Cilacap

Anak-anak SD-SMP di Cilacap Kini Mulai Belajar 'Bahasa Robot'

Anak-anak yang biasa berkutat dengan buku IPA dan Matematika, kini diajak membongkar rahasia di balik layar gawai mereka: belajar coding.

TRIBUN BANYUMAS/ RAYKA DIAH
MENATAP MASA DEPAN. Para siswi di salah satu sekolah di Cilacap tengah tekun belajar di kelas mereka. Kini, selain pelajaran biasa, mereka dan ribuan siswa lainnya mulai dikenalkan dengan dunia coding dan kecerdasan buatan untuk menjawab tantangan zaman. 

TRIBUNBANYUMAS.COM, CILACAP – Dunia pendidikan di Cilacap sedang memasuki sebuah babak baru yang mendebarkan.

Mulai tahun ajaran 2025 ini, Kurikulum Coding dan Kecerdasan Artifisial (KKA) secara resmi masuk ke dalam ruang-ruang kelas, menyapa para siswa SD kelas 5 dan 6, serta siswa SMP dari kelas 7 hingga 9.

Ini adalah bekal, sebuah peta untuk menavigasi dunia yang kian hari kian dikendalikan oleh barisan kode dan algoritma.

Baca juga: Kemarau Basah Justru Bikin Petani Cilacap Produktif, Surplus Beras Mencapai 243 Ribu Ton

Bukan Sekadar Pelajaran Komputer

Kabid Pendidikan Dasar Dinas P dan K Cilacap, Kamto, menegaskan bahwa kurikulum ini bukanlah pelajaran komputer biasa yang hanya mengajarkan cara mengetik atau membuat presentasi.

Jauh di lubuknya, kurikulum ini dirancang untuk mengubah cara anak-anak berpikir.

"Coding dan AI mengajarkan anak-anak cara berpikir terstruktur, menghubungkan konsep, serta menyelesaikan masalah dengan pendekatan digital," tutur Kamto.

Bayangkan saja, anak-anak ini tidak lagi hanya menjadi pengguna pasif aplikasi di ponsel mereka.

Mereka diajak untuk memahami 'bahasa' yang digunakan untuk menciptakan aplikasi itu.

Mereka dilatih untuk berpikir logis, memecah masalah besar menjadi potongan-potongan kecil, dan merangkainya kembali menjadi sebuah solusi.

Sebuah keahlian yang tak ternilai di era manapun.

Dimulai dari 40 Sekolah

Revolusi ini memang tak terjadi serentak dalam semalam.

Untuk tahap awal, program ini difokuskan pada 40 sekolah yang menerima Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Kinerja.

Sebuah pilihan strategis, mengingat ada biaya yang harus dikeluarkan untuk melatih para guru, sang ujung tombak di lapangan.

"Kami fokus di sekolah penerima BOS Kinerja karena pelatihan guru bersifat berbayar, jadi langkah awalnya dilakukan di sekolah yang siap," kata Kamto.

Para guru tak dilepas begitu saja.

Sumber: Tribun Banyumas
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved