Penanganan Corona

Kisah Siti Nurohmah Jadi Nakes Dadakan di Karangnangka Banyumas, Alasan Utama Karena Kasihan

Sejumlah kaum hawa Desa Karangnangka, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas, mendedikasikan diri menjadi relawan. 

Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: deni setiawan
PEMDES KARANGNANGKA BANYUMAS
Seorang ibu rumah tangga di Desa Karangnangka, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas, sedang menjadi tenaga kesehatan dadakan, bertugas mengukur suhu tubuh warga yang menjalani isolasi mandiri, Senin (19/7/2021). 

TRIBUNBANYUMAS.COM, BANYUMAS - Pandemi Covid-19 saat ini sangat menguras energi tenaga medis yang bertugas. 

Mereka berjuang di garda terdepan, namun tetap saja ada keterbatasan tenaga kesehatan

Hal itulah menjadikan sejumlah kaum hawa Desa Karangnangka, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas, mendedikasikan diri menjadi relawan. 

Sekira 16 wanita dilatih menjadi nakes dadakan dan membantu tugas bidan desa. 

Baca juga: Polisi Tangkap 5 Pengunggah Ajakan Demo Tolak PPKM di Banyumas, Dijerat Pasal Sebar Kabar Bohong

Baca juga: BNPB Keluarkan Peringatan Dini: Banyumas dan Cilacap Diminta Waspada Banjir

Baca juga: Beredar Ajakan Demo Tolak PPKM Darurat di Banyumas, Polresta Banyumas Pastikan Hoaks

Baca juga: Warga Kebondalem Banyumas Ini Keliling Tawarkan Jasa Bengkel Sepeda: Rezeki Itu Dijemput

Layaknya nakes sungguhan, mereka memakai alat pelindung diri (APD) lengkap, belajar menggunakan alat kesehatan. 

Mereka belajar bagaimana memeriksa suhu tubuh, tensi hingga kadar oksigen dalam tubuh warga lain di desanya. 

Ibu-ibu relawan ini memeriksa warga lain yang tengah menjalani isolasi mandiri (isoman). 

Seorang relawan, Siti Nurohmah adalah contohnya. 

"Sekarang kasusnya tambah terus, nakesnya kasihan."

"Kami mendatangi langsung warga yang isoman dan memeriksa kesehatan dasar."

"Kemudian dilaporkan ke bidan desa," ujarnya kepada Tribunbanyumas.com, Senin (19/7/2021). 

Ibu-ibu relawan ini biasanya akan berkunjung pada hari ke-3, ke-7, ke-10, dan ke-13 pada masa isolasi. 

Tidak dapat dipungkiri, mereka semua adalah ibu-ibu rumah tangga biasa yang pengetahuan tentang kesehatannya minim. 

"Awalnya takut, tapi kalau tidak bergerak bersama ini pandemi tidak selesai-selesai," ungkapnya. 

Ternyata niat baik para ibu-ibu nakes dadakan ini disambut baik pihak Puskesmas Kedungbanteng. 

Sehingga ibu-ibu nakes dadakan itu diberi pembekalan dan standar penanganan pasin Covid-19. 

Koordinator Tim Relawan Aman Covid-19, Desa Karangnangka, Wasis Wardhana mengatakan, mereka menjadi relawan sejak awal pandemi. 

Awalnya yang terdata ada 65 orang.

Kemudian dilakukan pemilihan dan akhirnya dipilih satu RT satu orang. 

Diketahui, hingga Minggu (18/7/2021) terdapat 30 orang yang menjalani isoman di Desa Karangnangka. 

Para nakes dadakan ini juga dibekali surat tugas dan Surat Keputusan (SK) dari kepala desa (Kades). 

Awalnya tidak mudah meyakinkan ibu-ibu untuk terjun langsung berhadapan dengan pasien Covid-19. 

"Kalau cuma mengandalkan bidan desa pasti kewalahan."

"Padahal tetap ada orang hamil, melahirkan, balita jadi tidak terurus." 

"Dari situ mereka yakin, dibekali ilmu dan alat," ungkapnya kepada Tribunbanyumas.com, Senin (19/7/2021). 

Seorang ibu rumah tangga di Desa Karangnangka, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas, sedang menjadi tenaga kesehatan dadakan, bertugas mengukur suhu tubuh warga yang menjalani isolasi mandiri, Senin (19/7/2021).
Seorang ibu rumah tangga di Desa Karangnangka, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas, sedang menjadi tenaga kesehatan dadakan, bertugas mengukur suhu tubuh warga yang menjalani isolasi mandiri, Senin (19/7/2021). (PEMDES KARANGNANGKA BANYUMAS)

Baca juga: Sapi Asal Rembang Ini Dibeli Presiden Jokowi, Beratnya Satu Ton Buat Warga Grobogan

Baca juga: Cegah Klaster Iduladha, Pemkot Salatiga Minta Proses Penyembelihan Hewan Kurban Terapkan Prokes

Penanganan Covid-19 di Desa Karangnangka juga sedikit berbeda dengan desa lain. 

Tak ada portal yang menutup jalan-jalan desa, bahkan gang kecil sekalipun. 

Padahal desa-desa lainnya menutup akses jalan keluar masuk desa pada Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. 

Desa tersebut memilih melakukan mitigasi dan adaptasi warga menekan laju penyebaran Covid-19. 

"Ngapain pasang portal, kalau pasang portal warga tidak patuh, warga takut karena mencekam." 

"Kami edukasi dan beri pendampingan," katanya. 

Dia menilai edukasi dan pendampingan dinilai lebih efektif, terutama tentang protokol kesehatan.

Contohnya meningkatkan kewaspadaan terkait mobilitas masyarakat, mengawasi warga yang baru pulang dari luar kota adalah hal perlu ditekankan. 

Wasis mengungkapkan metode tersebut juga jauh lebih efisien dibandingkan dengan memasang portal. 

"Untuk satu titik portal membutuhkan biaya pembuatan sekira Rp 350 ribu."

"Padahal di desa ini memerlukan paling tidak 16 titik portal." 

"Belum lagi biaya operasional yang harus dikeluarkan," tuturnya. 

Dia kemudian membandingkan jika harus membekali para ibu-ibu dengan APD dan alat kesehatan ternyata operasionalnya lebih murah. 

Kades Karangnangka, Sunarto mengatakan, tujuan dari inisiasi ini adalah membangun ketahanan dan kemandirian masyarakat.

"Utamanya agar bisa mitigasi dan adaptasi terhadap Covid-19."

"Penting saat ini meminimalisir gejolak sosial dan gejolak ekonomi masyarkat desa," katanya. (*)

Baca juga: Warga Tuntang Semarang Ini Lega Akhirnya Terima Vaksin Covid, Tak Waswas Lagi Jualan Sayur Keliling

Baca juga: KABAR DUKA, Anggota DPRD Kota Semarang Wiwin Subiyono Tutup Usia saat Jalani Perawatan Covid

Baca juga: Jika Dibutuhkan, RSUD Loekmono Hadi Kudus Siap Terima Pasien Covid-19 Luar Daerah

Baca juga: 3000 Warga Kudus Bakal Terima Beras Masing-masing 5 Kg, Tinggal Tunggu Penyaluran dari Kemensos

Sumber: Tribun Banyumas
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved