Berita Budaya
Dibahas Dosen ISI Solo dan Yogyakarta, Gaya Mbeling Ki Enthus Dinilai Bangun Kebaruan Perdalangan
Gaya mendalang Ki Enthus yang slengekan dinilai membangun kebaruan dalam dunia dalang di Tanah Air.
Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Gaya mendalang Ki Enthus yang slengekan dinilai membangun kebaruan dalam dunia dalang di Tanah Air.
Hal ini terungkap dalam webinar Belajar dari Ki Enthus Susmono: Dhalang Edan Membangun Kebaruan yang digelar, Minggu (7/11/2021).
Webinar tersebut menghadirkan pembicara dari ISI Surakarta dan ISI Yogyakarta.
Kebaruan yang dihadirkan dalang yang tutup usia pada 2018 itu di antaranya ditunjukkan alunan gamelan dan audio narasi untuk mengiri kemunculan Enthus dari belakang layar saat tampil dalam pementasan di satu televisi swasta.
Narasi yang dibacakan, biasanya terkait biografi singkat Enthus.
Termasuk, kenapa dipanggil dalang 'edan', 'ghendeng', 'mbeling', yang awal mulanya diperkenalkan para jurnalis yang meliput pertunjukan Enthus.
Baca juga: Umbul Dungo Ki Manteb Soedharsono di Karanganyar, Tiga Dalang Pentaskan Lakon Acharya Sudarsana
Baca juga: Dalang Bripka Teguh Riyanto Datangi Dua Sekolah di Mrebet Purbalingga, Hibur Siswa yang Lagi Isoter
Baca juga: Terdampak Pandemi Covid, Dalang dari Boyolali Nglurug ke Solo. Tawarkan Wayang untuk Beli Beras
Aksi panggung dalang yang meninggal saat menjabat bupati Tegal itu cukup melekat di ingatan.
Yakni, ketika Enthus menghajar wayang yang dimainkan, seolah-olah seorang dalang terlibat dan berinteraksi langsung dengan wayang tersebut.
Adegan berkelahi Enthus dengan wayang karakter raksasa atau Buto tersebut dinilai memberikan stigma jelek di dunia pedalangan yang masih terkesan konservatif.
Ada yang mengatakan, apa yang dilakukan Enthus merusak pakem atau tatanan.
"Enthus dikenal sebagai dalang 'edan', 'gendeng', 'slebor', banyak sekali sebutan negatif untuknya."
"Mbeling itu sulit dikendalikan atau membangkang. Sedangkan sableng itu tidak waras atau gila."
"Sebutan ini, tidak membuat Enthus marah dan kecewa. Tapi, ini justru dijadikan label oleh Ki Enthus," kata dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta Dr Sugeng Nugroho, pada webinar.
Sugeng menjelaskan, julukan atau nama tambahan dengan kata berkonotasi negatif yang disandingkan nama seorang dalang, baru muncul di era tahun 80-an.
Dimulai dengan Ki Manteb Sudarsono yang memiliki julukan 'Dhalang Setan'. Kemudian, dalang Ki Djoko 'Edan' Hadiwidjojo, 'Dhalang Mbeling' Enthus Susmono, Ki Warseno 'Slenk', Ki Sun 'Gondrong', Ki Narto 'Gemblung', dan Ki Exwan Susanton 'Greng'.