Berita Kesehatan

Jangan Lupakan DBD, Kabupaten Pati Sudah Ada 29 Kasus, Satu Meninggal

Di Kabupaten Pati, sejak Januari hingga Februari 2020, terdapat 29 warga positif terjangkit DBD.

Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: deni setiawan
TRIBUN BANYUMAS/MAZKA HAUZAN NAUFAL
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pati, Joko Leksono Widodo. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, PATI – Di Kabupaten Pati, sejak Januari hingga Februari 2020, terdapat 29 warga positif terjangkit DBD.

Dari jumlah tersebut, lima di antaranya harus mendapat perawatan di ICU.

Dari lima yang mendapat perawatan di ICU tersebut, satu di antaranya meninggal dunia.

Meski dunia tengah disibukkan dengan pandemi virus corona, pencegahan dan penanganan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) seyogyanya tidak dilupakan oleh masyarakat.

Sebab, kasus DBD tersebut tetap ada, tak terkecuali di Jawa Tengah.

Ganjar Tampar Pemkab Brebes, Dinilai Paling Lemot Tangani Virus Corona di Jateng

Update RSMS Purwokerto Selasa Sore, Dua PDP Virus Corona Meninggal, Hasil Swab Belum Keluar

Identitas Rinci Pasien Virus Corona Tersebar di Medsos, Dinkes Cilacap: Penyebar Bisa Dilaporkan

Kades Bojanegara Tersangka, Penarikan Uang Syukuran Perangkat Desa di Purbalingga

Hal tersebut disampaikan Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pati, Joko Leksono Widodo, ketika ditemui Tribunbanyumas.com di kantornya, Selasa (24/3/2020).

“Menurut grafik Januari sampai Desember 2019, ada peningkatan kasus, namun tidak tajam."

"Dibanding Desember tahun lalu, pada awal Januari-Februari ini juga tercatat peningkatan."

"Desember lalu tercatat 10 kasus. Karena itu, di tengah wabah virus corona, DBD harus tetap jadi perhatian."

"Apalagi ini juga penyakit menular yang disebabkan virus,” tutur dia.

Joko menyebut, penanganan DBD melalui fogging oleh sebagian masyarakat seolah menjadi cara utama.

Padahal, menurutnya, fogging merupakan penanganan lini ketiga.

Ia menegaskan, pertama-tama, masyarakat dan praktisi kesehatan beserta lingkungannya mesti meningkatkan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

Dimana apabila di Kabupaten Pati dikenal dengan Gerakan Siaga Masyarakat Waspada Aedes Aegypti (Sikat Wae).

Program ini secara resmi telah diterbitkan dalam Instruksi Bupati Pati pada 2016.

Emak-emak Spesialis Curi Tabung Elpiji Ditangkap, Dikenal Pencuri Kambuhan di Semarang

Pemkot Solo Kembali Ajukan Pembebasan Biaya Cukai Alkohol, Tambah Enam Ribu Liter

Perantau Masuk Purbalingga Kategori ODP Virus Corona, Dipantau Tim Satgas Covid-19 Tingkat Desa

Hendi Blusukan Sembari Gendong Tabung Cairan Disinfektan, Semprot Permukiman Warga Semarang

“Jadi, program itu masih berlaku. Pertama harus waspada. Jalankan apa yang diamanahkan di surat edaran Bupati."

"Merupakan kewajiban kecamatan dan Puskesmas beserta masyarakat mengadakan PSN."

"Utamanya adakan penyuluhan, kemudian gerak bersama, setiap komponen harus terlibat aktif."

"Dengan begitu masyarakat akan mandiri,” tegas dia.

Menurut Joko, dengan adanya tantangan lonjakan jumlah penduduk, masyarakat mesti dilatih agar mandiri dalam pencegahan DBD.

Lini kedua pencegahan DBD, lanjut dia, ialah melakukan kunjungan ke rumah warga, mengadakan penyuluhan door to door.

Setelah itu, lanjut dia, dengan tetap menjalankan PSN, barulah langkah fogging ditempuh.

Fogging pun harus dilakukan secara selektif. Disesuaikan dengan penderitanya."

"Kami tidak mungkin percaya begitu saja pada laporan masyarakat tanpa pengecekan lebih lanjut."

"Misal dilaporkan ada tujuh, padahal yang gejala DBD hanya satu,” ujar Joko.

Ia mengatakan, laporan masyarakat akan tetap pihaknya terima.

Namun, Puskesmas setempat akan terlebih dahulu melakukan penyelidikan epidemiologi.

Berdasarkan penyelidikan, akan ditentukan kapan harus lakukan fogging.

Sebab, kerap kali, dalam hal jumlah kasus DBD, antara laporan masyarakat dan hasil pemeriksaan yang valid terdapat ketimpangan cukup jauh.

“Seperti kasus awal tahun ini, berdasarkan laporan, tertera angkanya 137."

"Namun, ternyata setelah konfirmasi yang positif hanya 29. Jadi cukup jauh biasnya."

"Bahkan kurang dari sepertiga dari yang dilaporkan,” tutur Joko. (Mazka Hauzan Naufal)

Viral Petai Raksasa di Hutan Banjarnegara, Distankan: Keluarga Fabaceae Tapi Tidak Layak Konsumsi

Merasa Direndahkan Anggota DPRD Blora, TKW Asal Cilacap di Hongkong Bikin Surat Terbuka

Kisah Almarhum H Supono Mustajab, Penolong Sumanto di Purbalingga, Sopir Penabrak Masih Diburu

Anak-anak Mulai Stres Belajar di Rumah, Ganjar Dikomplain Orangtua Siswa

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved