TRIBUNBANYUMAS.COM, PURWOKERTO - Bank Indonesia (BI) mengingatkan adanya potensi kenaikan harga beras, cabai merah, dan cabai rawit akibat curah hujan tinggi di awal tahun serta meningkatnya permintaan menjelang Ramadhan dan Idulfitri.
Hal ini disampaikan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra, saat acara Angkring (updAte iNformasi dan perkembanGan eKonomi RegIonal jateNG) yang digelar di Kantor Perwakilan BI Jateng, Semarang, secara hybrid, Senin (17/2/2025).
Acara Angkring ini juga dihadiri oleh Deputi Kepala Perwakilan BI Jateng Nita Rachmenia dan Andi Reina Sari, serta beberapa kepala Kantor Perwakilan BI di daerah lain secara daring.
Baca juga: Kenaikan Harga Bawang Hingga Emas Perhiasan Picu Inflasi di Purwokerto dan Cilacap, Ini Strategi BI
Diantaranya yakni Kepala Kantor Perwakilan BI Purwokerto, Christoveny, Kepala Kantor Perwakilan BI Tegal, Bimala, dan Deputi Kepala Kantor Perwakilan BI Solo, Hesti Candra Sari.
Menyikapi hal ini, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Jawa Tengah telah melakukan koordinasi intensif, termasuk melalui High Level Meeting (HLM) dan Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) pada 12 Februari 2025
Sebagai upaya menjaga stabilitas harga, langkah-langkah strategis yang akan diambil diantaranya perluasan program "Simanis" (Sinergi Inflasi Semakin Harmonis), pelaksanaan Gerakan Pangan Murah (GPM) serentak, peningkatan pengawasan stok pangan dan percepatan tanam menjelang Idul Fitri.
Ia melanjutkan, pertumbuhan ekonomi Jateng pada 2024 mencapai 4,95 persen (year on year/yoy).
Baca juga: BI Tegal Ajak Walisongo Halal Center Mengadakan Pelatihan Juru Sembelih Halal bagi Masyarakat Umum
Hal ini lebih tinggi dibandingkan beberapa provinsi lain di Pulau Jawa seperti Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Timur.
Dengan demikian perekonomian Jawa Tengah tetap menunjukkan pertumbuhan positif meskipun menghadapi tantangan global.
"Perekonomian nasional juga masih solid dengan pertumbuhan 5,03 persen (yoy) pada 2024, lebih baik dibandingkan beberapa negara lain seperti Singapura (4,3 persen), Arab Saudi (4,4 persen), dan Malaysia (4,8 persen)," ujarnya dalam siaran pers, kepada Tribunbanyumas.com.
BI optimistis pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah tetap kuat pada 2025, didorong oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga, investasi, serta stabilitas sektor pertanian yang lebih terjaga dibandingkan 2024.
Melanjutkan tren pemulihan ekonomi Jawa Tengah yang berkesinambungan, diperlukan langkah-langkah yang lebih strategis dan sinergi kebijakan antara pemerintah daerah dan Bank Indonesia.
Perlunya keterlibatan pelaku usaha dalam mempertahankan produktivitas sektor-sektor utama dan menjaga iklim investasi tetap kondusif.
Menurutnya, ketahanan ekonomi Jawa Tengah ditopang oleh kuatnya permintaan domestik, terutama konsumsi rumah tangga yang tumbuh 5,15 persen (yoy) dan investasi yang meningkat 6,55 persen (yoy).
Baca juga: Uang Pecahan Rp10 Ribu Warna Ungu Dikabarkan Tak Berlaku Lagi, BI: Masih Sah untuk Transaksi
Kinerja positif ini juga didukung oleh pertumbuhan di sektor industri pengolahan dan konstruksi, yang masing-masing menyumbang 1,16 persen dan 0,84 persen terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi.