Berita Kuliner Hari Ini
Telur Asin Masir Khas Tegal Masih Jadi Primadona, Fajar Sebut Tiap Pekan Bisa Jual 3.000 Butir
Untuk mendapatkan telur asin masir yang bagus itu tergantung pada pembuatan adonan antara tanah dan garam.
Penulis: Fajar Bahruddin Achmad | Editor: deni setiawan
TRIBUNBANYUMAS.COM, TEGAL - Telur asin masir rupanya menjadi produk unggulan oleh-oleh khas Kota Tegal.
Olahan telur bebek yang satu ini memiliki banyak peminat.
Telur asin masir memiliki ciri khas dengan kuning telur yang bewarna oranye dan berminyak.
Baca juga: Genting 15 Rumah di Pesurungankidul Kota Tegal Rusak Disapu Angin Ribut
Baca juga: Kota Tegal Kini Sudah Punya Satgas Covid-19 Pelajar, Berikut Tugas Mereka
Baca juga: Selamat! RSUI Harapan Anda Tegal Dapat Penghargaan Kemenkes, Kaitan Pengelolaan Pangan
Baca juga: Dampak Kebakaran Kapal Perikanan di Pelabuhan Tegal, Sedikitnya 390 Nelayan Nganggur
Oleh-oleh khas ini merupakan produk unggulan dari UMKM Kota Tegal.
Bahkan tingkat penjualannya pun masih tetap eksis di tengah pandemi Covid-19.
Perajin telur asin, Fajar Sukmanda (35) mengatakan, telur asin jenis masir merupakan produk paling unggulan.
Dia memiliki resep khusus telur asin masir yang rasanya proporsional.
Pada umumnya telur asin masir tingkat keasinannya sangat tinggi.
Berbeda dengan produknya, jenisnya masir tetapi rasanya pas dan tidak keasinan.
"Identiknya asin banget."
"Tapi kami inovasi agar asinnya pas."
"Anak kecil pun akan suka," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Jumat (19/11/2021).
Fajar menjelaskan, pembuatan telur asin membutuhkan waktu sekira 21 hari.
Prosesnya mulai dari penyortiran telur, pemeraman, hingga perebusan.
Tetapi untuk mendapatkan telur asin masir yang bagus itu tergantung pada pembuatan adonan antara tanah dan garam.
Karena setiap perajin memiliki takaran dan resep yang berbeda-beda.
"Yang bagus itu warnanya oranye."
"Kalau orang Tegal bilang nge-lenga atau berminyak," ujarnya.
Penjualan Turun Drastis
Fajar mengatakan, usaha telur asinnya sempat jatuh di awal kedatangan pandemi Covid-19.
Penjualannya menurun drastis dampak dari penutupan Objek Wisata Guci.
Ia bercerita, sebelum pandemi Covid-19 penjualan telur asinnya sebanyak 5.000 butir per minggu.
Kemudian karena pandemi Covid-19 menurun drastis menjadi 1.000 butir per minggu.
"Awal pandemi itu terjun bebas."
"Karena banyak toko oleh-oleh yang tardampak dan tutup," katanya.
Tetapi, menurut Fajar, di tahun kedua pandemi Covid-19 ini penjualan telur asinnya mulai meningkat.
Penjualan memperlihatkan grafik yang bagus dibandingkan di tahun pertama pandemi Covid-19.
Saat ini ia dapat menjual sebanyak 3.000 butir per minggu.
"Alhamdulillah tahun kedua ini sudah mulai ada perbaikan."
"Mulai beranjak normal sejak Oktober 2021," ungkapnya.
Fajar mengatakan, meningkatnya penjualan telur asinnya tidak didapatkannya begitu saja.
Melainkan karena ia mulai memanfatkan media sosial seperti Facebook dan Instagram untuk melakukan promosi.
Selain itu ia pun mulai belajar memanfaatkan mesin pencari Google atau Search Engine Optimization (SEO).
Bahkan setiap minggu, ada sekira 6.000 orang yang melihat produk telur asinnya di Google.
Dari situ pula, ada 500 orang baru yang pernah memesan produk telur asinnya.
"Ternyata bagus responnya."
"Ketika orang cari dan mengetikkan kata telur asin, punya kami nomor satu," jelasnya. (*)
Baca juga: Ganjar Minta Pemda Prioritaskan Tempat Pengungsian, Hadapi Banjir Rob di Pekalongan
Baca juga: Kehidupan Pesisir Kota Pekalongan Terpotret di Film Alang Alang, Diputar di Layar Lebar Awal 2022
Baca juga: Pembangunan Bendung Bodri Kendal Butuh Waktu Enam Tahun, Nilai Investasi Capai Rp 1,71 Triliun
Baca juga: Tahun Depan Bakal Ada Tiga Polsek Baru di Kendal, Kapolres: Kami Sudah Minta Dukungan Pemkab