Berita Kesehatan

Gaya Hidup Bisa Picu Hipertensi pada Anak Muda, Begini Cara Mengendalikan untuk Mencegah Komplikasi

Hipertensi bisa terjadi pada anak muda karena gaya hidup, begini cara mengendalikannya agar tak memicu komplikasi.

Penulis: rika irawati | Editor: rika irawati
TRIBUNJOGJA
Ilustrasi pengecekan tekanan darah. Hipertensi bisa terjadi pada anak muda karena gaya hidup, begini cara mengendalikannya agar tak memicu komplikasi. 

TRIBUNBANYUMAS.COM - Hipertensi atau tekanan darah tinggi sering kali tak disadari lantaran tak menimbulkan gejala, seperti penyakit lain.

Itu sebabnya, tak banyak anak muda yang menyadari telah mengalami hipertensi.

Terutama, mereka yang memiliki gaya hidup tak sehat.

Lalu, apa sebetulnya hipertensi?

Dokter Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta, dr Meutia Gebrina SpPD menjelaskan, hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih atau sama dengan 90 mmHg pada 2 kali pengukuran dalam waktu 5 menit.

Pengukuran itu dilakukan saat pasien dalam keadaan cukup istirahat atau tenang.

Meutia mengatakan, hipertensi atau tekanan darah tinggi dapat terjadi karena faktor keturunan atau juga gaya hidup.

"Selain faktor keturunan, hipertensi primer dapat disebabkan oleh gaya hidup tidak sehat atau kondisi kesehatan tertentu (diabetes, obesitas)," jelas Meutia dikutip Tribunbanyumas.com, dari laman Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI yang dipublikasikan 5 Januari 2024.

Baca juga: Mengonsumsi Daging Kambing Dipercaya Bisa Memicu Hipertensi, Benarkah?

Meutia mengakui, banyak pasien hipertensi tak mengeluhkan gejala.

"Namun, tidak bergejala bukan berarti tidak berbahaya."

"Karena, hipertensi lama-kelamaan dapat mengakibatkan berbagai macam komplikasi, di antaranya stroke, penyakit jantung, penyakit ginjal, gangguan penglihatan, dan lain sebagainya," ungkapnya.

Itu sebabnya, Meutia mengatakan pentingnya memeriksa tekanan darah secara rutin.

Bahkan, dia menganjurkan pemeriksaan tekanan darah rutin dilakukan sejak berumur 18 tahun.

"Sementara, bagi usia lebih dari 50 tahun, pengukuran harus lebih sering," kata dia.

Pengukuran tekanan darah ini tak selalu harus dilakukan di fasilitas kesehatan namun bisa dilakukan secara mandiri di rumah.

Tidak Bisa Sembuh

Meutia mengatakan, hipertensi merupakan penyakit kronis atau penyakit menahun, yang umumnya tidak bisa sembuh total.

Namun demikian, hipertensi bisa dikendalikan supaya tidak terjadi komplikasi di tubuh.

Baca juga: Balkesmas Semarang Ajak Warga Tegal Cegah Hipertensi dan Diabetes Lewat Strategi ABCDEF, Apa Itu?

Menurut Meutia, berikut upaya yang bisa dilakukan untuk mengendalikan hipertensi:

1. Kurangi asupan garam.

Dijelaskan Meutia, mengurangi garam yang dimaksud bukan hanya garam meja tetapi juga mengurangi mengonsumsi makanan-makanan yang mengandung garam tinggi, di antaranya makanan cepat saji, makanan berpengawet, keju, mentega, dan makanan kemasan.

"Termasuk, kerupuk dan keripik," imbuhnya.

2. Perbaiki pola makan.

Dalam hal memperbaiki pola makan, Meutia menyerankan untuk mengurangi makanan tinggi lemak, termasuk makanan yang digoreng.

"Perbanyak asupan serat, semisal sayur dan buah-buahan," kata dia.

3. Tingkatkan aktivitas fisik lewat rajin berolahraga.

4. Tidur cukup serta menghindari stress berlebihan.

5. Turunkan berat badan yang berlebih.

Baca juga: Waspada 5 Penyakit yang Terjadi saat Musim Hujan, Apa Saja?

6. Konsumsi obat-obatan secara rutin atas petunjuk dokter.

Meutia mengatakan, obat antihipertensi memang harus dikonsumsi seumur hidup.

Bila tekanan darah sudah turun, obat pun harus tetap diminum, kecuali bila dokter yang menghentikan.

Dia juga membantan, mengonsumsi obat antihipertensi seumur hidup bisa merusak ginjal.

"Obat-obatan antihipertensi tidak mengakibatkan gangguan ginjal. Gangguan ginjal justru terjadi akibat hipertensi yang tidak terkendali," katanya.

7. Stop merokok dan stop minum alkohol.

8. Menjaga pola hidup sehat meskipun sudah minum obat antihipertensi.

9. Kontrol ke dokter secara berkala untuk memantau tekanan darah dan memantau komplikasi penyakit.

Setiap kontrol ke dokter, tekanan darah akan diperiksa, apakah sudah terkendali atau belum.

"Tanyakan pada dokter apakah tekanan darah Anda sudah terkendali. Bila tekanan darah belum terkendali, dokter dapat menyarankan untuk menambah jenis atau dosis obat-obatan," kata dia.

10. Pemeriksaan tekanan darah secara mandiri di rumah (home blood pressure monitoring).

Meutia menyarankan agar pemeriksaan tekanan darah juga dilaksanakan secara mandiri di rumah.

Hal ini perlu karena terkadang, tekanan darah di klinik tidak sama dengan variasi tekanan darah harian di rumah.

Hal ini juga dapat membantu mengoptimalkan cara-cara mengonsumsi obat antihipertensi. (*)

Baca juga: 2,16 Ton Beras Bantuan Pemerintah untuk Warga di Kendal Ludes Terbakar, Api Melalap Aula Balai Desa

Baca juga: Bertemu Kader PSI di Bandung, Presiden Jokowi Enggan Disebut Berkampanye: Datang Minum Teh

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved