Berita Banjarnegara

Mengulang Dua Tahun Lalu, Ini Penjelasan Ilmiah Longsor Hebat di Desa Bantar Banjarnegara

Longsor hebat sebelumnya juga pernah melanda wilayah Dusun Pramen, Desa Bantar, Banjarnegara hingga memaksa 52 keluarga mengungsi, pada 2018.

Penulis: khoirul muzaki | Editor: deni setiawan
TRIBUN BANYUMAS/KHOIRUL MUZAKKI
Begini kondisi pergerakan tanah dan longsor yang akibatkan jalur terputus di Dusun Pramen, Desa Bantar, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara, Sabtu (19/12/2020). 

TRIBUNBANYUMAS.COM, BANJARNEGARA - Pergerakan tanah kembali terjadi di Dusun Pramen, Desa Bantar, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara.

Daerah ini sudah menjadi langganan longsor.

Longsor hebat sebelumnya juga pernah melanda wilayah dusun itu hingga memaksa 52 keluarga mengungsi, pada 2018. 

Baca juga: Jalur Terputus Akibat Pergerakan Tanah, Penghubung Dua Desa di Wanayasa Banjarnegara

Baca juga: Rumah Rusak Akibat Tanah Gerak, 177 Warga Pagentan Banjarnegara Mengungsi sejak Awal Desember

Baca juga: Banjarnegara Belum Jadi Kabupaten Layak Anak, Wabup: Ada Beberapa Indikator yang Kurang

Baca juga: Kepada Andy F Noya, Bupati Banjarnegara Blak-blakan Alasan Membangun di Tengah Wabah Covid-19

Selain merusak banyak rumah hingga penduduknya mengungsi, jalan kabupaten di Dusun Pramen kala itupun hingga terputus karena longsor.

Ini membuat warga Dusun Sikenong, Desa Bantar serta Desa Suwidak sempat terisolasi. 

Setelahnya jalan dibangun permanen hingga akses kembali terbuka untuk warga.

Sebanyak 52 keluarga yang mengungsi pun telah direlokasi di hunian baru bantuan pemerintah. 

Hampir tiga tahun berselang, bencana itu kembali datang.

Pada Jumat (18/12/2020) pagi, ruas jalan kabupaten di Dusun Pramen, Desa Bantar itu kembali longsor.

Tebing setinggi sekira 50 meter runtuh hingga menimbun seluruh badan jalan.

Ini diperparah dengan kondisi jalan yang ambles cukup dalam. 

Kejadian itu seperti mengulang peristiwa nahas pada 2018.

Padahal, memori warga tentang bencana lalu belum hilang.

Dampaknya pun tak kalah mengerikan karena akses utama warga keluar desa terputus. 

Terisolasinya desa dari dunia luar biasanya awal dari petaka lain yang menyerta.

Semisal terhambatnya distribusi logistik untuk masyarakat desa, seperti pada 2018. 

Karenanya, agar dampak bencana tak kian parah, jalur alternatif melalui Dukuh Beji, Desa Karangtengah, Kecamatan Wanayasa yang masih sulit dilalui agar dibenahi dan dihidupkan kembali. 

"Paling solusinya jalan alternatif agar segera dibenahi untuk akses warga."

"Karena perbaikan jalan ini (Pramen) kemungkinan akan lama," kata warga setempat, Eko Purwanto kepada Tribunbanyumas.com, Sabtu (19/12/2020) 

Begini kondisi pergerakan tanah dan longsor yang akibatkan jalur terputus di Dusun Pramen, Desa Bantar, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara, Sabtu (19/12/2020).
Begini kondisi pergerakan tanah dan longsor yang akibatkan jalur terputus di Dusun Pramen, Desa Bantar, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara, Sabtu (19/12/2020). (TRIBUN BANYUMAS/KHOIRUL MUZAKKI)

Baca juga: Tohari Sudah Empat Tahun Kemudikan Odong-odong, Hanya Bisa Pasrah Seusai Kecelakaan di Batang

Baca juga: Update Kecelakaan Odong-odong di Batang, Satu Balita dan Dua Lansia Meninggal, Begini Kronologisnya

Baca juga: Pengawasan Objek Wisata Makin Diperketat, Jelang Libur Akhir Tahun di Batang

Terpisah, Kasi Pencegahan BPBD Kabupaten Banjarnegara, Junaedi mengatakan, Sabtu (19/12/2020) terjadi bencana alam gerakan tanah susulan.

Yakni pada ruas jalan yang menghubungkan Desa Bantar -Desa Suwidak pada koordinat S7°17'51" E109°44'45".

Dia menjelaskan, lokasi tersebut merupakan daerah morfologi perbukitan lereng rendah-sedang.

Formasi rambatan dengan litologi tersusun oleh pelapukan batuan breksi vulkanik, napal, batu lempung, serpih, dan napal yang terkontrol oleh struktur sesar serta patahan. 

Curah hujan tinggi jadi pemicunya.

Namun itu tidak berdiri sendiri.

Ada bukan faktor lain yang memicu pergerakan, semisal jenis batuan dan kemiringan lahan. 

"Gerakan tanah pada lokasi tersebut terpicu oleh intensitas volume air hujan yang cukup tinggi."

"Kondisi litologi jenis batuan dan kemiringan kontur lereng," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Sabtu (19/12/2020).

Dia melihat, terjadi rekahan di beberapa tempat dan semakin meluas.

Peresapan air hujan yang tidak terkontrol dan akumulasi genangan air terjebak pada saluran air yang tertutup longsor memicu terjadinya pensesaran baru.

Jenis gerakan tanah debris slide (material rombakan yang bergeser) berkembang menjadi debris flow (aliran material rombakan).

Dimana itu yang mengancam terputusnya ruas jalan tersebut pada musim penghujan ini. 

Adapun indikasi yangsudah terjadi, yakni blok tanah yang sudah patah sesar turun kurang lebih 3,5 meter serta adanya aliran akumulasi lumpur material rombakan. 

Selain itu, terdapat 15 garis patahan pada radius 20 meter di lokasi tersebut.

Muncul mata air baru berwarna keruh.

Beberapa garis patahan bergelombang pada ruas jalan.

"Sudah membentuk garis sesar turun panjang sekira 200 meter membentuk tapal kuda," katanya. (Khoirul Muzakki)

Baca juga: Libur Nataru, Wisatawan Asal Luar Kota Tegal Wajib Bawa Hasil Rapid Test

Baca juga: Informasi Penting: Semua Jalur Menuju Pusat Kota Tegal Bakal Ditutup di Malam Pergantian Tahun

Baca juga: Tanpa Terkecuali di Temanggung, Guru dan Tenaga Pendidik Wajib Tes Usap, Sudah Dimulai 15 Desember

Baca juga: Saya Tidak Tahu Istri Hamil: Begini Kesaksian Suami Pembunuh Bayi Anak Kandungnya di Temanggung

Sumber: Tribun Banyumas
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved