Berita Banjarnegara
Pentas Kesenian Tradisional Menghidupi Para Perajin Gamelan di Banjarnegara
Padahal usahanya sangat tergantung dari eksistensi kesenian tradisional, semisal kuda lumping dan wayang yang menggunakan perangkat gamelan.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: mamdukh adi priyanto
TRIBUNBANYUMAS.COM, BANJARNEGARA- UNESCO menetapkan gamelan sebagai Warisan Budaya Tak Benda pada akhir 2021 lalu yang diakui dunia.
Hal ini menjadikan gamelan menjadi Warisan Budaya Tak Benda ke-12 milik Indonesia yang ditetapkan UNESCO.
Berbagai nilai-nilai budaya yang unik dan luhur melatarbelakangi penetapan gamelan menjadi Warisan Budaya Tak Benda.
Indonesia kaya akan budayanya.
Tak hanya tentang tradisi dan adat istiadat, komponen pelengkapnya ialah alat musik, semisal gamelan.
Baca juga: Viral! Pernikahan Beda Agama di Kota Semarang: Sudah Ada 1.425 Pasangan Menikah
Ahmad Subejo (66), telaten memahat kayu di rumahnya, di RT 002 RW 001 Desa Singamerta, Sigaluh, Banjarnegara, Senin (7/3/2022).
Meski usianya tak lagi muda, ia masih terlihat cekatan menukangi pekerjaan itu.
Dari tangannya, ia berhasil menyulap kayu gelondong jenis Sengon menjadi patung merupai ular naga.
Masyarakat atau pelaku seni biasa menyebutnya Gayor, alat untuk menggantungkan gong.
Ia mengatakan, perangkat gamelan itu adalah pesanan dari warga Desa Bandingan, Banjarnegara.
Di dalam rumahnya, tertata perangkat gamelan produksinya, di antaranya kendang, saron, bonang, dan gong yang menunggu diambil pemiliknya.

Baca juga: Ada Gambar Candi Arjuna di Logo Baru Banjarnegara, Apa Maknanya?
Belum selesai satu pekerjaan, pelanggan lainnya sudah datang ke rumahnya.
Kehadiran mereka membuat Ahmad semringah.
Pesanan gamelan mulai berdatangan akhir-akhir ini.
Usahanya kembali bangkit setelah terpuruk karena pandemi.
"Sekarang mulai bangkit lagi, "katanya, Senin.
Baca juga: Sidang Kasus Korupsi Bupati Nonaktif Banjarnegara: Kisah Sopir yang Ditunjuk Jadi Direktur
Pandemi Covid-19 sempat membuat usahanya terpuruk.
Selama dua tahun pandemi Covid-19 melanda, ia mengaku vakum produksi karena tidak ada yang menggunakan jasanya.
Ini imbas dari kebijakan PPKM yang membatasi ketat kegiatan masyarakat, termasuk kegiatan seni.
Padahal usahanya sangat tergantung dari eksistensi kesenian tradisional, semisal kuda lumping dan wayang yang menggunakan perangkat gamelan.
30 tahunan lebih ia menekuni usaha pembuatan gamelan, baru kali ini ia merasakan usahanya benar-benar surut.
Baca juga: Hore! KA Kamandaka Kini Layani Rute Cilacap-Semarang PP, Tiket Promo Cuma Rp 70 Ribu
Biasanya, sebelum pandemi, pelanggannya datang silih berganti. Pesanan selalu ada, baik untuk perbaikan atau pembuatan baru sehingga ia tak pernah menganggur.
"Saya pernah kirim gamelan ke luar Jawa," katanya.
Ahmad sudah puluhan tahun menekuni usaha ini.
Ia satu di antara segelintir orang di Banjarnegara yang menekuni profesi itu.
Ia bukan hanya perajin, namun juga pelaku seni.
Ahmad pernah menjadi dalang, dan mahir memainkan perangkat gamelan.
Baca juga: Sosialisasikan Tertib Berlalu Lintas dan Prokes, Polres Purbalingga Gelar Pertunjukan Wayang Bawor
Rasa cintanya terhadap kesenian itu mendorongnya untuk menekuni usaha yang berhubungan dengannya.
Ia melihat banyak grup kesenian memiliki perangkat gamelan.
Karena sering digunakan, alat itu bisa saja rusak sehingga perlu diperbaiki atau diganti.
Karena itu, ia berinisiatif untuk membuka bengkel perbaikan dan pembuatan gamelan yang masih jarang dilakoni orang lain.
"Bisa dibilang, jarang yang mau menekuni profesi ini," ujarnya.
Baca juga: Uztaz Khalid Basalamah Minta Maaf dan Klarifikasi Ceramahnya tentang Wayang
Ia menilai instrumen tradisional gamelan tetap akan dibutuhkan di masa yang akan datang.
Ini seiring dengan eksistensi kesenian tradisional yang terus akan terlestarikan.
Sayangnya belum ada generasi yang mau meneruskan jejaknya menjadi pengrajin gamelan.
Menurutnya, membuat perangkat gamelan bukan hanya mengandalkan bakat, namun juga kecintaan terhadap kesenian itu.
Baca juga: Diklaim Bisa Jaga Imun Tubuh! Ini Resep Kelapa Muda Bakar Madu ala Peternak Lebah di Banyumas
Bahkan, yang perlu ditanamkan lebih dulu adalah rasa cinta terhadap kesenian itu.
Sementara, bakat bisa diasah kemudian.
"Anak muda sekarang gak mau telaten.
Bakat bisa mengikuti, yang penting harus cinta dulu kalau mau menekuni profesi ini," imbuhnya.(*)
Baca juga: Video Destinasi Taman Pesona Rengganis Wisata Baru Ala Korea di Cilacap