PPKM Darurat Jateng
Cerita Pedagang PAI Tegal Hadapi PPKM Darurat: Kami Juga Menangis
Seorang pedagang di PAI Tegal, Ani Rohani (47) mengatakan, sebagai masyarakat kecil ia hanya bisa patuh mengikuti kebijakan dari pemerintah.
Penulis: Fajar Bahruddin Achmad | Editor: deni setiawan
TRIBUNBANYUMAS.COM, TEGAL - Pedagang di Objek Wisata Pantai Alam Indah (PAI) Tegal tidak bisa membayangkan nasib para karyawannya semasa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat Jawa- Bali.
Selama 18 hari mereka harus tutup, pada Sabtu (3/7/2021) hingga Selasa (20/7/2021).
Mereka mengeluh dengan kebijakan PPKM Darurat Jawa- Bali.
Namun mereka hanya bisa pasrah dan berharap ada kebijakan yang tidak memberatkan rakyat kecil.
Sementara jumlah masyarakat yang mata pencariannya di PAI Tegal jumlahnya mencapai 300 orang.
Mulai dari pedagang, tukang sewa tikar, tukang sewa ban, dan tukang parkir.
Baca juga: Sekda Kota Tegal: Tidak Ada Bantuan Sosial Selama PPKM Darurat
Baca juga: Berikut 16 Aturan PPKM Darurat di Kota Tegal, Berlaku Hari Ini Hingga 20 Juli 2021
Baca juga: Dedy Yon Supriyono: Di Kota Tegal, Semua Tempat Sifatnya Hiburan Ditutup Semua
Baca juga: Buka 470 Formasi, Berikut Link Penerimaan CPNS dan PPPK Kota Tegal Tahun Ini
Seorang pedagang di PAI Tegal, Ani Rohani (47) mengatakan, sebagai masyarakat kecil ia hanya bisa patuh mengikuti kebijakan dari pemerintah.
Dia mengira pastinya pemerintah sudah mempertimbangkan baik buruknya kebijakan tersebut.
Namun menurut Ani, semestinya pemerintah melihat dan mempertimbangkan dampak yang terjadi terhadap masyarakat kecil.
Dia mengatakan, kehidupan masyarakat kecil berbeda dengan orang-orang berpenghasilan banyak.
Karena masyarakat kecil kerja seharian, hasilnya untuk makan sehari.
"Kami punya anak buah banyak."
"Seandainya terjadi PPKM seperti ini, terus tidak ada kompensasi apa-apa."
"Ya otomatis kami pun sangat mengeluh dan kesusahan," kata Wakil Ketua Paguyuban Pedagang PAI Tegal itu kepada Tribunbanyumas.com, Sabtu (3/7/2021).
Ani mengatakan, ia dan pedagang lainnya tidak sanggup membayangkan, karena beberapa kebijakan untuk tutup sudah pernah dirasakan.