Berita Kebumen
Masih Berarus Deras, Tanggul Jebol Sungai Telomoyo di Kebumen Belum Ditambal
Sungai Telomoyo yang melintasi Kecamatan Puring, Kebumen, masih berarus kencang. Debit air masih tinggi, nyaris menyamai muka daratan.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS.COM, KEBUMEN - Sungai Telomoyo yang melintasi Kecamatan Puring, Kebumen, masih berarus kencang. Debit air masih tinggi, nyaris menyamai muka daratan.
Kondisi air yang keruh bercampur lumpur menambah ngeri pemandangan. Di Desa Madurejo, pemandangan itu lebih menyeramkan.
Masalahnya, ada bagian tanggul yang jebol sepanjang sekitar 30 meter. Air sungai mengalir tak terkendali. Sebagian mengarah ke persawahan dan pemukiman melalui tanggul yang berlubang.
Arus cukup keras saat melewati bekas tanggul tanah yang ambrol. Sejumlah petugas bersiaga di sekitar tanggul yang masih utuh.
Baca juga: Tanggul Sungai Telomoyo Jebol, Rumah Warga di Desa Madurejo Kebumen Kebanjiran
Baca juga: Personel Tanggap Bencana Disiagakan, Berikut Peta Daerah Rawan Banjir dan Longsor di Purbalingga
Baca juga: Banjir di Cilacap Meluas, BPBD Fokus Mengevakuasi Warga yang Terjebak Banjir
Baca juga: Warga Cilacap Diimbau Terus Mewaspadai Banjir, BMKG Sebut Hujan Masih Sering Terjadi Akibat La Nina
Di sisi mereka, sejumlah potongan batang bambu menumpuk. Mereka sambil mengamati kondisi arus yang masih mengancam, serta genangan yang tak kunjung surut. Dalam kondisi demikian, perbaikan tanggul susah dilakukan.
"Tidak turun-turun airnya karena sudah merata," kata Nandar, warga Desa Madurejo Kecamatan Puring, Selasa (27/10/2020).
Pasca banjir pertama, pada Senin (26/10/2020) dini hari, banjir di pemukiman Desa Madurejo dan Desa Sidobunder sempat berangsur surut.
Sebagian warga di pengungsian kembali ke rumah. Namun, mereka belum tenang lantaran awan tebal masih menaungi wilayah tersebut.
Benar saja, hujan kembali turun di hulu atau pegunungan utara Kebumen. Air sungai kembali berlimpah dan kembali menggenangi rumah warga.
"Kalau hulu hujan, ya pasti banjir," imbuhnya.
Biang petaka adalah tanggul sungai Telomoyo yang jebol. Selama tanggul belum ditambal, arus sungai akan tetap membelok ke pemukiman.
Baca juga: Dinporabudpar Banyumas Pastikan Tempat Wisata Perketat Protokol Kesehatan Sambut Lonjakan Wisatawan
Baca juga: Satu Guru SMA Negeri di Banyumas Positif Covid-19, Diduga Tertular dari Suami
Baca juga: Objek Wisata di Jateng Ini Jadi Fokus Pemantauan saat Libur Panjang, Ada Tes Acak Covid-19
Baca juga: Upah Minimum 2021 Tak Naik, Pemerintah Jadikan Kondisi Ekonomi sebagai Alasan
Padahal, dalam kondisi sekarang, penambalan tanggul tak mungkin dilakukan. Debit sungai masih tinggi. Arusnya pun deras hingga membahayakan keselamatan relawan atau petugas.
"Sampai sekarang belum tertangani karena debit air masih tinggi," katanya.
Kendala lain, menurut Nandar, tidak ada jalan akses yang layak menuju tanggul yang jebol. Satu-satunya akses menuju tempat itu adalah menyisir tanggul.
Jalan setapak itu pun hanya bisa dilalui kendaraan roda dua. Padahal, untuk memperbaiki tanggul yang jebol, butuh banyak material yang harus didatangkan dari luar, semisal karung pasir.
"Yang bagus untuk menambalnya, pakai tanah gunung. Karena tanah di sekitar gak ada. Atau, pakai pasir pantai. Tapi kendalanya medan sini susah kalau pakai dump truk," katanya. (*)