Berita Jateng

Penanganan Covid-19 Klaster Ponpes, Sekretaris RMI PWNU Jateng: Ponpes Harus Dilihat sebagai Subjek

Sekretaris Rabithah Ma'ahid Islamiyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jateng, Abu Choir, mengatakan, penanganan corona di ponpes harus khusus.

Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS/MAMDUKH ADI PRIYANTO
Webinar terkait kesiapan pondok pesantren mengantisipasi Covid-19 via Zoom, Minggu (25/10/2020). 

TRIBUNBANYUMAS.COM, SEMARANG - Munculnya klaster pondok pesantren (ponpes) dalam penyebaran virus Covid-19 lantaran terpaparnya santri di sejumlah ponpes di Jawa Tengah diharapkan menjadi perhatian sejumlah pihak, khususnya warga di lingkungan lembaga pembelajaran pendidikan Islam tersebut.

Sekretaris Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jateng, Abu Choir, mengatakan, pondok pesantren memiliki budaya eksklusif sehingga dalam penanganan penyebaran covid pun harus ada cara khusus.

"Lebih tepat jika ponpes sebagai subyek, bukan objek. Pesantren hanya membutuhkan stimulasi. Ponpes merupakan lembaga pendidikan mandiri yang berbeda dari lembaga pendidikan umum lain," kata Abu dalam web seminar (webinar) dikutip Tribunbanyumas.com, Minggu (25/10/2020).

Baca juga: Jelang Pembelajaran Tatap Muka, 500 Santri Ponpes Darul Atsar Temanggung Jalani Tes Swab

Baca juga: Kesembuhan 5 Santri di Banyumas Diklaim Lebih Cepat Setelah Hirup Uap Minyak Kayu Putih

Baca juga: Update Klaster Ponpes Majenang Cilacap, Hasil Swab Nyatakan 394 Santri Positif Covid-19

Baca juga: Santri Sembuh Covid-19 Terus Bertambah di Banyumas, 159 Orang Sudah Kembali ke Ponpes

Ia menuturkan, jumlah kasus Covid-19 seperti gunung es karena pesantren cenderung tertutup. Hal itu lantaran ada ketakutan pesantren harus tutup jika ada kasus santri yang terpapar covid.

Karena itu, harus ada keterbukaan agar ada tindakan yang diperlukan untuk upaya pencegahan dan penanganan santri yang terpapar covid.

Abu membeberkan, kasus covid di pondok pesantren di Jateng terdata ada di Pati (1 ponpes), Wonogiri (1 ponpes), Kebumen (6 ponpes), Banyumas (2 ponpes), Cilacap (1 ponpes), dan di Kendal (1 ponpes).

Kasus covid di ponpes itu tidak terjadi bersamaan, melainkan satu per satu. Satu tertangani, muncul kasus di ponpes lain.

Abu Choir juga mengingatkan pemerintah untuk tidak terburu-buru mengambil keputusan melakukan swab massal di pesantren, tanpa mempersiapkan terlebih dahulu sarana dan prasarana pendukung.

Dalam kasus santri terpapar Covid-19 di Banyumas, sebagai contoh, ternyata, membutuhkan ruang isolasi yang banyak.

"Sebab, jika yang positif terpapar jumlahnya ribuan, bagaimana? Juga nutrisinya, siapa yang menanggung makan?" ujarnya.

Selain itu, juga harus memikirkan dampak sosial yang mungkin timbul.

Baca juga: Kisah Santri Cirebon Rintis Perusahaan Dedy Jaya Group di Brebes: Jadi Kondektur Hingga Jual Bambu

Baca juga: Hari Santri Nasional, Wapres: Pesantren Juga Harus Lahirkan Santri Wirausahawan

Baca juga: Galakkan Jogo Santri di Jateng, Gus Yasin Minta Ponpes Mau Lakukan Lockdown

Baca juga: Data Kemenag, 1.400 Santri dari 27 Ponpes di 10 Provinsi di Indonesia Positif Covid-19

Jika sebuah pesantren diumumkan ada yang positif terpapar covid maka masyarakat akan menjauhi pesantren.

"Karena itu lah, dalam hal ini, bukan sekadar soal positif dan negatif Covid-19," tandasnya.

Ia menegaskan bahwa untuk menangani kasus Covid-19 di pesantren, pendekatannya memang harus berbeda dari masyarakat umum.

"Semoga, ada titik temu. Ada program Jogo Santri, Jogo Kiai. Kami berharap, semua terbuka. Pondok pesantren maupun pemerintah, sama-sama terbuka. Semua tersenyum maka akan terwujud pesantren yang sehat dan kuat di Jawa Tengah," imbuhnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Banyumas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved