Kisah Inspiratif Banyumas
Kisah Raihan Pawang LebahBanyumas, Tekuni Madu Klanceng Hingga Gandeng Unsoed
Bermodal 10 bumbung bambu warisan paman, Raihan Cahyono kini kelola 400 koloni lebah klanceng. Omzetnya kini mencapai jutaan rupiah per bulan.
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: Daniel Ari Purnomo
TRIBUNBANYUMAS.COM, BANYUMAS - Di antara deretan bumbung bambu dan kotak kayu mungil, tercium aroma manis madu yang memenuhi sebuah lahan di Desa Pageraji, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas.
Di sinilah, Raihan Cahyono (24), memimpin Kelompok Budidaya Lebah Klanceng Malang Jaya.
Ia adalah seorang pemuda yang sukses mengubah hobi menjadi bisnis beromzet jutaan rupiah.
Baca juga: Madu Mongso Moms Susan Pati, Pilihan Jajanan Lebaran Idulfitri yang Legit dan Tahan Lama
Belajar dari 'Pawang Lebah'
Usaha ini bukan hal baru bagi Raihan.
Ia tumbuh dalam keluarga yang akrab dengan lebah, belajar langsung dari sang paman yang dulu dikenal sebagai "pawang lebah", ahli memindahkan sarang lebah liar dari rumah-rumah warga.
Ketika pandemi Covid-19 melanda, Raihan memutuskan fokus penuh pada budidaya madu klanceng, jenis lebah kecil tanpa sengat.
"Budidayanya mudah, lebah ini kecil dan tidak menyengat. Waktu itu, madu klanceng belum tenar. Saya masih pakai bumbung bambu, dan koloninya sudah sampai 200," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Kamis (14/8/2025).
Tembus Jutaan
Perlahan tapi pasti, usaha Raihan berkembang pesat. Seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan khasiat madu klanceng, harganya melonjak dari Rp200 ribu per liter pada 2017, menjadi Rp600 ribu hingga Rp700 ribu per liter saat ini.
Kini, dengan 400 koloni di bawah naungan kelompoknya, produksi madu bisa mencapai 16 hingga 20 liter setiap musim panen. Omzet kelompoknya pun bisa mencapai Rp2 juta hingga Rp3 juta per bulan.
"Madu Klanceng adalah madu eksklusif yang pasti laku tanpa menunggu," ujarnya.
Menurut testimoni pelanggannya, khasiat madu klanceng terbukti mempercepat penyembuhan luka pascaoperasi, meningkatkan imunitas, dan berfungsi sebagai antibiotik alami.
Kolaborasi dengan Unsoed: Sentuhan Profesional

Lompatan besar bagi kelompok terjadi pada pertengahan 2025, ketika mereka bermitra dengan tim pengabdian masyarakat dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed).
Tim yang dipimpin Dr. Eliada Herwiyanti dari Fakultas Ekonomi ini bertujuan membantu kelompok dari hulu hingga hilir, mengatasi masalah produksi, manajemen, dan pemasaran.
"Sebelum pendampingan, semua masih manual. Kami ingin mereka punya manajemen profesional, produk berkualitas, dan harga yang layak," ujar Eliada.
Dari Saringan Madu hingga Kebun Bunga
Pada 26 Juli 2025, Unsoed menyerahkan berbagai bantuan, mulai dari peralatan produksi madu yang lebih modern, perangkat pencatatan keuangan digital, hingga pelatihan strategi pemasaran.
Tim Unsoed juga membantu memperluas sumber pakan lebah dengan menanam bunga di pekarangan desa.
Kini, Raihan menatap ke depan dengan optimisme. Ia berencana menjadikan lokasi peternakannya sebagai pusat wisata edukasi bagi pelajar dan mahasiswa.
"Madunya laku, peternaknya maju, masyarakat sekitar ikut sejahtera. Itu yang saya mau," katanya.
Pemkot Semarang Anggarkan BOP Rp25 Juta per RT, Ratusan RT Justru Tak Mengajukan |
![]() |
---|
Dosen UGM Tersangka Korupsi Pengadaan Kakao Fiktif, Diduga Rugikan Negara Rp7,4 Miliar |
![]() |
---|
Fakta Baru Sidang Pungli PPDS Anestesi Undip, Biaya Resmi Rp15,5 Juta, Residen Ditarik Rp80 Juta |
![]() |
---|
Cerita Makmuri Jukir Berambut Merah di Brebes, Rela Tinggalkan Kerja Demi Beras Murah Polres |
![]() |
---|
Demo Tuntut Bupati Pati Mundur Ricuh, Kapolsek Dikeroyok Massa Hingga Kepala Terluka |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.