Berita Banjarnegara
Pemancing Libur Enam Bulan, Tunggu Ikan Tumbuh Besar di Sungai Urang Banjarnegara
Eksploitasi ikan secara berlebihan dan tak ramah lingkungan, semisal menggunakan setrum atau racun turut memengaruhi di aliran sungai Banjarnegara.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: deni setiawan
TRIBUNBANYUMAS.COM, BANJARNEGARA - Keheningan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Urang Desa Prendengan, Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara memudar.
Sejumlah warga menuruni lereng menuju sungai yang jauh di bawah permukiman penduduk itu.
Dalam perjalanan berat itu, mereka masih harus membawa beban.
Puluhan kantong plastik berisi ikan dibawa secara sangat hati-hati.
• AJI Purwokerto Dorong Warga Banjarnegara Lestarikan Alam, Caranya Seperti Berikut Ini
• Bintik Cipratan Hasilkan Kesan Artistik di Kain, Ini Batik Penyandang Disabilitas di Banjarnegara
• PAD Kabupaten Banjarnegara Menyusut Akibat Pandemi Covid-19
• Jalankan Program MakGiz, Yayasan JBB Bantu Asupan Gizi Penghafal Quran di Banjarnegara
Ada kehidupan di dalam plastik yang dikembungkan dengan air itu.
Ribuan ikan di dalamnya terus gaduh, seperti tak sabar ingin dikembalikan ke habitatnya.
Ikan-ikan itu sangat beruntung.
Kumpulan warga yang hobi memancing itu akhirnya membuka satu persatu plastik, lalu melepas ikan di dalamnya ke aliran sungai.
Ada sekira 11 ribu berbagai jenis telah ditebar di Sungai Kali Urang itu.
Menariknya, ribuan ikan itu dibeli dari hasil iuran para pemancing di Kabupaten Banjarnegara.
Semisal dari Komunitas Mahseer Adventure dan Komunitas Mancing Mania Banjarnegara (KMMB).
Sebagian juga berasal dari sumbangan masyarakat yang peduli terhadap kelestarian sungai.
Kegiatan ini juga didukung Pemerintah Desa Prendengan.
"Benih ikannya iuran, kami ingin ekosistem sungai lestari," kata Apri, pehobi mancing dari Desa Prendengan kepada Tribunbanyumas.com, Senin (7/9/2020).
Apri mengatakan, kegiatan itu berawal dari keresahan para pemancing terhadap rusaknya ekosistem sungai.
Mereka yang kerap beraktivitas di sungai tentu paham dengan kondisinya.
Di antara tanda kerusakan itu, terus menyusutnya populasi ikan di sungai.
Mereka yang hobi memancing tentu telah merasakan dampaknya.
Minusnya populasi ikan di sungai bukan dipicu banyak faktor.
Eksploitasi ikan secara berlebihan dan tak ramah lingkungan, semisal menggunakan setrum atau racun turut memengaruhi.
Tingginya sedimentasi di sungai karena erosi yang parah di wilayah hulu juga disebutnya ikut memicu.
Belum lagi masalah sampah yang menurutnya turut menganggu kehidupan ikan di sungai.
Minimnya vegetasi di tepian sungai pun bisa menganggu kenyamanan ikan-ikan di dalam air.
"Ikan kan biasanya cari tempat yang teduh, kalau terlalu panas gak ada pohon ikan pindah," katanya.
• Masa Pendaftaran Calon Kepala Daerah Diperpanjang, KPU Kota Semarang: Karena Baru Satu Paslon
• Masih Ada 377 Pekerja yang Dirumahkan di Kendal, Disnaker Coba Upayakan Hal Ini
• Sekolah Sudah Mulai Ajukan Izin Gelar KBM Tatap Muka di Banyumas
• KA Purwojaya Relasi Cilacap-Gambir Tidak Beroperasi Lagi, Okupansi Masih di Bawah 30 Persen
Yang jelas, untuk menyuburkan populasi ikan di sungai tak cukup hanya dengan menebar benih.
Karena itu, selain menyebar benih, pihaknya juga menggalakkan penghijauan dengan menanam bibit pohon dan vertiver di tepi Sungai Urang.
Bibit itu merupakan bantuan dari BPDAS HL Serayu Opak Progo yang diambil di rumah persemaian Politeknik Banjarnegara.
Para pemancing di Banjarnegara ini cukup berkomitmen untuk pelestarian alam.
Setelah benih ditebar, mereka sepakat untuk libur memancing selama 6 bulan di lokasi penebaran.
Aktivitas penangkapan ikan dengan cara apapun, juga mereka larang.
Mereka mengasumsikan, dalam waktu enam bulan, benih ikan yang ditebar pastinya sudah tumbuh besar.
Kerusakan ekosistem sungai perlahan terpulihkan.
Enam bulan ke depan, mereka akan kembali menginjakkan kaki di Sungai Urang.
Saat itu, kondisi sungai diharapkan telah berubah.
Ikan-ikan yang dulu masih kecil, berubah bongsor dan siap dipancing.
"Setelah 6 bulan, baru ikan boleh dipancing," katanya.
Kepala Desa Prendengan, Muhammad Barokah bersyukur melihat semangat warganya, terutama para pemuda untuk melestarikan lingkungan.
Warga memang selama ini dihadapkan dengan persoalan lingkungan yang kompleks.
Wilayah di lereng Gunung Pawinihan itu rawan pergerakan tanah hingga terjadinya erosi di sekitar daerah aliran Sungai Urang.
Persoalan lain yang tak kalah serius adalah matinya sejumlah mata air di desa sehingga rentan kekeringan.
Padahal air jadi sumber kehidupan warga untuk rumah tangga dan mengairi lahan.
Karena itu, pihaknya butuh masukan dari para stakeholder untuk membantu mencarikan solusi atas persoalan itu.
"Kami tumbuh semangat baru untuk belajar tentang kelastarian alam, tanaman dan teknologi pertanian," katanya.
Pihaknya pun berharap kegiatan positif itu tidak berhenti hanya di sini.
Ia berharap para stakeholder lebih rajin turun ke desa untuk menyapa dan mengedukasi masyarakat.
Pihaknya juga akan pro aktif menggali pengetahuan kepada para stakeholder untuk kemajuan desa ke depan. (Khoirul Muzakki)
• Awalnya Terjaring Razia Masker di Banyumas, Tujuh Orang Ini Ternyata Positif Corona, Hasil Tes Swab
• Lagu Baturraden Versi Pop Bakal Dirilis, Libatkan Jebolan Banyumas Talent Jovita Daniswara
• Biar Penanganan Kecelakaan Tak Seolah Hanya Polisi, Polres Semarang Bentuk Unit Keselamatan Terpadu
• Angka Pengangguran di Kota Tegal Masih Tinggi: Kalau Sepuluh Orang Dibariskan, Delapan Nganggur