Berita Semarang
Petugas Kebersihan Makam TPU Jatisari Mijen Semarang: Hampir Setiap Hari Ada Pemakaman Covid-19
Sebanyak 60 jenazah pasien virus Corona telah di makamkan di TPU Jatisari Mijen. Hal ini diungkapkan petugas kebersihan makam TPU Jatisari.
Penulis: iwan Arifianto | Editor: Rival Almanaf
TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Sebanyak 60 jenazah pasien virus Corona telah di makamkan di TPU Jatisari Mijen.
Hal ini diungkapkan petugas kebersihan makam TPU Jatisari, Maryadi (35).
"Ya sudah mulai April lalu ada sebanyak 60 jenazah pasien virus Corona di makamkan di sini," terangnya kepada Tribunbanyumas.com, Kamis (4/6/2020).
Menurut Maryadi, hampir setiap hari ada pemakaman khusus pasien virus Corona.
"Hari ini saja ada dua pemakaman, tadi pukul 04.00 WIB dan pukul 09.00," jelasnya.
Dia menuturkan, pemakaman jenazah virus Corona pada saat awal virus mewabah dilakukan pada malam hari.
• Positif Covid-19, Dokter Spesialis RSUD Kardinah Tegal Meninggal Saat Dirujuk ke RSUP dr Kariadi
• Jadwal Acara TV Hari Ini 5 Juni: Trans TV, Trans 7, RCTI, NET, MNC, Kompas TV, Indosiar, GTV, ANTV
• Kabur Kangen Keluarga, Santri Positif Corona Klaster Temboro Asal Blora
• Anak Diterkam Buaya di Hadapan Sang Ayah, Ditemukan Melintang 8 Jam Kemudian, Begini Kondisinya
Namun akhir-akhir ini seringkali dilakukan waktu pagi hari sebelum memasuki waktu dzuhur.
"Itu juga tergantung dari waktu meninggalnya pasien," terangnya.
Maryadi menyebut pemakaman Jatisari memiliki luas 16,5 hektar.
Sejauh ini lahan yang terpakai hanya seluas 50 meter x 60 meter.
"Baru ada kurang lebih 1.000 makam, sudah termasuk makam pasien virus Corona," bebernya.
Dia mengatakan, makam pasien virus Corona memang bersebelahan dengan pemakaman umum, tepatnya di sisi baratnya.
"Tanah kuburan yang baru-baru di sebelah barat itu lah makamnya," ucapnya.
TPU Jatisari dengan luas yang ada masih sangat mampu menampung jenazah pasien virus Corona.
"Cukup untuk menampung, di sini baru nol koma sekian persen digunakan," jelasnya.
Maryadi menuturkan, di TPU Jatisari juga tidak ada penolakan dari warga seperti kejadian yang di TPU Ngadirgo.
"Kalau sini aman-aman saja, jauh dari pemukiman warga," paparnya.
Di sisi lain, TPU Ngadirgo di Dukuh Pakis Kelurahan Ngadirgo Kecamatan Mijen yang diwacanakan menjadi pemakaman khusus pasien virus Corona tampaknya urung dilakukan.
Pasalnya mendapat penolakan sejumlah warga di lingkungan tersebut.
Diketahui luas lahan TPU Ngadirgo memiliki luas 9.000 ribu meter persegi.
Sedangkan warga yang bermukim di dekat lahan pemakaman ada sekira 160 kepala keluarga (KK).
Itu masuk ke dalam wilayah RW 9 dan RW 1 Kelurahan Ngadirgo, Kecamatan Mijen, Kota Semarang.
Pengamatan Tribunbanyumas.com, makam TPU Ngadirgo yang digadang menjadi pemakaman khusus virus Corona melewati pemukiman warga.
Letak makam juga berdekatan dengan rumah penduduk, utamanya di wilayah RT 3 Rw 1.
Akses masuk tepat ke depan makam melewati jalan sekira 50 meter.
Di jalan itu terdapat deretan rumah warga sebanyak enam rumah, di sisi kiri ada ada dua rumah dan kanan jalan ada empat rumah.
"Iya warga kompak menolak," ungkap warga Dukuh Panji Kelurahan Ngadirgo, Heru Triyanto, Kamis (4/6/2020).
Heru mengungkapkan, ketidaksetujuan warga lantaran ada tiga alasan yang memberatkan warga merujuk pada protokoler kesehatan Kementrian Agama terkait Pemakaman jenazah pasien virus Corona.
Pertama jarak pemakaman dengan rumah warga sangat dekat yakni hanya berjarak hanya 6 meter.
Padahal aturannya harus berjarak 500 meter dari pemukiman.
Berikutnya, harus berjarak 50 meter dari sumber mata air.
Sedangkan di TPU Ngadirgo sendiri terdapat sumur yang dimanfaatkan warga sebagai sumber mata air.
Terakhir pemakaman jenazah virus Corona tidak boleh bercampur dengan pemakaman umum.
Faktnya di Ngadirgo TPU milik pemkot bersebelahan dengan TPU milik warga.
"Keberatan kami dulu juga belum adanya sosialisasi, kemudian dampak atau risiko di masyarakat setelah makam itu difungsikan kami juga tidak tahu," bebernya.
Keberatan warga juga ditunjukan dengan cara memblokade akses jalan kampung dan memasang spanduk penolakan.
Namun aksi itu beberapa hari kemudian dilepas oleh warga bersama pihak kepolisian dan kelurahan.
Heru menambahkan, selanjutnya jika pemerintah ingin menggunakan TPU Ngadirgo sebagai pemakaman khusus jenazah pasien Covid-19 hendaknya dilakukan sosialiasi terlebih dahulu agar warga mengetahui sejauh mana kesesuaian kebijakan tersebut.
"Akan tetapi kalau dasar alasan yang kami ajukan memang tidak memenuhi ya jangan di paksakan di sini," ungkap Heru.
Warga lain, Joyo menuturkan, tidak menyetujui TPU Ngadirgo digunakan untuk jenazah virus Corona.
• LIPI Sulap Jambu Biji Merah Jadi Suplemen Daya Tahan Tubuh
• Resmi, Brigjen Pol Abiyoso Seno Aji Jabat Wakapolda Jateng
• Viral, Marinir Adu Mulut dengan Warga yang Ngeyel Tak Mau Pakai Masker, Begini Akhir Kisahnya . . .
• Ketegangan Berlanjut Mulai 16 Juni, Empat Maskapai China Dilarang Masuk AS
Pasalnya warga takut dampaknya jika banyak jenazah pasien virus corona melewati pemukiman.
Dia menilai, hendaknya jenazah pasien lebih baik di makamkan di wilayah domisili masing-masing pasien.
"Akses jalan masuk ke makam juga susah, lebih baik menggunakan makam lain di luar wilayah kami," katanya.
Sedangkan Lurah Ngadirgo, Karyoso ketika dikonfirmasi Tribunjateng terkait perkembangan TPU Ngadirgo sebagai pemakaman khusus jenazah pasien virus Corona enggan memberikan tanggapan. (iwn)