Berita Banjarnegara
Masyarakat Dieng Rentan Keracunan Gas, Ini Saran Ahli Geokimia dari Unsoed agar Tetap Aman
Yakni berupa kekhawatiran akan kecelakaan serupa bakal terjadi di masa datang yang dapat menjangkau masyarakat setempat.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: mamdukh adi priyanto
Upaya mitigasi yang akan dilakukan tergantung kondisi lokal setempat yang ada.
"Setiap lapangan panas bumi memiliki karakter atau keunikan tersendiri yang berbeda dengan karakter lapangan panas bumi lain," jelasnya.
Baca juga: Preman Stasiun Poncol Semarang Viral di Tiktok, Arogan Turunkan Penumpang Taksi Online
Keunikan tersebut, kata dia, bukan saja dari sisi teknis, tapi juga dari sisi sosial budaya masyarakat setempat.
Karenanya, upaya mitigasi yang dilakukan pada lokasi panas bumi satu dengan yang lain bisa sama atau berbeda.
Beberapa upaya mitigasi bencana di lokasi Dieng mungkin sudah dilakukan pemda setempat.
Misalnya dengan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat berupa papan pengumuman, penentuan jalur dan tempat evakuasi yang aman, membatasi jarak aktivitas masyarakat dari sumber keluaran gas berupa sumur pemboran atau keluaran gas.
Baca juga: Cegah Kerumunan, Panitia Pilkades Serentak di Cilacap Atur Jadwal Pemilih di TPS 100 Orang Per Jam
Upaya itu juga mungkin sudah dilakukan perusahaan (Geodipa) untuk meminimalisasi risiko bencana di lokasi-lokasi sumur panas bumi.
Keberadaan Pos Pengamatan Gunung Api Dieng juga merupakan upaya mitigasi lain yang lebih umum yang ada di lokasi, dengan keberadaan sensor-sensor gas, seismometer atau detektor lainnya.
"Tetapi upaya itu masih perlu ditingkatkan.
"Pengaturan waktu aktivitas masyarakat, terutama di daerah-daerah keluaran gas, perlu juga dilakukan," tegasnya.
Baca juga: Kenapa Dinamakan Gili Tugel Tegal? Ini Penjelasa Asal Usulnya
Pertimbangannya, gas-gas pada pagi hari konsentrasinya akan lebih tinggi di banding siang hari.
"Karena adanya sinar matahari dan angin pada siang hari akan mendistribusi gas-gas lebih jauh sehingga konsentrasi gas-gas lebih rendah," imbuhnya.(*)