Berita Demak

Derita Anak Pesisir Demak, Banjir Rob Menahun Ganggu Kesehatan Mental: Mau Main Keluar Susah

Banjir rob menahun di Timbulsloko, Sayung, Demak, merusak kesehatan mental anak-anak setempat. Tak ada tempat sebagai arena ermain bersama.

Penulis: iwan Arifianto | Editor: yayan isro roziki
Tribunbanyumas.com/Iwan Arifianto
Anak Timbulsloko pulang dari sekolah menggunakan perahu untuk menuju ke rumahnya. Biaya naik perahu Rp5 ribu, fasilitas ini hanya digunakan bagi anak yang memiliki uang saku lebih. Sebaliknya, jika tidak ada uang mereka harus jalan kaki sejauh 2,5 kilometer untuk menuju daratan, di Kabupaten Demak, Jumat (16/6/2023) sore. 

Di tempat itulah dimanfaatkan warga untuk menjadi dermaga kecil sekaligus tempat bermain bagi anak-anak atau kegiatan masyarakat lainnya.

"Saya jadi jarang main di luar rumah. Lebih enak main handphone aja. Mau main di luar susah," sambung Vita.

Kondisi tersebut memaksa para anak di Timbulsloko kehilangan beberapa teman sepermainan.

Tyo mengaku, banyak teman sebayanya pindah mengikuti orangtuanya termasuk sahabatnya bernama  Wildan yang pergi dari Timbulsloko pada tahun 2019. 

"Saya sebenarnya ingin pindah dari sini tapi orangtua tidak pindah," katanya.

Huda mengatakan, tak hanya kehilangan tempat bermain akibat rob tetapi kehilangan pula teman-teman dekatnya.

Pengakuannya, sebanyak  empat teman dekatnya telah pindah. Mereka mulai berpindah satu persatu sejak tahun 2020.

Sahabatnya bernama Dani telah pindah sejak tahun 2020 mengikuti orangtuanya ke Belerong, Bulusari, Demak.

"Saya mau pindah tapi belum bisa," ucap pelajar kelas 6 di MI Darul Najah Onggorawe, Sayung.

Semua terendam seperti lautan

Para anak bermain bola di depan Masjid Darul Ibad, Timbulsloko, Sayung, Demak, Jumat (16/6/2023) sore.
Para anak bermain bola di depan Masjid Darul Ibad, Timbulsloko, Sayung, Demak, Jumat (16/6/2023) sore. (Tribunbanyumas.com/Iwan Arifianto)

Para anak-anak di Timbulsloko ada yang tak pernah merasakan daratan akibat lahir di kampung tersebut ketika sudah direndam rob.

Di antaranya Tyo, yang sudah sejak kecil hanya ingat kampungnya sudah dalam kondisi rob.

Ia hanya tahu dahulu kampungnya adalah kampung asri berasal dari cerita kakeknya.
Kakeknya menceritakan bahwa kampung dulu tidak seperti ini.

Dahulu kampungnya masih daratan sehinnga area persawahan masih luas. Tak heran buah melimpah seperti pisang, pepaya,dan lainnya.

"Akan tetapi yang sekarang aku lihat sekarang sudah laut semua," ucapnya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Banyumas
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved