Berita Banjarnegara Hari Ini
Masih Tradisional di Pemandian Air Panas Pingit Banjarnegara, Dialirkan Gunakan Bambu
Pancuran air panas yang masih tradisional ternyata menjadi daya tarik hingga melahirkan kesan tersendiri bagi wisatawan.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: deni setiawan
TRIBUNBANYUMAS.COM, BANJARNEGARA - Pemandian air panas, terutama yang dikelola untuk wisata, umumnya dilengkapi dengan bangunan atau instalasi modern.
Tetapi Pemandian Air Panas Pingit di Desa Gumelem, Kecamatan Susukan, Kabupaten Banjarnegara ini cukup unik, lain dari biasa.
Sumber mata air dialirkan melalui batang bambu yang dipasang melintang di atas sungai.
Baca juga: Bu Dokter Ini Rajin Kunjungi Ponpes di Banjarnegara, Periksa Kesehatan Gigi Santri, Begini Ceritanya
Baca juga: Pura-pura Jatuh dari Motor, Pemuda Banjarnegara Rampas HP Penolong. Berakhir di Polres Purbalingga
Baca juga: Ngabuburit Asyik di Taman Patung Jerami Gili Lori Banjarnegara, Wisata Dadakan Hingga Libur Lebaran
Baca juga: Cerita Petani Kentang di Batur Banjarnegara, Gagal Raup Keuntungan Akibat Erupsi Kawah Sileri
Air jernih memancur dari lubang-lubang yang dibuat di setiap ruas bambu.
Di bawah pancuran itu, pengunjung menadahkan anggota badannya agar terbasahi air.
Selain itu, air tumpah ke bawah dan mengalir mengikuti arus sungai.
Hangat langsung terasa di kulit.
“Sumber air panas di sungai, sudah ada sejak dahulu," kata Kades Gumelem Kulon, Arief Mahbub kepada Tribunbanyumas.com, Selasa (4/5/2021).
Keberadaan sumber mata air panas ini menjadi berkah tersendiri bagi warga sekitar.
Mereka biasa memanfaatkannya untuk mandi.
Terlebih, sumber air panas itu dipercaya berdampak positif bagi kesehatan.
Selain warga sekitar, masyarakat dari luar daerah pun kerap berkunjung ke tempat itu.
Pancuran air panas yang masih tradisional ternyata menjadi daya tarik hingga melahirkan kesan tersendiri bagi wisatawan.
Pada malam-malam khusus, pemandian ini bahkan juga dikunjungi orang yang punya kepercayaan tertentu terhadap sumber tersebut.
Ada cerita tersendiri di balik alasan pemanfaatan bambu untuk mengalirkan sumber air panas ini.
Menurut Arief, pihaknya sebenarnya pernah menjajal menggunakan pipa untuk mengalirkan air panas dari sumbernya.
Tetapi usaha itu gagal karena air justru tidak mau mengalir.
Karenanya, pihaknya mempertahankan penggunaan bambu untuk pancuran sumber air panas.
Menariknya, sumber mata air panas ini bukan dikelola sebuah desa tertentu, melainkan dua desa yang bertetangga.
Arief mengatakan, sumber mata air panas itu berada di wilayah administrasi Desa Gumelem Kulon, tetapi aliran atau pancuran air itu masuk wilayah Desa Gumelem Wetan.
Karenanya, ia menyebut pemandian itu bisa memersatukan dua desa bertetangga karena pengelolaan bersama atas sumber daya tersebut.
Belum ada loket masuk ke destinasi ini.
Sehingga pengunjung tidak dipungut biaya untuk menikmati fasilitas pemandian air panas ini.
“Masih gratis masuknya," katanya.
Pemandian air panas bukan satu-satunya destinasi di wilayah itu.
Di desa itu, terdapat pula destinasi lain yang menarik untuk dikunjungi.
Seperti wisata religi Makam Girilangan, masjid kuno At Taqwa, hingga UMKM Batik Khas Gumelem yang telah melegenda. (Khoirul Muzakki)
Baca juga: Pelaku Sewa Ruko Sehari di Temanggung, Toko Sembako di Solo Kena Tipu, Pesan Barang Cara COD
Baca juga: Pasutri Asal Brebes Ini Bikin Kurma Berbahan Tomat, Sempat Gagal 10 Kali Saat Rintis Usaha
Baca juga: Begini Cerita Ustadz Arif, Penyandang Tunadaksa di Tegal, Sempat Drop Seusai Alami Kecelakaan
Baca juga: Praktik Travel Gelap di Pemalang: Mudik ke Lampung Bersama Istri, Joko Berani Bayar Rp 6 Juta