Berita Banjarnegara
Harga Cengkih Anjlok, Petani Gumelem Kulon Banjarnegara Mengaluh Tak Bisa Nikmati Hasilnya
Harga Cengkih Anjlok, Petani Gumelem Kulon Banjarnegara Mengaluh Tak Bisa Nikmati Hasilnya
Penulis: khoirul muzaki | Editor: yayan isro roziki
TRIBUNBANYUMAS.COM, BANJARNEGARA - Musim panen mestinya jadi berkah bagi petani cengkih di Desa Gumelem Kulon Kecamatan Susukan Banjarnegara.
Tetapi musim panen cengkih tahun ini tidak menggembirakan bagi petani.
Mereka mengeluhkan anjloknya harga cengkih di musim panen ini.
Tursin, petani asal RT 2 / RW 8 Desa Gumelem Kulon mengatakan, hasil panen tahun ini harganya anjlok.
• Satpol PP Ungkap Alasan 2 ASN Banjarnegara Ngamar di Losmen saat Jam Kerja: Katanya Konsultasi
• Polisi Usut Kasus Pencurian Mayat di Kuburan, Jenazah T di TPU Karang Bahagia Bekasi Hilang
• Aturan bagi Pesepeda di Jalan Raya Segera Kelar, Dirjen Hubdar: Targetnya Akhir Agustus Selesai
• Kisah Bupati Purbalingga Tiwi, Mau Nyoblos Terkendala Form C-6: sampai Hari H Saya Tak Menerimanya
Cengkih basah hasil petikan petani saat ini hanya dihargai Rp15 ribu perkilogram.
Adapun cengkih dalam kondisi kering hanya laku Rp52 ribu perkilogram.
"Harganya lagi anjlok, petani tak bisa menikmati hasilnya," katanya, Sabtu (18/7/2020).
Wajar saja petani mengeluh. Normalnya, harga cengkih basah di tingkat petani bisa mencapai Rp25 ribu hingga Rp30 ribu.
Sedangkan cengkih kering bisa tembus harga Rp150 ribu hingga Rp200 ribu per kilogram.
Petani sepertinya pun hanya bisa pasrah dengan kondisi pasar yang kurang bersahabat sekarang. Ia sendiri tak tahu musabab harga cengkih turun signifikan di musim panen kali ini.
"Gak tahu sebabnya apa," katanya.
Saat harganya tak bersahabat, produksi cengkih petani, menurut dia, ternyata juga menurun di musim panen kali ini.
Turunnya produksi cengkih ini tak ayal ikut memengaruhi pendapatan petani di tengah harganya yang turun.
Petani masih harus berbagi hasil dengan buruh petik cengkih.
Jika tak diambil sendiri, petani biasa menyewa jasa buruh untuk memetik cengkih siap panen dari pohon.
Buruh biasa menerima upah Rp5 ribu untuk setiap kilogram cengkih yang dipetik.
Bunga cengkih yang telah dipetik kemudian dipotong atau dibuang tangkainya lalu dijemur di bawah terik matahari hingga beberapa hari.
Petani bisa juga menjualnya dalam kondisi basah namun harganya lebih murah.
Sebenarnya komoditas ini dalam kondisi kering bisa disimpan lama tanpa khawatir busuk atau berkurang kualitasnya.
Alhasil, saat harga anjlok, petani bisa menyimpan atau menahan produk itu dan menjualnya saat harga tinggi kemudian.
Tetapi, menurut Tursin, kebanyakan petani memilih menjualnya langsung paska panen meski harganya murah.
"Banyak yang dijual langsung karena kebutuhan," katanya. (*)
• Adik Ipar Ganjar Tantang Petahana dalam Pilbup Purbalingga, PKB Berikan Rekomenadsi Paslon Oji-Jeni
• Cara Mudah Cek Kepesertaan Bansos Covid-19 Melalui Aplikasi, Simak Petunjuk Berikut Ini
• Begini Syarat Penerapan New Normal Menurut WHO dan Bappenas, Daerah Mana Sudah Siap?
• Dua Oknum ASN di Banjarnegara Tertangkap Berduaan di Kamar Losmen saat Jam Dinas