Berita Jawa Tengah

Orang Stres Meningkat Drastis di Jawa Tengah, Pemicu Utama Faktor Ekonomi Akibat Pandemi Covid-19

Faktor utama terjadi peningkatan jumlah pasien jiwa dan meningkatnya konseling lantaran mereka terlilit masalah ekonomi.

Penulis: iwan Arifianto | Editor: deni setiawan
TRIBUN BANYUMAS/IWAN ARIFIANTO
Tampak depan atau gerbang masuk menuju RSJD dr Amino Gondhoutomo di Pedurungan Kota Semarang, Rabu (24/6/2020). 

TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Selama pandemi virus corona, secara tidak langsung jumlah orang yang mengalami stres bertambah.

Hal itu ditunjukkan melalui data jumlah pasien gangguan jiwa di beberapa daerah di Jawa Tengah.

Satu di antaranya di Panti Rehabilitasi Sosial Maunatul Mubarok, Dukuh Lengkong, Desa Sayung, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak.

Konselor dan pengurus panti rehabilitasi sosial setempat, Muhamad Faizun berkata, terdapat

Di Kota Tegal, 479 Karyawan yang Dirumahkan Sudah Bekerja Lagi, Jumadi: Pakai Sistem Kerja Shift

Target Capai Lima Persen, Total Warga Jalani Rapid Test Massal di Kota Semarang

Pelaku Palsukan Slip Setoran Nasabah BMT Insan Mandiri, Polisi Baru Terima 15 Pelapor di Banyumas

Begini Cara Urus Surat Keterangan Bebas Covid-19, Berikut Biaya Mandiri di Rumah Sakit

penambahan jumlah pasien gangguan jiwa di masa pandemi virus corona.

Selain itu permintaan konseling juga kian meningkat.

"Selama masa pandemi hingga pasca Lebaran, kami menerima pasien baru gangguan jiwa ada sembilan orang," bebernya kepada Tribunbanyumas.com, Rabu (24/6/2020).

Dari penambahan pasien itu, di Panti Rehabilitasi Sosial Maunatul Mubarok kini total merawat 93 pasien gangguan jiwa.

Faizun menilai, terjadi peningkatan jumlah pasien jiwa dan meningkatnya konseling lantaran mereka terlilit masalah ekonomi.

"Terutama sejak Maret 2020 hingga sekarang banyak masyarakat mengadukan tentang penurunan pendapatan," ungkapnya.

Dia mengatakan, jumlah itu belum dihitung permintaan konseling melalu telepon terutama dampak virus corona.

"Kami sering menerima yang konseling melalui telpon."

"Jumlah pasti tidak menghitung hanya saja banyak," tuturnya.

Faizun menyarankan kepada masyarakat yang meminta konseling untuk perbanyak bersyukur terhadap kesehatan lahir dan batin.

Kesehatan badan dan jiwa merupakan anugerah yang tidak ternilai harganya sehingga harus dijaga.

"Selama badan dan akal masih sehat, masih banyak hal yang dapat dilakukan meski kondisi ekonomi berubah," pesannya.

Sedangkan Dirut RSJD Dr Amino Gondohutomo Kota Semarang, dr Alek Jusran menyebut, faktor ekonomi menjadi sebab paling dominan pasien gangguan jiwa.

Faktor ekonomi tersebut seperti akibat kehilangan pekerjaan, penurunan pendapatan, dan tidak terpenuhinya kebutuhan.

“Sampai saat ini belum bisa menyimpulkan korelasi dampak Covid -19 terhadap pasien gangguan jiwa."

"Namun kondisi ekonomi memang berdampak pada kejiwaan,” katanya kepada Tribunbanyumas.com, Rabu (24/6/2020).

Dijelaskan dr Alek, penurunan ekonomi dapat mengancam stabilitas kejiwaan jika tidak segera diantisipasi.

Apalagi jika penurunan ekonomi berlangsung dalam waktu yang lama, dikhawatirkan akan memunculkan pasien gangguan jiwa baru.

“Secara langsung penurunan ekonomi tidak menganggu kejiwaan."

"Namun jika dibiarkan dalam waktu yang lama dapat menjadi potensi kelainan jiwa,” paparnya.

Untuk mengantisipasinya, dr Alex meminta masyarakat agar dapat menyadari semua elemen terdampak pandemi virus corona.

Meski setiap orang pada level yang berbeda.

Selain itu, masyarakat harus bijak mengelola kebutuhan dan keinginan untuk menjaga kesehatan jiwa.

“Harus memetakan mana yang kebutuhan pokok maupun sekunder, sabar menghadapi keadaan."

"Tentu semua terdampak, tenaga medis juga terdampak, tinggal bagaimana menghadapinya,” terangnya.

Lebih lanjut, pihaknya membuka layanan konseling terkait dampak pandemi virus corona.

Layanan dapat dilakukan melalui Whatsapp di nomor 0895 2457 4016.

"Bisa juga mendatangi ke kantor kami," ujarnya.

Alex menambahkan, selama masa pandemi virus corona kunjungan ke rumah sakit menurun.

Tercatat kunjungan rawat jalan jiwa atau psikiatri RSJD dr Amino Gondhoutomo Kota Semarang pada tahun ini untuk kategori anak-anak remaja ada 446 orang.

Rincinya, Januari 2020 ada 105 orang, Februari 91 orang, Maret 95 orang, April 88 orang, dan Mei 67 orang.

Sedangkan kategori dewasa sejumlah 6.646 orang, rincian Januari ada 1.425 orang.

Lalu Februari 1.303 orang, Maret 1.441 orang, April 1.303 orang, dan Mei 1.174 orang.

"Mulai Februari 2020 hingga sekarang pasien rawat inap gangguan jiwa menurun."

"Dari perhari 250 pasien kini jadi 150 pasien."

"Sedangkan rawat jalan juga turun sekitar 20 persen,” tandasnya. (Iwan Arifianto)

Ini Penyebab Kasus Virus Corona Bertambah Signifikan di Kota Semarang

Tegal Jadi Pusat Distribusi Narkoba Wilayah Pantura Barat Jateng, Ini Penjelasan BNN

Pesta Pernikahan Berujung Duka di Semarang, Dinkes: Sudah Ada 10 Positif Covid-19

Kisah Sedih Irfangi Meninggal di Dekapan Ayahnya, Sesaat Setelah Tersambar Petir di Banjarnegara

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved