Berita Semarang Hari Ini

Cerita Transpuan Ubah Salon Jadi Tempat Ngaji di Semarang, Mbak Wolly: Sebagai Ladang Ibadah

Seorang ibu rumah tangga, Mega (23), merasa betah belajar mengaji di tempat Silvi lantaran sudah tahu kemampuanya dalam mengajar mengaji.

Penulis: iwan Arifianto | Editor: deni setiawan
TRIBUN BANYUMAS/IWAN ARIFIANTO
Selama Ramadan, Salon Wolly menjadi tempat mengaji bagi para anak dan ibu di kawasan perkampungan Randusari RT 06 RW 01, Semarang Selatan, Kota Semarang, Rabu (14/4/2021). 

TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Salon Wolly tak ubahnya seperti salon pada umumnya.

Dindingnya dipenuhi beberapa kaca lebar dan deretan alat kecantikan.

Salon itu berada di gang sempit Kampung Randusari RT 06 RW 01, Semarang Selatan, Kota Semarang. 

Baca juga: Mengintip Aktivitas Ponpes Lansia Banyubiru Semarang kala Ramadan: Santri Mengaji dan Ikut Pelatihan

Baca juga: Ini Wajah Dua Pelaku Begal Motor di Tembalang Semarang: Sasar Anak-anak Karena Mudah Diperdaya

Baca juga: Awas! Tim Elang Semarang Utara Bakal Makin Rajin Patroli Selama Ramadan: Potensi Kejahatan Meningkat

Baca juga: Calon Penumpang Pesawat Dari dan Menuju Semarang Mulai Batalkan Tiket, Imbas Larangan Mudik

Namun setiba di salon tersebut yang terdengar bukan suara renyah emak-emak sosialita atau suara mesin pengering rambut.

Melainkan, yang terdengar hanya suara merdu orang melafalkan Alquran.

Suara tersebut berasal dari anak-anak dan ibu-ibu yang tampak semangat belajar mengaji di salon tersebut.

Guru ngaji di salon Wolly tak lain adalah pemilik salon itu.

Dia dikenal bernama Silvi Mutiari atau akrab disapa Mbak Wolly, seorang waria atau transgender perempuan (transpuan).

Di hadapan Silvi, seorang anak, Guntur (10), tengah terbata-bata melafalkan huruf-huruf hijaiyah dari buku Iqro.

Silvi mengenakan kerudung warna biru muda dengan sabar mengajari bocah kelas 5 SD itu. 

Beberapa kali dia ditegur secara halus oleh Silvi lantaran salah mengeja.

"Saya baru sampai jilid 3, tapi Mbak Wolly sabar kalau ngajar ngaji," terang Guntur kepada Tribunbanyumas.com, Rabu (14/4/2021).

Tak hanya anak-anak, seorang ibu rumah tangga, Mega (23), merasa betah belajar mengaji di tempat Silvi lantaran sudah tahu kemampuanya dalam mengajar mengaji.

"Saya sudah kenal mbak Silvi sejak kecil."

"Jadi tahulah kapasitas dia soal belajar mengaji," terangnya.

Dia mengatakan, tak memandang soal kondisi Silvi sebagai seorang transpuan.

Baginya, selama orang tersebut mau berbagi kebaikan secara ikhlas, tak perlu dipandang statusnya.

"Sebagai tetangga saya sudah kenal siapa dia, jadi tak ada masalah," terangnya.

Dia melanjutkan, belajar mengaji di tempat tersebut mulai masa pandemi Covid-19.

Belajar mengaji dilakukan jelang magrib sekira pukul 17.00.

Akan tetapi selama Ramadan jadwal dimajukan tepat bada Asar sekira pukul 15.00.

"Kalau Silvi ada job rias di luar kami libur," terangnya. 

Sementara itu, Silvi Mutiari menjelaskan, mengajar mengaji kepada para ibu dan anak di lingkungan sekitarnya bukanlah kemauannya.

Aktivitas mengajar mengaji tersebut bermula saat ustadzah di kampungnya memilih tak mengajar lantaran pandemi Covid-19.

Para tetangga di dekat rumahnya lantas menunjuknya untuk mengajar mengaji ke anak-anak dan para ibu.

"Mereka tak mau adanya pandemi lalu libur mengaji."

"Mereka lantas menujuk saya untuk mengajari ngaji," terang Ketua Persatuan Waria Semarang (Perwaris) Kota Semarang itu.

Dia mengatakan, anak-anak yang belajar mengaji di tempatnya ada empat orang.

Sedangkan para ibu ada sekira 10 orang.

Tak hanya belajar mengaji, mereka juga rutin melakukan kegiatan rutin berupa yasinan dan tahlilan.

Selama Ramadan, Salon Wolly menjadi tempat mengaji bagi para anak dan ibu di kawasan perkampungan Randusari RT 06 RW 01, Semarang Selatan, Kota Semarang, Rabu (14/4/2021).
Selama Ramadan, Salon Wolly menjadi tempat mengaji bagi para anak dan ibu di kawasan perkampungan Randusari RT 06 RW 01, Semarang Selatan, Kota Semarang, Rabu (14/4/2021). (TRIBUN BANYUMAS/IWAN ARIFIANTO)

Baca juga: Bantuan Sosial Tunai Rp 600 Ribu di Banyumas Cair, Bupati Prediksi Pusat Perbelanjaan Bakal Ramai

Baca juga: Dinkes Banyumas Berencana Buka Layanan Vaksinasi Covid Seusai Tarawih, Ini Pertimbangannya

"Saya ikhlas secara sukarela mengajar ngaji mereka." 

"Saya ingat dahulu tidak mudah juga mencari ilmu sehingga saya ingin berbagi ilmu." 

"Sekaligus sebagai ladang ibadah terutama selama Ramadan ini," ujarnya kepada Tribunbanyumas.com, Rabu (14/4/2021). 

Meski sukarela, masih ada selentingan dari orang yang menyebut kalau mengajar di tempatnya harus bayar mahal. 

Padahal belajar mengaji di tempatnya tak dipungut biaya apapun. 

Biasanya yang berkomentar seperti itu lantaran belum kenal lebih dekat dengannya. 

"Datang rutin saja sudah bayaran bagi saya sebab ada kepuasan tersendiri selama mengajar ngaji," terangnya. 

Dia berucap, memang ada orangtua yang memberikan uang kepadanya sebagai ungkapan terima kasih lantaran anaknya diajari mengaji. 

"Kalau ada yang memberi uang biasanya buat subsidi silang dengan cara saya belikan air minum dan makanan yang nantinya disuguhkan saat acara tahlilan atau yasinan," terangnya. 

Dia mengungkapkan, selama mengajari mengaji ke para tetangganya tak ada stigma negatif. 

Sebaliknya para tetangganya sudah sangat percaya kepadanya. 

Begitupun para pemuka agama di tempatnya tinggal tak ada gesekan apapun. 

Kondisi lingkungan tanpa protes itu, menurutnya lantaran dia adalah warga setempat di tempat tinggalnya. 

Para warga sudah sangat kenal kepadanya. 

Apalagi dia dari kecil hingga remaja sudah aktif di kegiatan keagamaan di lingkungannya seperti di remaja masjid. 

"Sampai sekarang saya masih ke masjid dari salat Jumat dan tarawih," bebernya. 

Kini, baginya, mengajar mengaji adalah sebuah kebahagian tersendiri. 

Terutama melihat para muridnya yang antusias mengaji. 

Bahkan dia merasa sedih saat beberapa kali aktivitas mengaji harus tertunda karena dia ada pekerjaan merias. 

"Sewaktu harus tertunda itu saya merasa berat dan berusaha mengganti waktu mengaji pada malam hari kadang lelah pun tak terasa," paparnya. (Iwan Arifianto)

Baca juga: Rekonstruksi Kasus Pembacokan dan Pembunuhan di Kebumen, Kedua Tersangka Peragakan 27 Adegan

Baca juga: Penerimaan PBB Bertambah Rp 200 Juta di 2020, Wabup Kebumen: Padahal Lagi Masa Pandemi

Baca juga: Niat Menolong Malah Jadi Korban, Faslul Terseret Ombak di Cilacap, Belum Ditemukan Hingga Sekarang

Baca juga: Kedua Tersangka Sudah Jual 30 Surat Bebas Covid-19, Harga Rp 200 Ribu, Sasar Sopir Truk di Cilacap

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved