Berita Banyumas
Teror Semut di Desa Pageraji Banyumas Diduga Bersumber dari Tempat Penggergajian Kayu
Teror semut di pemukiman warga di RT 03 RW 03 Desa Pageraji, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, diduga bersumber dari tempat penggergajian kayu.
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS.COM, BANYUMAS - Teror semut di pemukiman warga di RT 03 RW 03 Desa Pageraji, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, diduga bersumber dari tempat penggergajian kayu.
Dari tempat ini, warga mendapati awal mula semut menyerang pemukiman mereka.
Semut itu kemudian terus berkembang biak hingga menyerang dan meresahkan warga.
"Berawal dari tempat gergaji kayu. Saya lihat, dulu baris-baris nyeberangnya itu ke arah utara, tapi waktu itu saya tidak kepikiran akan sebanyak ini," ujar warga RT 3 RW 3 Desa Pageraji, Munjiat, kepada Tribunbanyumas.com, Senin (16/11/2020).
Baca juga: Koloni Semut Serbu Pemukiman di Pageraji Banyumas, BPBD dan Polisi Turun Tangan
Baca juga: Beri Janji Bertanggung Jawab, Seorang Pemuda di Banyumas Setubuhi Siswi Kelas 8 SMP
Baca juga: November Belum Ada Penambahan Kasus DBD, Kadinkes Banyumas: Covid-19 Membuat Warga Jaga Kebersihan
Baca juga: Tertib Berlalu Lintas Pengendara Masih Kurang, Angka Kecelakaan di Banyumas Tembus 1.339 Kejadian
Menurutnya, lambat hari dan tahun selama tiga tahun lebih, semut-semut itu sudah mewabah satu RT.
Dampak keberadaan semut tersebut sudah sangat menganggu. Bahkan, semut selalu menyerang ketika warga sedang beraktivitas.
"Saat kami tidur, kadang kejatuhan semut dan digigit. Mengganggu orang ibadah, ya pada gatal-gatal kegigit, orang masak, pada keganggu semua," imbuhnya.
Warga lalu berupaya melakukan penyemprotan secara mandiri menggunakan sabun dan bahan kimia untuk tanaman, hingga penyemprot nyamuk.
Namun, semut-semut tersebut masih terus muncul dan makin banyak.
Beberapa warga membasmi semut menggunakan disinfektak pembasmi nyamuk. Sayangnya, harganya yang mahal membuat pemberantasan semut ini tidak tuntas.
Ada juga yang menggunakan bedak bayi untuk meminimalkan supaya tidak menyerang.
Karakter semut diakui warga sangat agresif dan menyerang, bahkan selain mengigit juga menyebabkan mata pedih.
Semut keluar saat musim penghujan seperti sekarang ini, dan aktif pada malam hari, dimana jumlahnya bisa mencapai 20 kali lipat dibanding saat siang hari.
Baca juga: Kasus Positif Covid-19 dari Klaster Hajatan Pernikahan di Kalijambe Sragen Bertambah 2 Orang
Baca juga: Gubernur Jatim Minta Kemendagri Copot Faida dari Jabatan sebagai Bupati Jember, Ini Alasannya
Baca juga: Trump Larang Investor AS Berinvestasi di 31 Perusahaan China, Termasuk Huawei dan Hikvision
Baca juga: Harga Emas Antam di Pegadaian Pagi Ini, Senin 16 November 2020 Rp 1.968.000 Per 2 Gram
Baca juga: Jadwal Acara TV Hari Ini, Senin 16 November 2020: Ada Film John Wick Chapter 2 di TransTV
Pemilik tempat penggergajian kayu mengaku tidak mengetahui jenis kayu apa yang membawa semut-semut tersebut. Apalagi, tempat tersebut sempat dikontrakkan kepada orang lain.
"Kalau bertanya ke pemilik gergajian, jawabannya 'tidak tahu' karena waktu itu pernah dikontrak ke orang lain. Jadi, dia yang punya tidak tahu, sementara orang yang mengontrak sudah tidak disini," tambahnya.