Berita Banjarnegara

Harga Minyak Goreng Sawit Naik, Warga di Pucungbedug Banjarnegara Gunakan Alternatif Minyak Kelapa

Harga minyak goreng dari sawit terus meroket. Kondisi ini pun membuat ibu rumah tangga hingga pelaku usaha kecil pengguna minyak goreng menjerit.

Penulis: khoirul muzaki | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS/DESTA LEILA KARTIKA
ILUSTRASI. Suasana salah satu kios yang menjual minyak goreng curah dan minyak goreng kemasan di Pasar Trayeman, Slawi, Kabupaten Tegal, Senin (8/11/2021). 

TRIBUNBANYUMAS.COM, BANJARNEGARA - Harga minyak goreng dari sawit terus meroket. Kondisi ini pun membuat ibu rumah tangga hingga pelaku usaha kecil pengguna minyak goreng menjerit.

Di tingkat eceran, harga minyak goreng sawit mencapai sekitar Rp 20 ribu per liter.

Kenaikan harga minyak goreng kemasan ini terjadi, antara lain dipicu naiknya harga minyak kelapa sawit mentah (Crude palm oil) dunia.

Di kalangan warga pedesaan, kenaikan harga minyak sawit ini membuat mereka melakukan kilas balik.

Menurut mereka, ada alternatif pengganti minyak goreng sawit untuk memasak, yakni minyak nabati.

Seperti namanya, minyak nabati ini dibuat dari hasil pertanian, yakni kelapa atau kacang.

Bahkan, beberapa warga di Desa Pucungbedug, Kecamatan Purwanegara, Banjarnegara, masih menggunakan minyak kelapa atau minyak klentik untuk memasak, satu di antaranya Cartini.

Baca juga: ODGJ Juga Disuntik Vaksin Loh, Contoh di Pamardi Raharjo Banjarnegara, Ini Cara Memperlakukannya

Baca juga: Modal Habis Karena Kecelakaan, Pedagang Nasi Goreng Banjarnegara Ini Bangkit Lagi, Bekalnya KUR BRI

Baca juga: Vaksinasi di Banjarnegara Terus Dituntaskan, Antusias Warga Masih Tinggi

Baca juga: Apes! Saat Harga Tinggi, Cabai di Kebun Warga Kutawuluh Banjarnegara Malah Raib Dipanen Maling

Menurut Cartini, dia membeli minyak kelapa dari warung di daerahnya.

"Dulu, saya (memang) buat sendiri minyak klentik untuk menggoreng, saat minyak sawit belum banyak di pasaran," katanya, Jumat (17/12/2021).

Namun, saat minyak sawit mulai beredar di pasaran, dia mulai menggunakan minyak kelapa untuk menggoreng.

Cartini mengatakan, selain minyak kelapa, warga pedesaan juga menggunakan minyak nabati dari kacang.

Warga membuat minyak-minyak tersebut secara mandiri dan tradisional, untuk kebutuhan memasak. Ada pula yang membuat lebih untuk dijual kepada warga lain.

Karena diproduksi sendiri, ibu rumah tangga, saat itu, tidak pernah bermasalah dengan harga minyak di pasaran.

Sumber bahan baku minyak, semisal kelapa pun masih melimpah.

Cara membuat minyak klentik pun cukup sederhana. Kelapa yang sudah dikupas kulitnya diparut lalu dikukus.

Kemudian, bahan ini didiamkan beberapa hari, kemudian dijemur dan dikukus ulang.

Setelah itu, bahan ditekan menggunakan alat khusus berbahan kayu (diperas) hingga menghasilkan minyak.

"Habis itu, sudah bisa langsung digunakan untuk menggoreng," katanya.

Soal kegunaan, minyak kelapa dan minyak sawit sama saja.

Kelebihannya, minyak kelapa terlihat lebih jernih di banding minyak sawit, bahkan setelah dipakai untuk menggoreng beberapa kali.

Hanya, minyak kelapa, kata dia, menimbulkan aroma kurang sedap, tidak seperti minyak sawit yang nyaris tak beraroma.

Baca juga: Anggota DPRD Kota Semarang Tolak Tanah Musnah di Tol Semarang-Demak: Tercatat Daratan di RTRW

Baca juga: Desa Sidomakmur Bakal Punya Taman Wisata Buah Seluas 10 Hektare, Digarap Serius Mulai Tahun Depan

Baca juga: Bupati Karanganyar Larang Pesta Kembang Api saat Tahun Baru: Jangan Coba-coba, Saya Bubarkan!

Baca juga: 41 UMKM di Banyumas Terima Dana Bergulir Rp 1,49 Miliar, Dua Tahun Dikenai Bunga 2 Persen

Selain itu, biaya produksi minyak kelapa juga lebih mahal.

Cartini menghitung, untuk membuat satu kilogram minyak kelapa, butuh sekitar delapan butir kelapa.

Jika harga sebutir kelapa Rp 5 ribu, butuh modal Rp 40 ribu untuk membuat minyak kelapa.

Ini lebih mahal dari harga minyak sawit, bahkan pada harga tertinggi seperti saat ini, sekitar Rp 20 ribu per liter.

"Kalau dari bahan kacang, minyaknya lebih sedikit, " katanya.

Meski begitu, dia mengatakan, minyak kelapa masih dia gunakan sebagai alternatif menggoreng karena kebiasaan. (*)

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved