Berita Banjarnegara
Harga Minyak Goreng Sawit Naik, Warga di Pucungbedug Banjarnegara Gunakan Alternatif Minyak Kelapa
Harga minyak goreng dari sawit terus meroket. Kondisi ini pun membuat ibu rumah tangga hingga pelaku usaha kecil pengguna minyak goreng menjerit.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: rika irawati
Kemudian, bahan ini didiamkan beberapa hari, kemudian dijemur dan dikukus ulang.
Setelah itu, bahan ditekan menggunakan alat khusus berbahan kayu (diperas) hingga menghasilkan minyak.
"Habis itu, sudah bisa langsung digunakan untuk menggoreng," katanya.
Soal kegunaan, minyak kelapa dan minyak sawit sama saja.
Kelebihannya, minyak kelapa terlihat lebih jernih di banding minyak sawit, bahkan setelah dipakai untuk menggoreng beberapa kali.
Hanya, minyak kelapa, kata dia, menimbulkan aroma kurang sedap, tidak seperti minyak sawit yang nyaris tak beraroma.
Baca juga: Anggota DPRD Kota Semarang Tolak Tanah Musnah di Tol Semarang-Demak: Tercatat Daratan di RTRW
Baca juga: Desa Sidomakmur Bakal Punya Taman Wisata Buah Seluas 10 Hektare, Digarap Serius Mulai Tahun Depan
Baca juga: Bupati Karanganyar Larang Pesta Kembang Api saat Tahun Baru: Jangan Coba-coba, Saya Bubarkan!
Baca juga: 41 UMKM di Banyumas Terima Dana Bergulir Rp 1,49 Miliar, Dua Tahun Dikenai Bunga 2 Persen
Selain itu, biaya produksi minyak kelapa juga lebih mahal.
Cartini menghitung, untuk membuat satu kilogram minyak kelapa, butuh sekitar delapan butir kelapa.
Jika harga sebutir kelapa Rp 5 ribu, butuh modal Rp 40 ribu untuk membuat minyak kelapa.
Ini lebih mahal dari harga minyak sawit, bahkan pada harga tertinggi seperti saat ini, sekitar Rp 20 ribu per liter.
"Kalau dari bahan kacang, minyaknya lebih sedikit, " katanya.
Meski begitu, dia mengatakan, minyak kelapa masih dia gunakan sebagai alternatif menggoreng karena kebiasaan. (*)