Berita Cilacap
Kreatif, Guru SMP Negeri 2 Karangpucung Cilacap Manfaatkan Lebah untuk Jelaskan Matematika
Untuk mengatasi kejenuhan, guru Matematika SMP Negeri 2 Karangpucung, Cilacap, Yoki Iskandar, mengajak siswa menggunakan lebah sebagai objek belajar.
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS.COM, CILACAP - Angan para guru memulai tahun ajaran baru dengan tatap muka secara terbatas, musnah setelah pemerintah menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
Apalagi, terjadi lonjakan kasus yang memaksa siswa kembali belajar dari rumah masing-masing. Termasuk, di Kabupaten Cilacap.
Untuk mengatasi kejenuhan siswa belajar dari rumah, guru Matematika SMP Negeri 2 Karangpucung, Cilacap, Yoki Iskandar, mengajak anak didiknya memanfaatkan lebah sebagai objek belajar.
Dengan aset yang ada di desanya, Yoki melakukan pembelajaran dengan membuat video pembelajaran bersama rekan kerja dan 4 siswa.
Baca juga: Donatur Berkurang, Konsevasi Penyu di Pantai Sodong Cilacap Andalkan Swadaya Kelompok Nagaraja
Baca juga: Banjir di Cilacap Dipicu Gangguan Cuaca, BMKG: Tetap Waspada, Potensi Terjadi Minimal Tiga Hari
Baca juga: Dukung Percepatan Penanganan Covid, 13 Rumah Sakit di Cilacap Kompak Tambah 150 Tempat Tidur
Baca juga: Tinjau Vaksinasi di DPD Golkar, Bupati Cilacap Ingatkan Warga Pentingnya Vaksinasi Covid dan Prokes
Ia memanfaatkan barang bekas berupa kalender bekas sebagai media menulis dan papan bekas hasta karya lukisan seni budaya sebagai alas untuk menulis.
Yoki membuat inovasi dalam pembelajaran Matematika di kebun budidaya lebah bambu betung yang dimiliki.
Pembelajarannya dimulai dengan mengajak siswa ke kebun lebah Apis Trigona yang tak bersengat.
Dari beberapa keistimewaan jenis lebah ini, diambil satu keistimewaannya, yaitu mampu memperbanyak koloni.
Fenomena itu, oleh Yoki, dikaitkan dengan materi pembelajaran matematika tentang bentuk barisan dan deret bilangan geometri dengan rasio dua.
"Dari satu koloni lebah Apis Trigona, dapat dipecah menjadi dua koloni dalam satu bulan. Sehingga, dituliskan ke dalam barisan bilangan geometeri selama setengah tahun membentuk barisan, misalnya 1, 2, 4, 8, 16, 32," jelasnya dalam rilis, Senin (26/7/2021).
Keistimewaan ini kemudian dibuat sebagai soal matematika yang dikaitkan dengan kehidupan nyata.
Sehingga, pembelajaran matematika tentang barisan dan deret matematika mudah dipahami.
Yoki mengatakan, kegiatan belajar ini dilakukan untuk mengatasi kejenuhan siswa belajar daring.
Tentu saja, pelaksanaannya sudah mendapatkan izin dari kepala sekolah dan orang tua siswa, serta dilakukan dalam prokes yang ketat.
Salah satu murid, Dena Dwi Alrizky, mengungkapkan, belajar Matematika melibatkan lebah memiliki sensasi tersendiri.
"Pembelajaran di alam terbuka lebih menyenangkan karena bisa berinteraksi dengan alam dan bisa menghirup udara segar. Apa lagi, ini kami dihadapkan pada lebah dan mendebarkan," ujar Dena.
Rekan kerja yang ikut andil dalam proses pembuatan video pembelajaran, Singgih Wiku Yuwono juga mengatakan, pembelajaran di lapangan memiliki daya tarik tersendiri.
Baca juga: 9 Ibu Hamil di Karanganyar Meninggal Akibat Covid, Ini yang Dilakukan DKK untuk Mencegah Terulang
Baca juga: 3 Remaja di Kota Tegal Jadi Tersangka, Sebar Hoaks Ajakan Demo Tolak PPKM
Baca juga: Kebakaran di Toko Mainan Citra di Jalan Moh Suyudi Semarang, Warga Dengar Ledakan dari Lantai Dua
Baca juga: Mengintip Proses Pembuatan Carabikang Mbak Am, Jajanan Pasar Khas di Sentra Jales Slawi Wetan Tegal
Menurutnya anak-anak lebih suka belajar sambil bermain, terlebih di masa pandemi ini.
"Saya menyaksikan secara langsung bagaimana anak-anak antusias belajar Matematika bersama Pak Yoki. Mulai dari tahap pembukaan, inti, dan penutup, mereka bersemangat dan saling berebut untuk menyampaikan pendapat dan jawaban mereka," katanya.
"Padahal, selama ini, Matematika merupakan mata pelajaran yang sering dihindari oleh siswa," katanya. (Tribunbanyumas/jti)