TRIBUNBANYUMAS.COM, CILACAP - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap mencatat, hanya 15 alat early warning system (EWS) atau alat peringatan dini tsunami yang berfungsi.
Padahal, idealnya, dibutuhkan 75 EWS di sepanjang pesisir selatan Kabupaten Cilacap, untuk bisa memberi peringatan dini kepada warga akan datangnya tsunami.
Hal ini disampaikan Kepala Pelaksana Harian (Kalahar) BPBD Cilacap, Wijonardi, Jumat (29/7/2022).
Menurut Wijonardi, saat ini, ada 22 EWS yang terpasang.
"Kondisi uji terakhir, pada tanggal 10 dan 26 Juli, yang berfungsi hanya 15," kata Wijonardi, dikutip dari Kompas.com.
Baca juga: Alasan Cilacap Berpotensi Dihantam Tsunami Lebih Dari 10 Meter, Ini Kata BMKG
Baca juga: Pulau Nusakambangan Bisa Jadi Pelindung atau Benteng Alami dari Terjangan Tsunami Besar Cilacap?
Alat tersebut juga memiliki kelemahan karena menggunakan daya listrik dari PLN.
Apabila terjadi gempa bumi, dikhawatirkan aliran listrik padam sehingga alat EWS tidak berfungsi.
Namun demikian, kata Wijonardi, kini telah terpasang tambahan tiga alat EWS baru yang menggunakan panel surya.
"Idealnya, kami butuh paling tidak 75 EWS. Terbaru, ada tiga yang menggunakan panel surya, yang 22 lainnya masih pakai listrik PLN," ujar Wijonardi.
Lebih lanjut, Wijonardi mengatakan, Cilacap memiliki garis pantai sepanjang 50 kilometer yang membentang dari kawasan kota di sisi barat hingga perbatasan Kebumen di sisi timur.
"Jumlah penduduk yang berpotensi terkena gelombang tsunami berada di 55 desa/kelurahan yang tersebar di 10 kecamatan," kata Wijonardi.
Baca juga: Kronologi Lengkap Dua Pekerja Tertimbun Tanah saat Gali Sumur di Kedungreja Cilacap
Baca juga: Sukses Kembangkan Kopi, Petani Muda di Cilacap Ini Ingin Robusta Karanggintung Tembus Pasar Ekspor
Dia mengatakan, berdasarkan hasil simulasi pada Hari Kesiapsiagaan Bencana, menggunakan data sampling, sebanyak 95 persen masyarakat mampu menyelamatkan diri sampai zona hijau.
"Itu belum dihitung kondisi psikologis ketika terjadi bencana sesungguhnya, bisa menurunkan angka yang selamat. Maka dari itu, kemarin, kepala BMKG mengingatkan agar simulasi sesering mungkin," ujar Wijonardi.
Untuk mengurangi dampak bencana, kata dia, pemkab juga secara terus menerus memberikan edukasi dan kesadaran masyarakat.
Selain itu, pihaknya juga terus memperbanyak pembentukan desa tangguh bencana (Destana).