Longsor Majenang

Penemuan Buku 'Bayang Kematian' di Longsor Cilacap Membuat Ranti Makin Berharap Adiknya Ditemukan

Buku cerpen soal kematinan ditemukan dalam pencarian korban longsor Cilacap. Adik pemilik buku itu belum ditemukan.

Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: rika irawati
TRIBUNBANYUMAS/PERMATA PUTRA SEJATI
PENCARIAN HARI KEDELAPAN - Tim SAR gabungan mencari korban longsor Cilacap di worksite A1, lokasi hilangnya Maesarah Salsabila (13), di Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Kamis (20/11/2025). Memasuki hari kedelapan, masih ada tiga korban longsor yang belum ditemukan. 

Ringkasan Berita:
  • Tim SAR gabungan menemukan barang-barang korban longsor Cilacap, satu di antaranya buku cerpen berjudul Bayang Kematian milik Ranti.
  • Ranti mengatakan, sebelum longsor, buku itu dibaca adik bungsunya.
  • Hingga hari kedelapan pencarian korban longsor, adik bungsu Ranti belum ditemukan.

 

TRIBUNBANYUMAS.COM, CILACAP - Buku kumpulan cerita pendek (cerpen) yang ditemukan tim SAR gabungan di worksite A1 dalam pencarian korban longsor di Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Selasa (18/1/2025), menambah duka Ranti (25).

Sebelum tertimbun tanah, buku milik Rianti itu dibaca ulang oleh sang adik yang hingga hari kedelapan pencarian korban longsor Cilacap belum ditemukan.

Hingga hari kedelapan pencarian korban longsor Cilacap, Kamis (20/11/2025), Rianti dan keluarga masih menunggu kabar penemuan si bungsu, Maesarah Salsabila (13).

Saat ditemukan, buku cerpen itu terbuka di chapter berjudul "Bayang Kematian".

Cerita di halaman tersebut mirip dengan kejadian yang tengah menimpa warga Cibeunying.

Baca juga: Senyum Si Bungsu Sebelum Tidur Jadi Penguat Tarkim Menunggu Putrinya Ditemukan dari Longsor Cilacap

Digambarkan, tokoh dalam cerpen itu tengah berupaya menyelamatkan temannya dari timbunan bangunan.

Berikut kutipan cerita dalam buku cerpen tersebut:

"Tanganku mulai menggali puing-puing yang mulai menimbun tubuh Sita, tapi timbunan bangunan itu terlalu kuat dan tanganku mulai terluka."

"Aku menangis dan aku harus mencari jalan menyelamatkan Sita."

"Kutatap sekelilingku, harus menemukan sesuatu yang kuat untuk menggali bangunan yang menimbun tubuhnya."

"Di sana, aku temukan sebuah besi yang sudah patah namun masih kuat dan bisa digunakan dengan segera."

"Aku berlari dan mulai menggali, lelah mulai mendera pada diriku."

"Ya Tuhan, sulit sekali. Aku mulai menangis dalam kekecewaan."

"Kulihat wajah Sita yang mulai melemah, tubuhnya tidak bisa dikeluarkan, hanya tangannya saja yang terus menggapaiku."

Sumber: Tribun Banyumas
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved