Berita Grobogan
Sawah Warga Banjarejo Grobogan Hasilkan Emas Kuno, Bukti Jejak Peradaban Maju Abad 9 di Situs Medang
Hamparan sawah warga di Desa Banjarejo, Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, tak hanya menghasilkan padi tapi juga emas.
Penulis: Fachri Sakti N | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS.COM, GROBOGAN – Hamparan sawah warga di Desa Banjarejo, Kecamatan Gabus, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, tak hanya menghasilkan padi tetapi juga emas.
Warga setempat pun sempat beralih profesi memburu emas yang diduga peninggalan Kerajaan Medang.
Hal ini mengundang para peneliti dari Balai Arkeologi Yogyakarta yang kemudian menemukan Situs Medang di Banjarejo.
Situs Medang menyimpan peninggalan bersejarah dari masa sebelum era Majapahit hingga masuknya Islam di Nusantara.
Penemuan Situs Medang mengungkap bahwa Desa Banjarejo pernah menjadi pusat pemukiman yang maju dan padat penduduk sejak abad ke-9 hingga abad ke-17 Masehi.
Hal ini diperkuat dengan temuan berbagai artefak kuno berupa koin, gerabah, terakota, batu bata, hingga perhiasan emas berbentuk konde, cincin, dan giok.
Baca juga: Ki Ageng Selo, Penakluk Petir Asal Grobogan adalah Leluhur Raja-raja Kesultanan Mataram Islam
Ini menjadi indikasi bahwa masyarakat Medang sudah memiliki teknologi pengolahan logam yang cukup maju.
"Menurut penelitian dari Balai Arkeologi Yogyakarta, kehidupan Medang di sini dimulai sejak abad ke-9, sebelum Majapahit," ujar Achmad Taufik, Anggota DPRD Grobogan sekaligus mantan Kepala Desa Banjarejo, akhir pekan lalu.
"Medang saat itu merupakan daerah pemukiman warga yang maju dan padat. Emas yang ditemukan warga selain berbentuk bongkahan hingga butiran, juga ditemukan emas berbentuk konde, cincin, dan giok," imbuhnya.
Jadi Penambangan Emas Rakyat
Taufik menceritakan, penemuan emas di Medang ini berawal dari kegiatan warga mengolah sawah.
Saat itu, warga tidak sengaja menemukan emas di sawah dan tidak berani mengambil.
"Sebelum tahun 2010, di situs Medang ada yang menemukan emas di persawahan. Saat itu dia tidak langsung membawa pulang. Barulah pada sore hari emasnya diambil lagi."
"Mereka percaya, kalau emas masih ada saat sore hari, mereka mempunyai hak untuk mengambil emas itu," cerita Taufik.
Setelah kabar penemuan emas menyebar, warga mulai menggali secara masif untuk mencari peninggalan berharga.
"Setelah kejadian itu, warga mulai menggali, tidak hanya mencari di permukaan tanah tapi juga menggali di dalam tanah persawahan dan perkampungan. Kami tidak bisa melarang hal itu, hanya pesan kami agar bangunan Situs Medang jangan dirusak saat menggali emas," pesannya.
Taufik mengakui bahwa saat itu hampir separuh warga bekerja sebagai pencari emas.
Baca juga: Jejak Purba di Tanah Banjarejo, Dulu Grobogan Grobogan Adalah Selat
Ratusan gram emas berhasil didapatkan warga dan proses penambangan tradisional di Banjarejo masih berlangsung hingga kini.
"Waktu itu, hampir 50 persen pekerjaan warga mencari emas, kita juga berhasil mengamankan peninggalan Situs Medang, termasuk emas 73 gram kita simpan sebagai bukti sejarah di Medang," ungkap Taufik.
"Untuk tanah yang belum digali, tinggal 10-15 persen, sisanya sudah digali warga," tambahnya.
Tantangan Situs Medang
Meski Situs Medang memiliki nilai sejarah yang luar biasa, pelestariannya menghadapi tantangan besar.
Lokasi Situs Medang berada di lahan persawahan produktif milik warga.
Selain itu, struktur bangunan berupa bata kuno sangat rapuh dan sulit diekskavasi tanpa perlengkapan arkeologi yang memadai.
"Bangunan batanya memanjang sekitar 200 meter. Bata di Medang itu lebih tua dibanding di Trowulan Majapahit karena bata di Trowulan sudah ada logo produksinya. Kalau di Medang, batanya masih polos sehingga disimpulkan Situs Medang lebih tua dibanding Trowulan Majapahit," ungkap Taufik.
Ia menambahkan, untuk saat ini situs masih disarankan tetap terkubur di dalam tanah demi menjaga kelestariannya hingga ada sumber daya cukup untuk penggalian dan pelestarian resmi.
"Pelestarian di Situs Medang membutuhkan biaya besar karena berada di persawahan produktif milik warga dan struktur bangunannya sangat rapuh. Oleh sebab itu, selama belum bisa meneliti lebih jauh, kita sarankan agar Situs Medang tetap berada di dalam tanah," kata Taufik. (*)
Balita di Grobogan Tewas Dianiaya Ibu Angkat dan Kekasih, Dilarikan ke Rumah Sakit setelah Sekarat |
![]() |
---|
Kisah Pelajar Asal Grobogan Muhammad Rasya Wakili Jateng di Paskibraka Nasional 2025 |
![]() |
---|
Ki Ageng Selo, Penakluk Petir Asal Grobogan adalah Leluhur Raja-raja Kesultanan Mataram Islam |
![]() |
---|
Legenda Ki Ageng Selo, 'Orang Sakti' Penangkap Petir, Ternyata Keturunan Raja Brawijaya V |
![]() |
---|
Jejak Purba di Tanah Banjarejo, Dulu Grobogan Grobogan Adalah Selat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.