Berita Grobogan

Sawah Warga Banjarejo Grobogan Hasilkan Emas Kuno, Bukti Jejak Peradaban Maju Abad 9 di Situs Medang

Hamparan sawah warga di Desa Banjarejo, Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, tak hanya menghasilkan padi tapi juga emas.

Penulis: Fachri Sakti N | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS/FACHRI SAKTI NUGROHO
ARTEFAK MEDANG GROBOGAN - Sejumlah artefak dan perhiasan emas kuno ditemukan di sawah milik warga yang merupakan situs Medang di Desa Banjarejo, Gabus, Grobogan. Situs Medang diyakini berasal dari masa Kerajaan Medang abad ke-9 Masehi. 

Taufik mengakui bahwa saat itu hampir separuh warga bekerja sebagai pencari emas.

Baca juga: Jejak Purba di Tanah Banjarejo, Dulu Grobogan Grobogan Adalah Selat

Ratusan gram emas berhasil didapatkan warga dan proses penambangan tradisional di Banjarejo masih berlangsung hingga kini.

"Waktu itu, hampir 50 persen pekerjaan warga mencari emas, kita juga berhasil mengamankan peninggalan Situs Medang, termasuk emas 73 gram kita simpan sebagai bukti sejarah di Medang," ungkap Taufik.

"Untuk tanah yang belum digali, tinggal 10-15 persen, sisanya sudah digali warga," tambahnya.

Tantangan Situs Medang

Meski Situs Medang memiliki nilai sejarah yang luar biasa, pelestariannya menghadapi tantangan besar.

Lokasi Situs Medang berada di lahan persawahan produktif milik warga.

Selain itu, struktur bangunan berupa bata kuno sangat rapuh dan sulit diekskavasi tanpa perlengkapan arkeologi yang memadai.

"Bangunan batanya memanjang sekitar 200 meter. Bata di Medang itu lebih tua dibanding di Trowulan Majapahit karena bata di Trowulan sudah ada logo produksinya. Kalau di Medang, batanya masih polos sehingga disimpulkan Situs Medang lebih tua dibanding Trowulan Majapahit," ungkap Taufik.

Ia menambahkan, untuk saat ini situs masih disarankan tetap terkubur di dalam tanah demi menjaga kelestariannya hingga ada sumber daya cukup untuk penggalian dan pelestarian resmi.

"Pelestarian di Situs Medang membutuhkan biaya besar karena berada di persawahan produktif milik warga dan struktur bangunannya sangat rapuh. Oleh sebab itu, selama belum bisa meneliti lebih jauh, kita sarankan agar Situs Medang tetap berada di dalam tanah," kata Taufik. (*)

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved