Berita Features
Kisah Tukang Gali Harian Asal Brebes: Dari Buruh Tani Hingga Nunggu Order di Pinggir Jalan Jakarta
Pada sore hari, mereka akan kembali ke rumah kontrakan milik seorang penjual nasi, jika tak mendapatkan pekerjaan.
Di kampungnya, Kasuad mengaku sebagai buruh tani. Tak ada tanah miliknya yang bisa digarap. Namun, pekerjaan buruh tani lama kelamaan menghilang.
"Awalnya, pekerjaan buruh tani, tapi sudah kosong. Di kampung kan garap sawahnya udah pakai mesin. Tenaga buat garap tani udah ga dibutuhin. Makanya ke jakarta. Siapa tahu ada pekerjaan," ujar Kasuad.
Baca juga: Semua Sekolah di Temanggung Ditargetkan Sudah Gelar Simulasi KBM Tatap Muka pada Tengah November
Baca juga: Beri Kado Ulang Tahun untuk Gubernur Ganjar Pranowo, Eks Napi Teroris: Ini Jahitan Kami Sendiri
Baca juga: Istri Pendiri Pabrik Rokok Gudang Garam Tutup Usia: Miliarder Terkaya Ketiga di Indonesia
Baca juga: Hasil Seleksi CPNS 2019 Diumumkan Besok, Ini yang Harus Dipersiapkan Pelamar yang Lolos
Ia sudah mulai menunggu di Jalan Adhyaksa Raya sejak tahun 2000. Sebelum itu, Kasuad bolak-balik Jakarta untuk mencari sesuap nasi dari pekerjaan sebagai tukang gali.
Sementara itu, Wari juga sudah puluhan tahun bekerja sebagai tukang gali di Jakarta. Ia awalnya mengadu nasib di Jakarta.
"Kalau di Jalan Adhyaksa, ini ngikut dan mangkal di sini," kata laki-laki dengan enam cucu itu.
Di Jalan Adhyaksa Raya, Wari datang sendiri tanpa ada kenalan teman. Ia mencoba mengingat awal-awal kedatangannya di Jalan Adhyaksa Raya.
"Awalnya, saling gak kenal. Awalnya nanya, 'di sini lagi ngapain? boleh ga kerja di sini?'," ujar Wari sambil tertawa.
Bagi Wari, rekan-rekannya sudah seperti saudara. Suka duka dijalani bersama. Punya uang atau tidak, kerja atau tidak, dijalani bersama.
Tukang-tukang gali dari Brebes ini datang ke Jakarta bahkan sejak tahun 1970-an. Mereka tersebar di beberapa titik di Jakarta dan sekitarnya.
Pada era pemerintahan Gubernur DKI Ali Sadikin dan Tjokropranolo, Jakarta banyak melakukan pembangunan. Gedung-gedung dan sarana transportasi di Jakarta dibangun pada era 1970-1980-an.
Baca juga: Tak Semua Motor Berknalpot Brong Kena Tilang, Ini Penjelasannya
Baca juga: Cegah Banjir Lagi Akibat Luapan Sungai, Pemkab Kebumen Kebut Perbaikan Tanggul Jebol
Baca juga: Sungai Lebeng Meluap Banjiri Kalisalak Banyumas, Warga Tak Sempat Selamatkan Gabah Hasil Panen
Baca juga: Soal SE Upah Minimum 2021 Tak Naik, KSPI Jateng: Kami Tunggu Kebijakan Pak Ganjar
Selama bekerja, tarif mereka mulai Rp 300.000 per hari atau bisa berbeda jika mengerjakan proyek borongan.
Mereka bisa mengerjakan proyek-proyek di Jakarta, Depok, Tangerang Selatan, dan Bogor.
Dari pekerjaannya, mereka bisa menyisihkan sejumlah uang untuk dikirimkan ke keluarga.
Namun, belakangan ini, mereka tak bisa banyak mengirimkan uang lantaran berkurangnya pekerjaan.
Pekerjaan sebagai tukang gali akan terus mereka jalani. Keterbatasan kemampuan dan modal adalah alasan.
Namun, hidup yang lebih baik masih menjadi harapan bagi para tukang gali dari Brebes. (*)
Artikel ini sudah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Tukang Galian asal Brebes, Setia Menunggu Kerja di Lebak Bulus sejak Puluhan Tahun Lalu".