Berita Purbalingga
Geliat Ekspor Sapu Glagah Purbalingga di Tengah Pandemi, Tiap Hari Tidak Pernah Menganggur
Penyelenggara sekolah biasa memborong produk sapu, khususnya saat tahun ajaran baru atau kenaikan kelas, tapi saat ini sedang sepi-sepinya.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: deni setiawan
Saat banyak usaha lain tutup karena pandemi, industri sapu glagah di Purbalingga tetap bergeliat.
Permintaan sapu glagah masih tinggi, terutama dari mancenegara.
Meski diproduksi skala rumahan, siapa sangka, produk kerajinannya diminati masyarakat internasional.
Ribuan sapu glagah hasil karyanya rutin diekspor ke Taiwan dan Korea.

Baca juga: Cegah Murid Bosan, Calon Guru Penggerak di Cilacap Manfaatkan Film dan Tik Tok sebagai Media Ajar
Baca juga: Dodi Kangen Keluarga, Mengintip Keseharian Pasien ODGJ di Panti Sosial Eks Psikotik Cilacap
Produk sapu glagah itu dibawa pengepul untuk dikirim ke luar negeri.
Tetapi tidak semua produknya dikirim ke luar negeri.
Sebagian produk sapu glagah dijual untuk dipasarkan di dalam negeri.
Ia juga mengirim produknya ke Muntilan, Magelang, serta di wilayah lokal Purbalingga.
Tetapi kebanyakan produknya diekspor ke luar negeri.
Ia lebih tertarik mengekspor produknya karena harga pasar internasional lebih tinggi.
Dengan begitu, keuntungannya lebih besar dibanding ia menjualnya daerah.
“Yang ekspor bukan hanya produk dari sini, dari pengrajin lain juga."
"Ditampung pengepul terus dibawa ke Jakarta," katanya.
Di sisi lain, permintaan sapu glagah di tengah situasi pandemi Covid-19 saat ini justru menurun di pasar lokal.
Ini diakui Fifiani, pedagang di toko aneka kerajinan sisi Jalan Raya ruas Purbalingga-Bobotsari, tepatnya di Desa Kajongan, Kecamatan Bojongsari.