Berita Pati

Tak Bergejala, Warga Pati Tolak Ikut Terapi Pencegahan TBC meski Berkontak Erat dengan Penderita

Banyak warga Pati menolak mengikuti program terapi pencegahan TBC meski berkontak erat dengan penderita.

Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: rika irawati
PEXELS/ANNA SHVETS
Ilustrasi hasil rotgen TBC. Program pencegahan TBC di Pati tak mencapai target lantaran banyak peserta menolak melanjutkan lantaran tak bergejala atau sakit. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, PATI — Banyak warga Pati menolak mengikuti program terapi pencegahan TBC meski berkontak erat dengan penderita.

Penolakan ini satu di antaranya dipicu lantaran mereka tidak menunjukkan gejala.

Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Pati, Joko Leksono Widodo mengatakan, penolakan ini membuat angka capaian terapi pencegahan TBC di Pati hanya mencapai 2,3 persen dari target 5 persen.

"TPT atau terapi pencegahan TBC ini capaiannya memang rendah karena banyak kendala. (Rendahnya capaian) tidak hanya di Pati tapi di semua daerah," ungkap Joko seusai Dialog Bersama Gerakan Indonesia Akhiri TBC di Resto Winong 57 Pati, Selasa (30/4/2024).

Joko mengatakan, terapi pencegahan TBC ini diberikan kepada anggota keluarga sehat yang memiliki kontak erat dengan keluarga yang positif TBC.

Terapi dari DKK Pati ini diberikan secara gratis.

"Kendala yang dihadapi di antaranya, banyak yang menolak terapi karena belum merasa sakit atau belum bergejala."

"Akhirnya, pengobatan baru sepekan, sudah berhenti, tidak sampai tuntas. Itu membuat seringnya kegagalan pengobatan," ucap Joko.

Baca juga: Waspada! Anak Batuk Berdahak Lebih dari 2 Pekan Disertai Penurunan Nafsu Makan Bisa Jadi Tanda TBC

Menurut Joko, terapi pencegahan TBC ini bertujuan agar keluarga sehat yang berkontak erat dengan pasien TBC tidak tertular.

"Tapi susah karena yang diobati, orang yang sehat tetapi masih kontak. Kadang ada penolakan, tidak sakit, tidak positif TBC, kok diobati."

"Padahal, ini program biar tidak menular. Apalagi, menurut penelitian, 8-10 orang di sekitar (penderita TBC) akan tertular," jelas dia.

Menurut Joko, juga banyak terjadi lantaran jangka waktu terapi boleh dibilang tidak sebentar, mencapai enam bulan.

Baca juga: Pemancing Ditemukan Tewas Tenggelam di Sungai Jering Pati, Diduga Terpeleset saat Naik Getek

Sementara, Koordinator SSR Mentari Sehat Indonesia Pati Moh Yasir Al Imron berharap, stakeholder mulai dari PKK hingga kepala desa, dapat membantu percepatan penemuan kasus TBC serta pemberian TPT yang capaiannya masih rendah.

"Harapannya, stakeholder bisa berkontribusi, memberikan edaran informasi kepada posyandu untuk menekan dan menemukan kasus baru, termasuk TBC anak," harap dia.

Tahun ini, pihaknya akan menerjunkan kader TBC di posyandu desa-desa sehingga dapat membantu menemukan kasus baru serta melakukan penyuluhan maupun edukasi terkait masalah TBC. (*)

Baca juga: Anak Punk Tewas Terlindas Truk di Magelang, Jatuh saat Berniat Menumpang Truk Kontainer

Baca juga: Dibekali Smartcard, Jemaah Haji Indonesia Bakal Lebih Mudah Cari Informasi Lokasi Pelaksanaan Ibadah

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved