Berita Banyumas

Apa yang Salah? Berbagai Program Digalakkan Tapi Mengapa Angka Stunting di Banyumas Justru Naik

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pj Bupati Banyumas, Hanung Cahyo Saputro dalam rembug bersama stunting se-kabupaten Banyumas, di Pendopo Si Panji, Purwokerto, Jumat (5/7/2024).

TRIBUNBANYUMAS.COM, PURWOKERTO - Berdasarkan Survey Kesehatan Indonesia (SKI) angka kasus Stunting di Kabupaten Banyumas meningkat berada di angka 20.9 persen. 


Kondisi ini membuat terkejut karena dengan berbagai intervensi yang telah dilakukan kenapa terjadi peningkatan 4.3 persen. 


"Itu data berdasarkan survey dari SKI, tapi kalau ikut timbangan serentak kita berada di angka 15 persen.


Karena kalau itu kita by name dan by adress bisa cek satu persatu dan kita pastikan. 


Angka survey itu agak mengkhawatirkan padahal 2024 kita optimis bisa berada di 14 persen," ujar Pj Bupati Banyumas, Hanung Cahyo Saputro dalam rembug bersama stunting se-kabupaten Banyumas, di Pendopo Si Panji, Purwokerto, Jumat (5/7/2024). 

Baca juga: Permintaan Pj Gubernur usai Kemiskinan di Jateng Turun 0,30 Persen


Pj mengatakan meskipun surveynya naik hal itu tetap menjadi perhatian semua kalangan. 


Hanung mengatakan ada 30 skenario penurunan stunting di Banyumas. 


Mulai dari pemberian makanan, bantuan ternak lele supaya menunjang pendapatan dan kesehatan, dan skenario lainnya. 


Pj Bupati mengaku telah mengatur timeline supaya lebih jelas apa yang akan dilakukan. 


"Persoalannya ditataran implementasi, misalkan saat pemberian makanan akan saya kontrol langsung dan saya pantau apakah efektif.


14 persen rada berat tapi kita optimis," ungkapnya kepada Tribunbanyumas.com.


Sementara itu Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Kabupaten Banyumas, Krisianto mengatakan dirinya tidak menduga hasil survey akan menunjukan peningkatan. 


Padahal berdasarkan data dari 2021 kasus stunting di Banyumas adalah 21,5 persen. 


Kemudian turun di 2022 menjadi 16,6 persen berdasarkan survey dari status gizi Indonesia. 


"Dari 2021 sampai 2022 turun 5 persen, ternyata naik 4.3 persen jadi 20.9 persen tapi ini survey dari SKI," jelasnya. 


Pihaknya menegaskan berbagai upaya telah dilakukan. 


Bahkan dirinya memastikan apa yang dilakukan Pemkab Banyumas sudah berbagai hal.


Termasuk adanya pendampingan OPD dan rumah sakit sejak 2022 serta langkah intervensi lainnya. 

Baca juga: AFF U-16 di Solo Sukses, Erick Thohir Apresiasi Pj Gubernur Nana Sudjana


"Kita pencegahan sifatnya, ada kegiatannya remaja peduli stunting yang dikoordinasi oleh Duta Genre dan pendamping," katanya. 


Angka naiknya stunting di Banyumas berdasarkan Survey Kesehatan Indonesia mendapatkan banyak komplain dari kabupaten lain. 


"Ternyata naik sehingga diberi kesempatan yang dilakukan Intak atau Interpretasi serentak 1 sampai 30 juni dan hasilnua 15.88 persen, jauh dari angka survey itu," jelasnya. 


Menurutnya Intak ini juga harus dilakukan tiap bulan.


Pihaknya mengatakan banyak yang bilang stunting adalah karena kuramlng gizi tapi nyatanya karena pola asuh. 


Berdasarkan hasil kajian tim pakar Audit Kasus Stunting (AKS) Kabupaten Banyumas kondisi anak gagal tumbuh bisa dilihat dari usia 0 sampai 6 bulan. 


Tim AKS, dr. Agus Fitrianto mengatakan sangat penting asupan gizi di 1.000 hari pertama kehidupan. 


Jenis kelamin bayi yang terkena gagal tumbuh rata-rata adalah bayi perempuan atau 60 persen.

Baca juga: Pemprov Jateng dan Fujian Tiongkok Makin Romantis, Tingkatkan Kerjasama Berbagai Bidang


Dari angka 60 persen bayi yang gagal tumbuh itu seperempatnya berawal dari bayi-bayi yang lahir prematur. 


Berdasarkan data yang dihimpun pemberian ASI Ekslusif oleh para ibu menyusui di Banyumas sudah mencapai 60 persen. (jti)

 

Berita Terkini