Berita Batang

Perjuangan Hidup Bayi di Batang, Kamar Bima Dipenuhi Tabung Oksigen, Divonis Derita Jantung Bocor

Anak kedua dari pasangan Pujiyanto (40) dan Umi Latifah (30) lahir dengan kondisi bibir sumbing sampai ke langit-langit mulut.

Penulis: dina indriani | Editor: deni setiawan
TRIBUN BANYUMAS/DINA INDRIANI
Bima Risky Maulana, bayi usia 6 bulan divonis menderita jantung bocor, infeksi paru-paru, dan bibir sumbing di Kabupaten Batang, Senin (9/3/2020). 

TRIBUNBANYUMAS.COM, BATANG - Memasuki kamar Bima Risky Maulana, bayi usia 6 bulan tidak akan didapati mainan bayi selayaknya kamar anak di seusianya pada umumnya.

Yang terlihat hanyalah empat tabung oksigen ukuran 6 kubik dengan panjang sekira 1,5 meter dengan diameter sekira 30 sentimeter di pojok kamar.

Di sisi pinggir kasur tampak pula compressor nebulizer atau alat terapi pernapasan.

Tidak ada tawa renyah bayi, atau tangis manja seorang bayi karena lapar.

Yang ada hanya suara napas Bima yang tersengal-sengal berjuang hidup dengan masker oksigen dan selang di mulutnya.

Disertai tangis kesakitan, musabab berjuang melawan getirnya hidup sedini itu.

ZI Buka Suara, Pelantikan Perangkat Desa Bertarif di Purbalingga, Terjadi Juga di Cipawon Bukateja

Ganjar Didatangi Eks Anggota ISIS, Begini Hasil Percakapan Mereka di Puri Gedeh Semarang

Desa Sumingkir Jadi Exit Tol Cilacap, Kades: Terdampak Cuma di Dusun Kedung Banteng Selatan

"Bima ketika berusia dua bulan divonis dokter mengalami jantung bocor sekira 3 sampai 4 milimeter."

"Paru-parunya juga mengalami infeksi," tutur Ayah Bima, Pujiyanto saat ditemui Tribunbanyumas.com di rumahnya, Senin (9/3/2020).

Dia tinggal di Dukuh Legoksari RT 06 RW 06 Kelurahan Proyonanggan Tengah, Kecamatan Batang, Kabupaten Batang.

Tidak hanya itu, anak kedua dari pasangan Pujiyanto (40) dan Umi Latifah (30) lahir dengan kondisi bibir sumbing sampai ke langit-langit mulut.

Mata kiri mengalami retina ganda serta tangan sebelah kanan terdapat enam jari.

"Setelah lahir di rumah bidan, Bima memang seminggu di rawat di rumah sakit karena kondisi tersebut," jelas Pujiyanto.

Pujiyanto menjelaskan, Bima bernapas memang tergantung oksigen.

Jika oksigen dilepas, dia akan mengalami sesak napas dan kulit jadi membiru.

Dalam sehari paling tidak satu tabung ukuran 6 kubik habis dihirup Bima.

Adakalanya sebelum satu hari oksigen di tabung sudah habis.

Selain itu, Bima juga harus mengkonsumsi obat jantung dan paru-paru.

"Tidak tentu tergantung rewel atau tidak, kalau sering rewel belum ada 24 jam sudah habis."

"Sebaliknya kalau dia tenang maka tabung bisa seharian," jelasnya.

Galian C Grobogan Telan Korban, Lima Santriwati Ponpes Al Lathifiyah Tewas Tenggelam

Suara Terbanyak Pilkades Purbalingga Didominasi Wajah Baru, PPDRI: Kepercayaan Masyarakat Berkurang

Kampanye Gerakan Cuci Tangan Gunakan Sabun, IDI Banjarnegara: Tak Perlu Over Panic Hadapi Corona

Pujiyanto menceritakan kejadian awal Bima divonis jantung bocor waktu tersedak saat minum air susu lewat selang.

Ketika itu Bima baru saja diimunisasi.

Setelah itu Bima mengalami panas tinggi sehingga dibawa ke RSUD Kalisari Batang.

Dokter anak di rumah sakit tersebut memprediksi dia terkena kelainan jantung sehingga harus dirawat hingga 10 hari.

Berhubung tidak ada perkembangan, lantas dari pihak RSUD merujuk Bima ke RSUP dr Kariadi Semarang.

Dalam perjalanan ke rumah sakit tersebut, Bima sempat mengalami sesak napas dan sesampainya di sana, langsung dibawa ke IGD.

"Di IGD selama dua hari, pindah ICU anak 10 hari, selama perawatan itulah Bima divonis penyakit jantung bocor dan infeksi paru," terangnya.

Selepas keluar dari RSUP dr Kariadi Semarang pada 20 Januari 2020, seharusnya Bima kontrol rutin kembali.

Namun sampai saat ini, Pujiyanto belum membawa Bima ke sana lagi karena terkendala biaya.

Sekaligus trauma di perjalanan takut Bima mengalami sesak napas di perjalanan seperti pertama kali dibawa RSUP dr Kariadi Semarang.

"Ingin sekali memeriksakan Bima ke Semarang karena ingin tahu hasil ikhtiar kami selama empat bulan ini."

"Terutama kondisi bocor di jantung dan infeksi paru apakah sudah membaik," terangnya.

PSCS Cilacap Masuk Grup Timur, Dirut PT LIB: Demi Keseimbangan Liga 2 2020

Nasib Atlet Arum Jeram Belum Jelas, KONI Banyumas: Terjadwal Agustus di China

BREAKING NEWS, Empat Pasien Dinyatakan Negatif Corona di Banyumas, Tinggal Satu Lagi

Waktu di RSUP dr Kariadi, dia dan istrinya sempat diajari oleh dokter dan perawat terkait cara memberikan oksigen kepada Bima.

Sehingga sekarang bisa merawat Bima menggunakan oksigen di rumah.

Di rumah yang di tempati Pujiyanto, terdapat empat tabung hasil pinjaman dari perusahaan gas.

Sedangkan untuk mengisi ulang harus membeli dengan biaya isi ulang Rp 70 ribu.

"Saya kerja di galangan kapal. Hasil sehari hanya cukup untuk beli oksigen."

"Kebutuhan lain seperti pampers, hingga susu memang tidak mencukupi."

"Beberapa bulan lalu jual sepeda motor, namun sekarang uang itu sudah habis."

"Di rumah sudah tidak ada lagi yang bisa dijual," ujarnya.

"Saya sempat berhenti kerja tiga bulan, istri sempat down namun saya motivasi agar berani mengurus sendirian."

"Akhirnya istri sanggup dan saya kemudian bekerja agar bisa beli oksigen,"

Kini, Pujiyanto dan keluarga masih menumpang di rumah milik kakaknya.

Dia telah menjual motor dan sepedanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Keluarga besar Pujiyanto juga mendukung secara finansial meskipun dengan segala keterbatasan.

"Harta saya tinggal dipan kayu dan kompor. Saya berniat mau jual."

"Namun oleh temen saya dimarahi habis-habisan karena dipan untuk tidur Bima, kompor buat masak istri."

"Teman dan keluarga besar saya lah yang mendukung saya selama ini," bebernya.

Gadis 15 Tahun Bunuh Teman, Kemen PPPA: Pelaku Itu Juga Korban, Kami Beri Dampingan Psikologi

Tiga Desa di Kecamatan Jeruklegi Bakal Dilintasi Tol Pejagan-Cilacap, Exit Tol di Sumingkir

Pelantikan Perangkat Desa Bertarif, Capai Rp 80 Juta, Polres Purbalingga: Sisa Uang di Laci Kades

Kendati demikian Pujiyanto menjalaninya dengan ikhlas.

Tanpa mengeluh dan fokus untuk kesembuhan anaknya.

"Jalani saja, Gusti Allah yang mengatur," tuturnya.

Sedangkan Ibu Bima, Umi Latifah (30) menjelaskan kondisi Bima memang saat ini harus dipantau selama 24 jam.

Sebab anaknya bernapas tergantung dengan oksigen dari tabung.

Ketika masker yang menghubungkan antara alat pernapasan dengan tabung lepas, ditakutkan akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

"Bahkan sempat saya kasih plester di beberapa bagian agar merekat ketika saya tinggal ke kamar mandi atau keperluan lain."

"Saya takut masker lepas tapi tidak ada saya atau suami," katanya.

Umi mengatakan, Bima saat ini memang sudah tidak terlalu rewel terutama ketika tidur dalam posisi tengkurap.

Sebaliknya pada posisi telungkup dia akan akan menangis karena dimungkinkan tidak nyaman.

Bahkan seringkali Bima menangis sampai berjam-jam dari malam sampai pagi.

Dia akan berhenti menangis ketika sudah capek.

Di sisi lain, pemenuhan gizi Bima memang masih disuplai susu formula melalui selang.

"Habis minum susu biasanya Bima akan sesak napas."

"Dalam kondisi tersebut saya harus menaikan tekanan oksigen ke level 5, ketika sudah diam level oksigen diturunkan lagi ke level 3 secara bertahap," katanya.

Kondisi berat badan Bima saat ini 4,2 kilogram di usia enam bulan.

"Baru beberapa minggu ini Bima menemukan posisi yang nyaman seperti itu."

"Sebenarnya saya khawatir juga karena tidak melihat posisi masker oksigen tetapi karena dia nyaman seperti itu ya biarlah sesekali saya cek juga sambil membersihkan lendir di hidungnya," pungkasnya. (Dina Indriani)

Kisah Pesulap Asal Inggris di Semarang, Mau Ngisi Acara di Kapal Viking Sun, Tapi Malah Dilarang

Kisah Bule Belanda Jualan Kebab di Cilacap, Ini Jawabnya Ditanya Kenapa Pilih Tinggal di Indonesia

Dua Bule Asal Rusia Kehabisan Uang, Kapolsek Genuk Senang Lihat Mereka Lahap Makan Mie Rebus Telur

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved