Berita Jawa Tengah
Mengintip Budaya Ngelelet di Lasem Rembang, Melukis Pola Batik di Batang Rokok Gunakan Ampas Kopi
Memakai batang korek api yang diruncingkan ujungnya, Nur Kholis tampak terampil menggoreskan motif batik pada batang rokok.
Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: deni setiawan
TRIBUNBANYUMAS.COM, REMBANG - Ketika berkunjung ke Rumah Oei di Lasem, Kabupaten Rembang, Rabu (2/6/2021) sore, Meyra Marianti dan teman-temannya tampak kagum melihat keterampilan Nur Kholis dalam ngelelet.
Itu adalah seni melukis pada batang rokok menggunakan ampas kopi.
Memakai batang korek api yang diruncingkan ujungnya, Nur Kholis tampak terampil menggoreskan motif batik pada batang rokok.
Baca juga: Dilockdown, Semua Layanan Puskesmas Wedarijaksa I Dialihkan, Instruksi Bupati Pati Haryanto
Baca juga: Mudik Lebaran Kayuh Sepeda 249 Km Rembang-Pemalang, Irzan: Terinspirasi Kyai Abdul Ghofur Maimoen
Baca juga: Bakal Berkolaborasi? Atta Halilintar dan Putra Siregar Nonton Latih Tanding PSG Pati di Yogyakarta
Baca juga: Polda Jateng Kerahkan 8 Water Cannon, Siap Semprotkan Disinfektan di Seluruh Sudut Kudus
Meyra dan rekan-rekannya yang tergabung dalam DPD Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Yogyakarta juga ikut mencoba ngelelet.
Menyaksikan dan ikut mencoba ngelelet ini merupakan bagian rangkaian Jateng on The Spot yang diadakan Disporapar Jateng.
Melalui kegiatan ini, Disporapar Jateng ingin mempromosikan pariwisata Rembang kepada para pelaku perjalanan wisata.
Tujuannya agar mereka memasukkan Rembang dalam paket-paket wisata yang ditawarkan kepada para turis.
Aktivitas ngelelet merupakan bagian keseharian para penikmat kopi lelet di Lasem maupun Rembang secara umum.
Aktivitas ini dinilai dapat menjadi satu daya tarik wisata di sini.
Sebagai putra daerah, Nur Kholis mengatakan, aktivitas ngelelet atau membatik rokok ini di Lasem sudah ada sejak zaman dahulu yang tidak bisa dipastikan persisnya.
Bahkan, nama kopi khas Lasem, yakni kopi lelet, juga diambil dari kebiasaan ngelelet menggunakan ampas kopi.
“Ketika ngopi, untuk mengisi waktu kami mengaplikasikan ampas kopi ke sebuah rokok dengan cara membatik."
"Membatik kain di masyarakat Lasem sudah familiar."
"Sehingga teman-teman yang hobi ngopi di Lasem mencoba mempraktikkan membatik di rokok,” ujar pria asal Desa Selopuro, Kecamatan Lasem ini kepada Tribunbanyumas.com, Jumat (4/6/2021).
Dia menyebut, budaya ngelelet muncul seiring adanya budaya ngopi di Lasem yang begitu kuat.
Menurut dia, hampir di setiap desa, setiap kampung, di Lasem pasti ada warung kopi.
“Bahkan di Rembang, lomba ngelelet atau membatik rokok sering diadakan."
"Seperti dari perusahaan rokok, juga oleh EO yang mengadakan event musik,” kata dia.
Nur Kholis menjelaskan, kopi yang bisa dipakai untuk ngelelet ialah kopi murni yang digiling sebanyak 3 sampai 7 kali, sehingga teksturnya sangat halus.

Baca juga: Polsek Cilongok Banyumas Di-Lockdown, Layanan SKCK dan Pelaporan Dialihkan ke Mobil BLKK
Baca juga: 30 Relawan di Banyumas Ikuti Pelatihan Reaksi Cepat Penanganan Bencana, Ini Materi yang Didapat
“Setelah kopi diseduh, dituang di lepek, diamkan sebentar, airnya diminum atau dimasukkan lagi ke cangkir."
"Kemudian ampas ini diberi tisu untuk mengurangi kadar airnya."
"Setelah itu kami beri susu kental manis atau gula Jawa sebagai perekat, kalau tanpa itu mudah rontok."
"Kemudian kami aduk sampai merata, baru diaplikasikan pada rokok,” kata dia.
Dia menambahkan, tingkat kekentalan ampas rokok mesti disesuaikan dengan hasil yang diinginkan.
“Kalau melukis dengan tusuk gigi atau batang korek harus jangan terlalu encer, kalau ngeblok atau menggunakan benang harus encer."
"Biasanya menggunakan benang kami celupkan, kaitkan ke rokok lalu ditarik untuk mendapat efek gradasi tebal-tipis,” tutur Nur Kholis.
Sementara, anggota DPD ASITA DIY, Meyra Marianti menilai, ngelelet rokok sebagai kegiatan yang mendukung pariwisata di Lasem Rembang.
“Satu destinasi bisa berkembang karena ada keunikan yang tidak sama dengan destinasi lain."
"Terlebih ngelelet ini telah menjadi napas, keseharian masyarakat setempat."
"Luar biasa, melalui ini bisa memberdayakan masyarakat lokal."
"Sehingga pariwisata menghidupi masyarakat sendiri,” papar dia kepada Tribunbanyumas.com, Jumat (4/6/2021).
Meyra menganggap, aktivitas ngelelet bisa jadi produk turism untuk para turis.
“Apalagi mereka juga cerita, (rokok yang telah dilelet) ini bahkan bisa jadi cinderamata,” tandas dia. (Mazka Hauzan Naufal)
Baca juga: Tolak Beri Uang THR, Pedagang Buah di Bobotsari Purbalingga Dikeroyok Tukang Palak
Baca juga: Pemkab Purbalingga Bakal Bangun Gapura Masuk Bandara JB Soedirman, Butuh Dana Rp 500 Juta
Baca juga: Sistem Verifikasi Anti Fraud RSMS Purwokerto Bisa Ditiru, Gunakan Aplikasi E-VA Centil
Baca juga: Wisuda SMK Pelayaran Purwokerto Dibubarkan Tim Satgas, Dihadiri Hingga 700 Orang