Cerita Sekolah Warga Paradesa Cilacap. Mulai dari Kelas Desain Grafis, Memasak, hingga Setir Mobil
sekolah warga paradesa di kroya cilacap, adalah wadah berbagi ilmu bagi para warga desa. bukan seperti sekolah formal seperti umumnya.
Penulis: Muhammad Yunan Setiawan | Editor: yayan isro roziki
TRIBUNBANYUMAS.COM, CILACAP - Tak ada ruang kelas, berisi dinding, papan tulis, meja, dan kursi. Pun tak ada gedung sekolahan, serta tak punya kepala sekolah.
Sekolah Warga Paradesa, memang bukan seperti sekolah pada umumnya. Hanya, yang pasti 'sekolah' ini merupakan wadah dan jembatan bagi sesama untuk saling memberi, berbagi, mencecap ilmu, juga berbagai keterampilan.
Penggiat Sekolah Warga Paradesa, Sutriyono (43), menuturkan sekolah itu menyediakan wadah orang-orang untuk berbagi dan mencari ilmu.
Sutriyono mencontohkan, ketika ada orang yang ahli dalam bidang desain grafis, maka sekolah warga akan menginisiasi sebuah kelas yang berisi materi pelajaran desain grafis.
• Serangan Corona Tewaskan 56 Orang, Jepang dan AS Bakal Evakuasi Warganya dari Wuhan China
• FOTO-FOTO: Jembatan Penghubung Antardesa Putus, Warga Terpaksa Andalkan Perahu Drum
• Kisah Maryati yang Kehilangan Motor saat CFD Kali Pertama Digelar di Purbalingga
• Detik-detik Terakhir Kehidupan Artis Senior Johny Indo. Berikut Cerita dari Keluarga
Siapa peserta didiknya? Ialah masyarakat umum. Siapa saja yang berminat boleh turut nimbrung untuk belajar bersama.
Gampangnya, si pengajar adalah orang yang mengetahui seluk beluk desain grafis. Sementara, muridnya adalah sesiapa saja yang mau belajar desain grafis.
Pola berbagi ilmu seperti itu tidak hanya terjadi di bidang desain grafis. Tetapi juga semua bidang, meliputi masak-memasak (kuliner), pertanian, perbengkelan dan bidang ilmu ata ketermapilan lainnya.
Semua kelas di Sekolah Warga Paradesa terselenggara tanpa pungutan biaya alias gratis.
• Nekat Masturbasi dan Pamerkan Alat Vital saat Mengemudi Mobil, Pria Ini Diringkus Polisi
Didirikan sejak 5 Agustus 2018, sekolah ini telah mengadakan kelas-kelas yang digelar saban minggu sekali. Satu di antaranya kelas setir mobil.
Menurut Sutrisno, kelas setir mobil sudah berjalan sebanyak 36 kali pertemuan. Selama itu pula, telah menghasilkan sopir-sopir yang andal.
Namun, ada juga yang ikut sekadar iseng ingin coba-coba saja.
"Tapi Alhamdulillah sampai saat kini warga antusias mengikuti," katanya kepada TribunBanyumas.com, Minggu (26/1/2020).
• FOTO-FOTO: Banjir Merendam Kebangkerep Kabupaten Pekalongan. Sempat Lumpuhkan Aktivitas Warga
Pada pertemuan ke-36 sore itu, Minggu, (26/1/2020) sudah ada 16 orang yang berkumpul di lapangan Parkir Pantai Indah Widarapayung, Cilacap, untuk belajar setir mobil. Sementara itu, jumlah mobil hanya empat unit.
Sutriyono mengaku kejadian seperti itu sering terjadi. Jumlah peserta lebih banyak ketimbang unit mobil yang ada.
Untuk itu, para pengajar perlu berunding agar semua peserta mendapat jatah latihan.