Menurut Jumiah, tabungan puluhan juta itu tidak akan terkumpul tanpa bantuan anak tirinya.
Setiap mendapatkan uang hasil penjualan rosok, Jumiah mengambil sebagian untuk kebutuhan makan sehari-hari.
Selebihnya, ia titipkan kepada anak tirinya untuk ditabungkan.
"Saya nabungnya ke anak, enggak dihitung jumlahnya. Kalau ada, saya kasihkan ke anak," ujar dia.
Pendapatan Jumiah dari hasil memulung tidak menentu.
Terkadang, dia mendapatkan uang Rp 35.000-Rp 60.000 dalam sepekan, tergantung seberapa banyak hasil rosok yang didapatkan.
Semuanya diterima secara ikhlas, tanpa harus meminta-minta kepada tetangga.
Hingga akhirnya, Jumiah berhasil mengumpulkan tabungan puluhan juta rupiah.
Dana jerih payahnya yang semula untuk berangkat haji, akhirnya digunakan untuk membeli sapi agar tahun ini bisa berkurban.
Urusan membeli sapi itu diamanahkan kepada cucunya.
Baca juga: Cegah Stunting, Dinkes Purbalingga Ajak Orangtua Beri Anak ASI Eksklusif
Baca juga: Apes! Tunggui Pesanan Makanan Konsumen, Ojol di Kota Semarang Ini Kehilangan Motor
Baca juga: Geruduk Balai Desa, Warga Wilalung Demak Tolak Seleksi Perades Digelar sebelum Pilkades
Baca juga: Ini Hasil Investigasi Manajemen RSUD Kartini Jepara Soal Dugaan Pelecehan Seksual Perawat ke Pasien
Dia ingin, kelak, sapi kurban menjadi kendaraannya, bersama orang-orang yang sudah menjadi bagian dari hidupnya. Di antaranya, suami, orangtua, dan saudara-saudaranya.
Meski begitu, Jumiah tak melupakan niatnya pergi ke Tanah Suci.
Setelah tabungannya dibelanjakan untuk membeli sapi, dia mulai menabung lagi agar bisa menunaikan ibadah haji.
"Senang bisa kurban, besok bisa naik sapi. Nabung lagi buat haji," tuturnya.
Rencananya, sapi kurban Jumiah akan disembelih di Masjid Besar Darul Muttaqin Kebondalem bersamaan penyembelihan hewan kurban lain.