Banyumas Diminta Melek Teknologi dan Manfaatkan Media Sosial untuk Tangkal Hoaks

Baca juga: 2 Hari Warga Soropadan Temanggung Temukan Ikan di Sungai Elo Mati, Diduga Tercemar Limbah Pabrik

Baca juga: 34 Kabupaten/Kota di Jateng Setor Usulan UMK ke Gubernur, Hanya 10 Daerah yang Setor Satu Angka

Baca juga: Dikira Tidur, Seorang Pria Ditemukan Tewas di Dalam Mobil Rental di Jalan Veteran Kota Semarang

Akan lebih baik lagi apabila vaksinasi yang akan dilakukan bisa mencakup hampir 100 persen masyarakat.

"Artinya, harus ada strategi komunikasi risiko yang tepat dan efektif dengan masyarakat terkait program vaksinasi ini," kata Dicky.

Faktor terakhir adalah memilih vaksin yang akan digunakan. Hal tersebut yang menurutnya perlu dinegosiasikan dengan banyak pihak melalui strategi yang tepat.

"Kita harus memilih produk vaksin yang memiliki efektivitas atau efikasi yang memadai. Tiga faktor inilah yang menentukan keberasilan herd immunity strategy," jelas Dicky. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Vaksin Moderna dan Pfizer Diklaim Efektif Lawan Corona, Ini Kata Epidemiolog".

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved