Berita Semarang
Kisah Hanifa Mahasiswi Undip Jadi Volunteer di Slovakia: Bingung kala Warga Tak Bisa Bahasa Inggris
Kisah Mahasiswi Asal Ungaran Jadi Volunteer di Slovakia: Bingung kala Warga Tak Bisa Bahasa Inggris
Penulis: Dhian Adi Putranto | Editor: yayan isro roziki
Pasalnya di Slovakia tidak semua makanan berlabel halal.
"Di tengah suhu dingin yakni antara 3-1 derajat bahkan sampi minus derajat, setiap harinya saya harus tiba di halte sebelum pukul enam pagi. Kalau terlambat, saya tak bisa naik bus agar sampai di tempat dimana saya menjadi volunteer," tuturnya.
Sebelum terjun ke lapangan untuk melaksanakan program, Ia bersama volunteer lainnya mengikuti Incoming Preparation Seminar yang mana para peserta diberikan dulu pembekalan seperti melakukan survei dan penyiapan materi.
• Pemohon SIM Harus Ikuti Tes Psikologi. Apa Urgensinya, Tak Lolos Bisa Mengulang?
Selanjutnya dalam pelaksanaan program, para volunteer saling dipasangkan dengan volunteer dari negara lain.Kesempatan itu dirinya mendapatkan partner dari Negara Hongkong.
"Selama di Slovakia saya mendapatkan akomodasi berupa student dormitory dari University of Economics in Bratislava, selain itu juga saya mendapatkan kesempatan untuk tinggal bersama host family."
"Kesempatan tinggal bersama warga lokal ini membuat saya merasakan sekali proses pertukaran budaya, dan dapat merasakan secara langsung bagaimana kehidupan sesungguhnya disana," katanya
Namun menurutnya pengalaman paling luar biasa yakni dirinya mendapatkan kesempatan untuk memperkenalkan budaya Indonesia di Slovakia dan melakukan survei mengenai pandangan mereka tentang hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan.
• Pemerintah Bagi Dua Klaster untuk Identifikasi Corona yakni Klaster Jakarta dan Bali
• Presiden Amerika Donald Trump Sebut Angka Laporan Kematian akibat Corona Palsu
• Benarkah Uang Bisa Jadi Media Penyebaran Virus Corona? Bagini Penjelasannya
• Cegah Corona Korea Utara akan Tembak Mati Warga China yang Berani Mendekat ke Perbatasan Mereka
Seminggu sebelum seluruh kegiatan berakhir, ia dan para volunteer lainnya mengadakan kegiatan Global Village dimana seluruh negara yang berpartisipasi memperkenalkan negara masing-masing, mulai dari pakaian tradisional, makanan tradisional, musik, serta hal-hal menarik lainnya dari negara mereka.
"Dari program ini saya mendapatkan pengalaman yang berharga. Saya mendapatkan banyak relasi baru dan mengenal budaya serta karakter dari masyarakat global dari berbagai macam negara di dunia."
"Selain itu juga membuka luas wawasan saya akan kesempatan-kesempatan yang bagus di luar sana, memperdalam kemampuan bahasa inggris, serta kemampuan adaptasi dan bertahan hidup," pungkasnya. (dhian adi putranto)