Berita Jepara

22 Santri Asal Jepara Dievakuasi akibat Perang Sudan Pecah, Pemerintah Pulangkan secara Bertahap

Perang saudara akibat kudeta di Sudan memaksa pemerintah mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI), termasuk 22 santri dari Jepara.

Kemlu RI
Pemerintah Indonesia mulai mengevakuasi ratusan warga negara Indonesia (WNI) di Sudan setelah perang saudara pecah di negara tersebut. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, JEPARA - Perang saudara akibat kudeta di Sudan memaksa pemerintah mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI), termasuk 22 santri dari Jepara.

Saat ini, para santri tersebut telah tiba di Jeddah, Arab Saudi, lewat jalur laut sebelum dipulangkan ke Indonesia.

Dari 22 santri tersebut, 15 orang merupakan santri Pondok Pesantren Al Buruj, di Desa Ngabul, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara.

Para santri itu sedang menempuh pendidikan S1 di Sudan.

Pengasuh Ponpes Al Buruj Abdul Baits Muhtar menyampaikan, secara keseluruhan, ada 35 santrinya di Sudan.

Semua santri tersebut telah dievakuasi.

"Warga Jepara, khusus dari (Ponpes) Al Buruj, ada 15 santri. Tapi, dari luar (Ponpes) Al Buruj, enam atau tujuh."

"Total, perkiraan dari Jepara ada 22 santri (yang belajar di Sudan," kata Baits yang juga Pengurus Ikatan Alumni Sudan saat dihubungi, Kamis (27/4/2023).

Baca juga: 90 WNI dan 2 Jenazah Korban Gempa Turki Tiba di Tanah Air, Langsung Diserahkan ke Keluarga

Pihaknya kini menunggu informasi dari pemerintah Indonesia terkait proses kepulangan WNI, apakah pemerintah hanya membantu proses kepulangan hingga ke Jakarta atau sampai ke daerah asal santri.

Apabila hanya sampai di Jakarta, kata Baits, pihaknya telah menyiapkan penjemputan ke ibu kota Jakarta.

Kemudian, pihak keluarga santri bisa menjemput di Ponpes Al Buruj.

Baits berharap, Pemkab Jepara bisa ikut membantu akomodasi proses kepulangan santri-santri asal Jepara dari Jakarta.

Pihaknya sudah mencoba menghubungi Pemkab Jepara tetapi hingga kini belum ada respons.

Ponpes Al Buruj menjalin kerjasama dengan International University of Africa (IUA) sejak 2016.

Menurut Bait, pusat universitas itu berada di ibu kota Sudan, Khartoum.

Hingga saat ini pihaknya telah mengirim 50 santri ke negara tersebut, 15 di antaranya sudah lulus dan mengabdi di masyarakat.

Mereka yang masih tinggal di Sudan, kata Baits, rata-rata sudah menjalani pendidikan lebih dari lima semester.

Beberapa santri juga sedang menyelesaikan skripsi.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan, Pemerintah Indonesia telah mengevakuasi 897 WNI dari Khartoum, ibu kota Sudan.

Proses evakuasi itu dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama, sebanyak 569 WNI berhasil dievakuasi.

Dari jumlah itu, 557 orang telah dievakuasi ke Arab Saudi dan tiba di Jeddah, pada Rabu (26/4/2023), sekira pukul 10.00 WIB.

Sementara, 12 orang lain yang terdiri 10 tim KBRI dan 2 WNI, masih berada di Sudah.

Tim KBRI tetap tinggal di Port Sudan untuk membantu evakuasi WNI. Sementara, 2 WNI menunggu penyelesaian dokumen perjalanan pulang.

Baca juga: Taliban Kuasai Afghanistan, Kemenlu Bakal Evakuasi WNI dan Operasikan Terbatas KBRI

Kemudian, evakuasi tahap kedua, pemerintah mengevakuasi 328 WNI dari Khartoum ke Port Sudan menggunakan tujuh bus.

Rombongan itu terdiri 294 laki-laki, 5 anak-anak, dan 29 perempuan.

Sebagian besar mereka adalah mahasiswa dan sisanya pekerja migran Indonesia.

Retno menyampaikan, hingga saat ini, total 897 WNI sudah dievakuasi, 557 di antaranya sudah tiba di Jeddah.

Sementara, 15 WNI telah melakukan evakuasi secara mandiri.

Kemudian, 25 WNI menyatakan tidak ikut evakuasi karena alasan keluarga.

Sedangkan WNI lain, sudah tidak berada di Sudan karena sudah kembali ke Indonesia atau umrah di Arab Saudi.

"(WNI yang tiba di Jeddah) akan beristirahat dan akan dipulangkan ke Indonesia secara betahap," kata Retno Marsudi saat jumpa pers. (*)

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved