Berita Temanggung
Lantai Rumah Warga Parakan Temanggung Ambles dan Muncul Air, Ternyata Ada Gorong-gorong Pecah
Supadiyono, warga Traji, Parakan, Temanggung, kaget saat melihat air tiba-tiba muncul dari lantai rumah, Selasa (16/2/2021) malam.
Penulis: Saiful Masum | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS.COM, TEMANGGUNG - Supadiyono (55), warga Dusun Karang Senen RT 01 RW 05, Desa Traji, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung kaget saat air tiba-tiba muncul dari lantai rumah, Selasa (16/2/2021) malam.
Air pun secara cepat membanjiri dalam rumah hingga sekeluarga akhirnya mengungsi.
Menurut Supadiyono, saat kejadian, hujan deras tengah melanda Parakan dan sekitarnya.
"Saat itu, hujan lebat. Sempat banjir di beberapa rumah tetangga. Hari-hari sebelumnya juga hujan deras," terangnya saat ditemui di rumahnya, Kamis (18/2/221).
Baca juga: Angin Ribut Porak Porandakan 11 Bangunan di Temanggung, Ini Data Kerusakan Menurut BPBD
Baca juga: Sebagian EWS Perlu Perbaikan, Sudah Tidak Berfungsi Optimal, BPBD Temanggung Coba Upayakan Hal Ini
Baca juga: Gemuruh Masih Terdengar dari Kawah Gunung Sindoro, Bupati Temanggung Minta Warga Tetap Siaga
Baca juga: Pemkab Temanggung Ajukan Program Revitalisasi Kota Pusaka Parakan, Nilainya Capai Rp 10 Miliar
Menurutnya, sebelum air muncul, lantai rumah ambles hingga 2,5 meter.
Air pun mulai masuk melalui celah lubang hingga membanjiri seluruh ruangan.
"Saat itu, anggota keluarga saya ada enam orang, panik karena air terus bertambah. Kemudian, saya ungsikan ke rumah saudara di Candiroto. Kami bermalam di situ. KEmudian pulang dan sekarang mengungsi di gereja," ujarnya.
Keesokan harinya, Supadiyono dan keluarganya pun mengecek kondisi tersebut.
Menantu Supadiyono, Yohannes Terawan (31) mengatakan, saat lantai dibongkar, telrihat empat gorong-gorong di bawah rumahnya. Gorong-gorong itu dalam kondisi pecah.
Dia menduga, gorong-gorong pecah akibat aliran air tak lancar, tersumbat otumpukan sampah. Sementara tanah yang menyangga gorong-gorong tergerus air dari sebuah paralon yang diduga milik warga.
"Gorong-gorong pecah, kemudian airnya naik ke permukaan. Karena hujan intensitas tinggi, air terus menggerus tanah di sekitar gorong-gorong sampai melebar," tuturnya.
Saat ini, ada lubang berdiameter 2 meter dan kedalaman 2,5 meter di ruang tengah milik Supadiyono.
Kondisi ini masih bisa bertambah karena gorong-gorong belum bisa diperbaiki akibat curah hujan yang tinggi.
"Saat kejadian, sampah numpuk. Malam itu, sebelum mengungsi, kami bersihkan bersama warga agar tidak semakin parah. Besoknya mau diperbaiki tapi hujan deras, air naik lagi," ucapnya.
Baca juga: Kapolsek dan 11 Anak Buahnya Ditangkap Prompam Polda Jabar, Beberapa Positif Narkoba
Baca juga: Bijak Bermedia Sosial! Kapolri Segera Turunkan Polisi Virtual, Patroli di Dunia Maya
Baca juga: Razia Lapas Tegalandong Slawi, Tim Gabungan Temukan Pisau dan Handphone
Baca juga: Banjir di Kabupaten Pekalongan Meninggi, Bupati: Pos Pengungsian dan Dapur Umum Ditambah
Merasa terancam dengan kondisi rumahnya saat ini, Supadiyono bersama istri, menantu, anaknya, dan 2 orang cucu yang masih balita, mengungsi ke GPdi Anugrah Traji tak jauh dari rumahnya.
Satu keluarga itu bermalam di sebuah ruang istirahat bekas tempat tinggal pendeta.
Mereka sesekali kembali ke rumahnya di pagi hari untuk memasak dan mengecek kondisi rumahnya.
Warga bergotong-royong
Terkait kondisi ini, warga bergotong-royong melakukan penanganan darurat.
Supadiyono secara mandiri telah membeli empat saluran gorong-gorong untuk mengganti yang sudah pecah.
Sejumlah pasir juga sudah disediakan. Sementara material semen, akan dibantu BPBD setempat.
"Bersama warga, nanti akan memperbaiki gorong-gorongnya. Kemudian dicor kembali agar kuat," terangnya.
Baca juga: 5 Berita Populer: Bupati Purbalingga Serahkan Jabatan ke Sekda-Talud Kecamatan di Wonosobo Ambrol
Baca juga: Dihajar Cuaca Ekstrem, 60 Ribu Bibit Mangrove yang Ditanam di Pesisir Semarang Rusak
Baca juga: Tahun Ini, Pemkot Semarang Targetkan Bedah 1.641 Rumah Tak Layak Huni
Baca juga: Harga Emas Antam di Pegadaian Pagi Ini, Kamis 18 Februari 2021 Rp 1.863.000 Per 2 Gram
Supadiyono berharap, saluran air dari Desa Medari, Kecamatan Ngadirejo, hingga Desa Traji, Kecamatan Parakan, itu segera teratasi dengan baik agar tidak menimbulkan bencana banjir susulan.
Ia juga berharap, Pemerintah Desa bisa mencarikan solusi agar kejadian serupa tidak terulang kembali hingga tahun-tahun ke depan.
"Saya berharap, pemerintah desa bisa melakukan normalisasi saluran dengan mengalihkan saluran ke belakang atau depan rumah. Supaya kami lebih aman. Karena, kalau ditanggung sendiri, tidak kuat, biayanya tidak sedikit," harapnya. (*)