Kebumen Berdaya

Gebyak Cah Angon Kebumen, Gunungan Hasil Bumi Diarak, Langit Pantai Pranji Dihiasi Layang-layang

Warga Desa Entak, Kebumen, gelar tradisi Gebyak Cah Angon. Ada arak-arakan gunungan hingga lomba layang-layang.

Penulis: Agus Iswadi | Editor: Daniel Ari Purnomo
TRIBUN BANYUMAS/ AGUS ISWADI
LOMBA LAYANG-LAYANG PRANJI, Warga menerbangkan layang-layang dalam tradisi Gebyak Cah Angon di kawasan Pantai Pranji, Kecamatan Ambal, Kebumen, Jumat (5/9/2025). Lomba layang-layang dan atraksi barongsai menjadi daya tarik baru dalam tradisi tahunan warga yang mayoritas peternak sapi ini. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, KEBUMEN - Langit di atas Pantai Pranji, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen, dihiasi puluhan layang-layang aneka bentuk pada Jumat (5/9/2025) siang. Kemeriahan ini merupakan bagian dari tradisi tahunan Gebyak Cah Angon, sebuah perayaan syukur yang digelar oleh warga Dusun Pranji, Desa Entak.

Acara yang digelar setiap tahun ini merupakan wujud syukur warga atas hasil bumi yang melimpah, sekaligus untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Seluruh kegiatan ini murni merupakan hasil swadaya masyarakat.

Baca juga: Merawat Tradisi, Memantik Wisata di Kebumen: Grebeg Rolasan Ambal Kembali Digelar Meriah

Arak-arakan Gunungan Hasil Bumi 

Prosesi tradisi ini dimulai dari kampung. Tiga gunungan yang terbuat dari hasil bumi dan jajanan pasar telah disiapkan di depan mushola setempat. Gunungan tersebut kemudian diarak oleh warga berjalan kaki menuju Pantai Pranji yang berjarak sekitar 1,5 kilometer.

"Gunungan hasil bumi dan jajanan pasar diarak ke pantai. Nanti di sana doa bersama terus makan bersama," kata Ketua RW 4 Dusun Pranji, Turmuji, kepada Tribunbanyumas.com.

Tradisi ini menjadi simbol kebersamaan, di mana seluruh warga berkumpul untuk berdoa dan menikmati berkah bersama.

Syukur Peternak Sapi 

Turmuji menjelaskan, nama "Gebyak Cah Angon" tidak terlepas dari profesi mayoritas warga Dusun Pranji yang merupakan peternak sapi. "Cah Angon" sendiri berarti anak gembala.

Dahulu, serangkaian acara dalam tradisi ini selalu dimeriahkan dengan kirab sapi. Namun, beberapa tahun terakhir, kirab sapi terpaksa ditiadakan karena faktor keselamatan.

"Sapi melihat kendaraan takutnya lari. Sebelumnya pernah terjadi," terangnya, merujuk pada lokasi arak-arakan yang harus melintasi jalan raya.

Lomba Layang-layang Jadi Daya Tarik Baru 

Sebagai gantinya dan untuk menambah daya tarik, warga berinisiatif menggelar lomba layang-layang dan atraksi barongsai. Berbagai layang-layang unik seperti bentuk ubur-ubur, cumi, naga, dan pesawat pun menghiasi langit pantai.

"Perlombaan layang-layang ini untuk daya tarik anak-anak," tutur Turmuji.

Melalui seluruh rangkaian acara ini, warga berharap selalu diberi keberkahan, keselamatan, dan hasil tani yang melimpah di masa yang akan datang. (Ais)

Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved