Berita Tegal
Cerita Srikandi Asal Kota Tegal, Sempat Dianggap Gila Karena Mainan Sampah
Bank Sampah Mawar Biru percaya, keberhasilan bank sampah tidak diukur dari meningkatnya volume sampah yang disetorkan masyarakat.
Penulis: Fajar Bahruddin Achmad | Editor: deni setiawan
Ia dan ibu-ibu yang lain sempat dianggap gila di awal merintis.
Tidak sedikit juga yang mencemooh dan menghina.
Mereka bilang dianggap gila karena bersentuhan dengan sampah.
Tapi ia bersyukur, masyarakat mulai sadar pentingnya peduli lingkungan dengan mengurangi penggunaan sampah plastik.
“Awalnya beberapa orang mencomooh saya, ‘Gila mainan sampah’."
"Tapi saya tidak peduli, terserah orang mau bilang apa,” ingat Nur.

Baca juga: Pemkab Banyumas Pertimbangkan Tambah 10 Sekolah Pelaksana Uji Coba PTM, Ini Alasannya
Baca juga: Setujui Penggalangan Dana Lewat Bulan Dana PMI, Bupati Banyumas Minta Fokus Kegiatan untuk Komorbid
Ajak Warga Olah Sampah
Nur mengatakan, hasil sampah yang disetorkan oleh warga kemudian dipisahkan kembali berdasarkan kategorinya.
Ada plastik tipis, plastik fleksibel, hard plastik, kertas, beling, hingga kardus.
Setelah itu sebagian plastik diolah untuk kerajinan tangan, seperti tas plastik, sepatu, hingga aksesoris lainnya.
Sampah plastik yang digunakan untuk kerajinan tangan, Nur beli secara pribadi dari Bank Sampah Mawar Biru.
“Saya juga mengajak masyarakat yang punya waktu luang untuk membuat kerajinan tangan dari sampah plastik."
"Banyak ragamnya, seperti aksesoris yang sering digunakan sehari-hari,” katanya.
Selain mengolah sampah plastik, menurut Nur, pihaknya juga mengajak masyarakat untuk memanfaatkan sampah organik menjadi eco enzyme.
Eco enzyme adalah larutan zat organik komplek yang diproduksi dari fermentasi sisa sampah organik.