Berita Jawa Tengah
Kisah Bocah Penderita Pterigium di Batang, Windy Terpaksa Kubur Impian Jadi Ahli Agama Karena Biaya
Suara merdu itu berasal dari lantunan syair yang dinyanyikan Windy Riyanto, dari emperan warung kopi yang berdekatan dengan Jembatan Timbang Subah.
Penulis: budi susanto | Editor: deni setiawan
TRIBUNBANYUMAS.COM, BATANG - Suara merdku seorang remaja berusia 18 tahun bersautan dengan deru kendaraan di Jalan Pantura Batang.
Suara tersebut berasal dari lantunan syair yang dinyanyikan Windy Riyanto, dari emperan warung kopi yang berdekatan dengan Jembatan Timbang Subah.
Sembari memainkan ukulele bersenar empat, Windy terus mendendangkan sejumlah lagu.
Baca juga: Pemkab Batang Gandeng KPK, Hadapi Pengusaha Nakal yang Enggan Setor Pajak
Baca juga: Biar Warga Bisa Bekerja di KIT Batang, Pemkab Bersiap Buka Program Pendidikan Paket C
Baca juga: Mess Persibat Batang Akan Dijadikan Tempat Isolasi Mandiri Terpusat Pasien Covid-19
Baca juga: 50 Kilometer Jalan Pantura Batang Minim Penerangan, Bikin Pengendara Was-was, Begini Respon Dishub
Meski tak bisa melihat, namun jari-jemari Windy seolah memiliki mata yang secara otomatis memainkan ukulele untuk mengiringi ia bernyanyi.
Windy merupakan remaja berkebutuhan khusus yang mengidap surfers eye atau pterigium, atau penyakit mata yang ditandai dengan tumbuhnya selaput di seluruh bola mata.
Hal itu membuat Windy tak bisa melihat sejak dilahirkan oleh Sholikin, sang ibu pada 18 tahun silam.
Keseharian Windy hanya diisi dengan bermusik, mengaji, dan membantu Sholikin menjaga warung.
"Mak, ada tamu yang datang," serunya kepada sang ibu yang tengah membersihkan bagian belakang warung saat mendengar langkah orang masuk ke warung, Senin (7/12/2020).
Walaupun memiliki keterbatasan, tapi dia selalu ceria dan acapkali menyambut pelanggan warung dengan nyanyian itu, pernah menjuarai perlombaan lantunan Alquran.
Bahkan di tingkat Kecamatan Subah, ia pernah menjadi juara pertama dalam perlombaan melantunkan ayat suci Alquran.
Berawal dari keinginannya mendalami Alquran, Windy pernah belajar ke seorang ustad.
Prestasi yang ia raih terakhir kali yaitu menjadi juara kedua, dalam hal melantunkan ayat suci Alquran tingkat Kabupaten Batang pada 2016.
Namun kini ia hanya bisa membantu sang ibu di warung kopi yang mereka tinggali lantaran terkendala biaya.

Baca juga: Kirim Logistik Pilkada Via Demak, KPU Kabupaten Semarang: Bahaya Bila Melintasi Sungai Jragung
Baca juga: Tunggu Hasi Kajian Dinas ESDM Jateng, Penanganan Tanah Bergerak di Pengadegan Purbalingga
Baca juga: Pemkab Purbalingga Bakal Beri Hadiah Rp 2,5 Juta, Warga yang Laporkan Politik Uang Disertai Bukti
"Sekarang ya di warung ini, saya sadar kalau saya punya kekurangan dan ibu saya tak punya biaya," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Senin (7/12/2020).
Karena kekurangan biaya, Windy mengendurkan niat dan cita-citanya untuk menjadi ahli agama.
"Kalau mau sekolah atau mondok jauh saya tidak bisa, karena tidak ada biaya."
"Mungkin ke depan saya akan belajar musik saja," ujarnya.
Harapan Windy menjadi ahli agama juga diutarakan Sholikin.
Namun karena kendala ekonomi, Sholikin dan Windy hanya bisa pasrah.
"Kalau ada pondok yang dekat, atau sekolah tunanetra, yang mau memberikan Windy ilmu saya sangat berterima kasih."
"Sebagai orangtua, saya berharap cita-citanya tercapai," jelasnya kepada Tribunbanyumas.com, Senin (7/12/2020).
Sholikin menambahkan, Windy pernah menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit, namun hingga kini tidak ada hasilnya.
"Pernah saya bawa ke Pekalongan, Batang, hingga Semarang."
"Yang terakhir biayanya Rp 50 juta, bagi saya terlalu besar uang dengan jumlah itu."
"Hingga kini anak saya didiagnosis tak bisa sembuh, kata dokter karena bawaan lahir," imbuhnya.
Sholikin pun hanya bisa bertahan bersama Windy di tengah himpitan perekonomian dengan membuka warung kopi.
"Kami hanya bisa bersabar, ayah Windy juga terkena stroke, dan dirawat oleh saudara."
"Yang ada di warung ini hanya saya dan Windy," tambahnya. (Budi Susanto)
Baca juga: 1.103 Surat Suara Rusak di Wonosobo, KPU: Dominasi Karena Bercak Tinta di Kolom Pencoblosan
Baca juga: Seluruh Wisata Air Belum Juga Dibuka, Ini Alasan Disparbud Kabupaten Wonosobo
Baca juga: 17 Guru di Temanggung Terpapar Covid-19, 11 Orang dari SMPN 1 Temanggung
Baca juga: Warga Temanggung Ini Konsumsi Sabu, Harus Terpisah dengan Istrinya, Usia Pernikahan Baru Tiga Bulan