Penanganan Corona
Tolak Penutupan Pasar saat Gerakan Jateng di Rumah Saja, Ini Solusi yang Ditawarkan APPSI
Rencana Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mencanangkan gerakan Jateng di Rumah Saja ditolak Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia wilayah Jateng
Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Rencana Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mencanangkan gerakan Jateng di Rumah Saja selama dua hari, Sabtu (6/2/2021) dan Minggu (7/2/2021), menuai penolakan dari Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Jawa Tengah.
Kebijakan ini dinilai bakal mengorbankan ekonomi rakyat, terutama warga di Jawa Tengah.
Gerakan Jateng di Rumah Saja dicetuskan gubernur dalam rangka memutus transmisi dan menekan penyebaran virus Covid-19.
Selama dua hari, di akhir pekan, masyarakat diminta tetap di rumah dan tidak beraktivitas di luar lingkungan rumah.
• Gerakan Jateng di Rumah Saja, Gubernur Ganjar: Berlaku Akhir Pekan, Tempat Wisata Tutup Dulu
• Dukung Jateng di Rumah Saja, Wakil Wali Kota Tegal Siap Tutup Mal dan Tempat Wisata di Akhir Pekan
• Jateng di Rumah Saja, Pemkab Temanggung Masih Nantikan Instruksi Resmi Gubernur
• Jateng di Rumah Saja, Sukirman: Gerakan itu Jangan Bagus Hanya di Citra Publik
Gubernur juga sudah mengirimkan Surat Edaran Nomor 443.5/000/933 tentang peningkatan kedisiplinan dan pengetatan protokol kesehatan kepada bupati dan wali kota se-Jawa Tengah.
Dalam SE itu juga dijelaskan, dorongan penutupan jalan, toko atau mal, pasar, destinasi wisata dan pusat rekreasi, pembatasan hajatan dan pernikahan, serta kegiatan lain yang memunculkan potensi kerumunan.
"Sebetulnya, sebelumnya, saya sudah menyampaikan kepada Polda Jateng dengan adanya wabah covid ini diupayakan tidak ada penutupan pasar tradisional di Jateng," kata Ketua APPSI Jateng, Suwanto, Rabu (3/2/2021).
Pihaknya bukan tidak setuju pada gerakan Jateng di Rumah Saja namun, kata Suwanto, masih ada cara lain menekan penyebaran corona, yang tidak mengorbankan perekonomian rakyat.
Dia menyebut, di Kota Semarang, ada sebanyak 17.500 pedagang pasar tradisional. Sementara, di Jawa Tengah, total ada sekitar 350.000 orang yang menggantungkan hidup dari berjualan di pasar tradisional.
Menurutnya, upaya menekan penyebaran virus jenis corona tersebut seharusnya bukan berbentuk keluarnya kebijakan menutup atau menghentikan total aktivitas masyarakat di pasar tradisional. Namun, lebih kepada penegakan disiplin protokol kesehatan.
• Hari Keempat Pencarian Pekerja Tenggelam di Sungai Serayu Cilacap, Tim SAR Fokus di Area PLTU
• Digoyang Isu Kudeta, Ini Curhat Forum Pendiri dan Senior Partai Demokrat Terkait Internal Partai
• Diganti dalam Bentuk Elektronik, Mulai Tahun Ini Pemerintah Bakal Tarik Sertifikat Tanah Fisik
• Sekeluarga di Surabaya Berkomplot Jadi Pencopet, Tertangkap saat Beraksi di Pasar Pagi Tugu Pahlawan
"Daripada aktivitas masyarakat dihentikan total, termasuk kegiatan berdagang di pasar tradisional, lebih baik dan lebih harmonis, protokol kesehatan dioptimalkan atau ditingkatkan sehingga ekonomi tumbuh kembali dengan baik," tegasnya.
Suwanto menuturkan, lewat upaya mengoptimalkan protokol kesehatan di kalangan pedagang pasar tradisional, diharapkan kesehatan masyarakat dapat berangsur pulih dan pandemi covid hilang.
"Harus ditegakan lewat disiplin protokol kesehatan. Semisal, pedagang selalu taat pakai 3M yaitu bila berdagang selalu pakai masker, selalu cuci tangan, dan selalu menjaga jarak. Untuk menjaga kegiatan ekonomi, lebih baik ada cara lain yang lebih humanis," tandasnya. (*)