Berita Tegal
Cerita Srikandi Asal Kota Tegal, Sempat Dianggap Gila Karena Mainan Sampah
Bank Sampah Mawar Biru percaya, keberhasilan bank sampah tidak diukur dari meningkatnya volume sampah yang disetorkan masyarakat.
Penulis: Fajar Bahruddin Achmad | Editor: deni setiawan
“Melalu bank sampah ini, kami mengedukasi masyarakat untuk mengurangi sampah plastik."
"Bagaimana mengurangi dan memilah sampah untuk diterapkan di rumah masing-masing,” kata Nur kepada Tribunbanyumas.com, Kamis (5/11/2020).

Baca juga: Beralih dari BBM ke BBG, Pertamina Serahkan Perangkat Konverter Buat Nelayan Cilacap
Baca juga: BMKG: Dampak Tertinggi Akibat La Nina di Jateng Bagian Selatan, Seperti Cilacap dan Banyumas
Nur mengatakan, setiap bulan sampah yang terkumpul di lingkungan tiga rukun warga mencapai 100 kilogram.
Volume sampah tersebut terhitung masih tinggi.
Meski demikian, menurut Nur, ada perubahan signifikan dalam perubahan perilaku masyarakat.
Dahulu orang dengan mudahnya membuang sampah sembarangan, sekarang tidak.
Hal itu dapat dilihat dari lingkungan, terutama selokan yang bersih dari sampah.
Lalu saat ada acara di lingkungan RT dan RW, masyarakat sudah menggunakan gelas dan piring.
Tidak lagi menggunakan gelas plastik atau dus.
Beberapa warga pun sudah membiasakan membawa tas dari rumah saat akan belanja dan membawa rantang saat membeli makanan.
Nur mengatakan, jika volume sampah menurun, artinya kesadaran masyarakat untuk penggunaan sampah plastik berhasil.
“Upaya ini sebagai peran untuk memberikan lingkungan yang lebih baik kepada generasi penerus."
"Masyarakat sadar sampah, terutama limbah rumah tangga."
"Karena itu tidak kotor dan bukan sesuatu yang menjijikan,” ungkap peraih penghargaan Kalpataru sebagai Perintis, Pengabdi, dan Penyelamat Lingkungan Hidup dari Gubernur Jawa Tengan Ganjar Pranowo itu.
Nur bercerita, merintis bank sampah di lingkungannya pada mulanya tidak mudah, rintangan tetap ada.